PENDEKAR BUTA JILID 040
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Oleh
Epul Saepul Rohman
“Heeeiii, Ka Chong Hoatsu, tua bangka bau! Apakah kau begini tak tahu malu untuk melanggar janjimu sendiri?” Loan Ki berteriak nyaring kearah belakang.
Tidak terdengar jawaban dari belakang, akan tetapi dari depan sana terdengar lapat-lapat suara wanita tertawa disusul kata-kata mengejek,
“Ular-ular bukan manusia, tidak termasuk dalam perjanjian. Yang ingin meninggalkan Ching-coa-to harus dapat melalui barisan ular hijau.”
Biarpun hanya lapat-lapat, jelas bahwa itu adalah suara Hui Siang gadis cantik jelita yang galak itu.
“Hui Siang budak genit!” Loan Ki berteriak marah. “Kau kira kami tidak mampu membubarkan barisan anak-anakmu yang sial ini?”
Kun Hong sudah siap dengan tongkatnya untuk menghajar setiap ular yang berani mendekat. Akan tetapi Loan Ki menggandeng tangannya diajak maju terus.
“Hati-hati,” bisik Kun Hong. “Siapkan senjatamu. Wah, sayang sekali mahkota kuno itu dirampas oleh Ka Chong Hoatsu.”
Loan Ki mengikik tertawa.
“Kau kira aku begitu bodoh? Hayo maju terus, Hong-ko, jangan takut ular-ular itu. Mainan kanak-kanak!” ia menyombong dan menarik tangan Kun Hong untuk maju terus.
Kun Hong merasa heran dan kaget ketika mendengar betapa barisan ular itu menyimpang di kala mereka lewat, seakan-akan binatang-binatang itu takut kepada mereka.
“Eh, bagaimana ini……. Ki-moi, kenapa ular-ular itu…….” tiba-tiba dia tersenyum, “Ha, kau benar-benar bocah nakal dan cerdik. Tentu mutiara-mutiara mustika itu kau ambil dari mahkota.”
“Hussh, diam saja, Hong-ko. Kau biarpun buta memang cerdik. Mari kita maju terus, itu pantai sudah tampak dari sini.”
Dari jauh Loan Ki melihat bayangan Hui Siang berkelebat cepat disusul suara kecewa nona cantik itu yang agaknya terheran-heran dan kecewa melihat mereka berdua ternyata dapat lolos dari kurungan barisan ular secara mudah.
Sementara itu, Kun Hong dan Loan Ki sudah tiba di pinggir telaga. Disitu tidak ada perahu, akan tetapi Loan Ki yang cerdik tidak menjadi bingung. Dengan pedangnya ia menebang pohon besar dua batang, mengikat dua batang pohon menjadi satu dijadikan rakit atau perahu.
Dengan kepandaian dan tenaga mereka mudah saja mereka akan menggunakan perahu istimewa ini dan mendayungnya ke pantai seberang. Sebentar saja mereka telah menurunkan perahu ke dalam air, Kun Hong duduk di depan sedangkan gadis itu di belakang. Keduanya sudah memegang sebuah dayung terbuat daripada cabang pohon yang besar dan kuat.
“Ahooi…….! Orang-orang Ching-coa-to…….!” Loan Ki mengeluarkan suaranya sebelum perahu itu didayung ke tengah. “Aku sudah menerima penyambutan di Ching-coa-to, kalau kalian memang ada nyali, lain waktu kunanti kunjungan balasan kalian di Pek-tiok-lim pantai Pohai.”
Namun tidak ada jawaban. Loan Ki mendayung perahunya ke tengah menuju ke pantai yang tampak di seberang sana. Ia tersenyum-senyum dan kelihatan gembira sekali. Ditepuknya pundak Kun Hong.
“He, Hong-ko, kenapa kau diam saja? Hayo nyanyi lagi seperti ketika kita berangkat.”
Melihat betapa Kun Hong tersenyum pahit, gadis itu mengerutkan keningnya dan mengejek,
“Aha, agaknya hatimu tertinggal di pulau itu, ya? Waah, memang kasihan Hui Kauw, dia amat mencintamu, Hong-ko!”
Ucapan ini mendebarkan jantung Kun Hong.
“Ki-moi, kau terlalu mudah menuduh orang. Siapa sudi mencinta seorang tak bermata? Ki-moi, bagaimana kau bisa bilang begitu?”
“Eh, siapa bohong? Kalau ia tidak mencintamu, tak mungkin ia sudi menjalani upacara pernikahan denganmu”
Kun Hong makin tertarik, karena memang hal yang amat aneh baginya itu sangat membingungkan.
“Loan Ki moi-moi yang baik, kalau kau tahu akan persoalan itu, kau ceritakanlah kepadaku. Sampai sekarang aku benar-benar masih bingung sekali, tidak mengerti mengapa tiba-tiba mereka hendak mengawinkan aku dan mengapa pula ia suka melakukan upacara itu.”
Loan Ki tertawa.
“Semua gara-gara Ka Chong Hoatsu itulah. Karena tadinya aku dianggap oleh mereka “orang sendiri” maka aku boleh mendengarkan semua perundingan mereka, hi-hik. Setelah kau menyembuhkan Hui Kauw, ibunya itu mendatangi Hui Kauw dan membujuknya supaya suka menikah denganmu. Ibunya, si toanio yang jahat itu mengatakan kepada Hui Kauw bahwa kau juga sudah setuju menjadi suaminya, bahwa pernikahan itu sudah seharusnya karena perhubungan kau dengan Hui Kauw sudah menjadi buah bibir para pelayan dan kalau sampai bocor keluar tentu akan mencemarkan nama Hui Kauw. Pula bahwa kau sudah menyembuhkan luka-lukanya dengan cara yang sebetulnya tak boleh dilakukan orang lain, yaitu menelanjangi tubuh bagian atas. Akhirnya Hui Kauw setuju. Biarpun ia tidak bilang apa-apa, buktinya ia tidak menolak ketika dirias seperti pengantin. Hi-hik aku geli dan juga muak melihat semua itu. Benar-benar tak tahu malu!”
Kun Hong mengerutkan keningnya. Dia merasa amat berkasihan kepada Hui Kauw si nona bersuara bidadari itu. Kini dia dapat menerka apa yang telah terjadi, dapat menyelami perasaan nona itu dan dapat menduga betapa hancur hatinya. Sebelumnya dia sudah mendengar percakapan antara Hui Kauw dengan ibunya yang hendak memaksa anaknya itu berjodoh dengan Pangeran Mongol dan hal ini ditolak tegas oleh Hui Kauw.
Lalu terjadi kehebohan fitnah ketika dia muncul, disusul dengan terluka dan hampir tewasnya nona itu dan akhirnya pengobatan yang dia lakukan. Agaknya karena keadaan amat terdesak Hui Kauw menerima saja keputusan dijodohkan dengan dia, ataukah disana lain dasar? Cinta kasih? Tak mungkin! Mungkinkah kalau seorang gadis bidadari seperti Hui Kauw sampi jatuh cinta kepada seorang buta macam dia? Tak mungkin, bantah hatinya.
Betapapun juga, karena dia tidak menyangka akan hal-hai ini sebelumnya, ketika mengetahui bahwa dia sedang melakukan sembahyangan pengantin, dia telah menolaknya. Tentu saja, dia dapat membayangkan ini dengan hati perih, tentu saja Hui Kauw amat tersinggung, bahkan terhina oleh penolakannya itu. Gadis itu menjalani upacara hanya karena terhasut, dibohongi mengira bahwa diapun sudah setuju. Siapa tahu gadis itu mendengar betapa dia menolaknya. Seorang gadis ditolak oleh mempelai pria! Alangkah hebat penderitaan batin gadis itu. Dapatkah gadis itu memaafkannya? Mungkinkah ada maaf untuk penghinaan sehebat itu? “Tak mungkin!” kini jawaban hati Kun Hong disertai suara bibirnya yang bergerak.
“Apa yang tak mungkin, Hong-Ko?” Loan Ki bertanya.
Kun Hong kaget dan baru sadar bahwa dia terlalu dalam tenggelam dalam lamunannya.
“Tidak apa-apa, Ki-moi. Aku hanya merasa heran akan sikapmu ketika berada di pulau. Ketika aku menghadapi mereka kenapa kau malah merobohkan aku dengan totokan? Mengapa kau menyerangku secara menggelap? Bukankah perbuatan itu aneh sekali, Ki-moi?”
Gadis itu cemberut.
“Aneh apa? Habis melihat kau mati-matian melindungi dan membela Hui Kauw, siapa orangnya tidak menjadi dongkol hatinya!”
Kun Hong makin heran. Mungkinkah gadis lincah ini timbul rasa cemburu dan iri hati terhadap Hui Kauw? Heran, tanpa adanya cinta mana bisa timbul cemburu dan iri hati? Apakah gadis ini……. cinta kepadanya? Kun Hong menggeleng kepala keras-keras. Tak mungkin lagi ini!
“Ki-moi, kau benar-benar orang aneh. Mula-mula kau menotokku roboh, dilain detik kau malah membelaku ketika Ching-toanio hendak menghabisi nyawaku, kemudian kau bersekutu dengan mereka, membiarkan aku dijadikan bahan permainan dan disuruh sembahyang. Kau diam saja malah mentertawakan.”
“Tentu saja. Biar mendongkol aku belum ingin melihat kau mampus. Tapi kau……. kau kembali membela Hui Kauw mati-matian. Kau mencinta Hui Kauw seperti juga kau cinta Lauw Swat-ji si gadis genit puteri Hui-houw-pangcu itu dan seperti kau cinta si janda muda. Cih, orang mata keranjang macammu mana patut dibantu?”
“Hemmm, lidahmu tajam sekali, adik Loan Ki. Akan tetapi kenapa kau tadi kembali membantu aku secara tiba-tiba dan mengajakku keluar dari pulau itu?”
Suara Loan Ki terdengar kaku membayangkan kemengkalan hatinya,
“Habis, kau tidak suka menikah dengan Hui Kauw, masa yang begini saja kau tanya?”
Makin heranlah Kun Hong. Mendengar ini semua, jawabannya hanya satu, yaitu bahwa gadis ini cinta kepadanya. Akan tetapi sikapnya sama sekali bukan seperti orang mencinta.
“Kau melongo seperti orang bingung. Benar-benar bodoh sekali. Masa yang begini saja tidak mengerti, Hong-ko? Kalau kau tergila-gila kepada seorang gadis masa aku harus berbaik kepadamu? Tidak sudi!”
“Ki-moi…….” suara Kun Hong agak gemetar karena dia amat khawatir kalau-kalau dugaannya betul, bahwa gadis ini cinta kepadanya. “Tentang hal itu……. andaikata aku tergila-gila kepada seorang gadis lain, ada sangkutan apakah dengan dirimu?”
“Sangkutan apa? Tentu saja aku tidak ada sangkut paut apa-apa! Akan tetapi, di depanku kau tidak semestinya tergila-gila kepada lain gadis, hemmm……. pendeknya aku tidak suka, dan habis perkara!”
Kun Hong makin tidak mengerti. Gadis aneh. Akan tetapi lega juga dia karena mendengar dari ucapan ini, agaknya dugaannya tidak betul, bahwa gadis ini tak mungkin jatuh cinta kepadanya.
“Sudah sampaikah ke tepi daratan, Ki-moi?”
Perahu batang pohon itu berhenti, menabrak karang.
“Sudah, mari kita melompat!”
Dengan menggandeng tangan Kun Hong, Loan Ki mengajak pemuda itu melompat ke depan dan benar saja, mereka telah tiba di daratan.
Tapi begitu mendarat, serta merta Loan Ki menangis tersedu-sedu sambil mendeprok diatas tanah, menutupi mukanya dengan saputangan, Kun Hong heran dan kaget sekali,
“Eh……. kenapa kau menangis?”
Sampai lama Loan Ki tak dapat menjawab karena isak tangisnya membuat ia tak dapat berkata-kata. Kun Hong terpaksa berlutut di depannya dan berkali kali mengajukan pertanyaan dengan hati cemas.
“Kau kenapakah? Sakitkah kau?” Dipegangnya nadi lengan gadis itu, ternyata tidak ada gangguan kesehatannya. “Kau tidak apa-apa, kenapa menangis?”
“Tidak apa-apa katamu? Enak saja kau bicara. Dasar kau tidak punya liang-sim (pribudi), melihat orang terhina serendah-rendahnya malah pura-pura tidak tahu dan masih bertanya-tanya segala!”
“Terhina? Kau? Oleh siapa dan bagaimana?” Kun Hong benar-benar bingung.
Tiba-tiba gadis itu meloncat bangun dan membanting-banting kaki, menangis lagi. Kun Hong juga bangun, menggeleng-geleng kepala dan makin bingung. Benar-benar dia tidak mengerti dan tidak dapat menduga apa yang menyebabkan gadis ini berhal seperti itu.
“Ki-moi, aku mengaku bodoh, kau katakanlah, siapa yang menghinamu dan dengan cara bagaimana aku benar-benar tidak mengerti!”
“Berkali-kali aku dikalahkan orang di pulau Ching-coa-to, aku tidak berdaya, bukankah itu berarti penghinaan-penghinaan yang paling rendah? Kau masih pura-pura bertanya lagi?” Ia membentak marah.
Kun Hong tersenyum,
“Ah, itukah yang kau anggap penghinaan? Ki-moi, kalah atau menang dalam pertempuran merupakan hal yang lumrah di dunia persilatan, kenapa kau merasa terhina? Biar kalah dalam pertempuran asalkan tidak salah. Orang yang berada di pihak benar boleh kalah bertempur namun di dalam batin senantiasa merasa menang.”
“Enak saja! Aku puteri tunggal dari Pek-tiok-lim, selama hidupku tak pernah kalah dalam pertempuran. Sekarang di pulau terkutuk itu berkali-kali dikalahkan orang, sedangkan kau seorang buta saja tak pernah kalah. Bukankah ini memalukan sekali? Ah, celaka……. celaka…….” dan ia menangis lagi dengan amat sedihnya.
Kun Hong merasa kasihan. Dia akan berpisah dengan gadis ini dan kalau dia tinggalkan dalam keadaan begitu, kecewa dan berduka, sungguh dia tidak tega.
“Ki-moi, mari kuajari kau beberapa langkah yang akan membikin kau tidak mudah dikalahkan orang lagi.”
041
Postingan populer dari blog ini
RAJA PEDANG (BAGIAN PERTAMA SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
JILID 01 JILID 02 JILID 03 JILID 04 JILID 05 JILID 06 JILID 07 JILID 08 JILID 09 JILID 10 JILID 11 JILID 12 JILID 13 JILID 14 JILID 15 JILID 16 JILID 17 JILID 18 JILID 19 JILID 20 JILID 21 JILID 22 JILID 23 JILID 24 JILID 25 JILID 26 JILID 27 JILID 28 JILID 29 JILID 30 JILID 31 JILID 32 JILID 33 JILID 34 JILID 35 JILID 36 JILID 37 JILID 38 JILID 39 JILID 40 JILID 41 JILID 42 JILID 43 JILID 44 JILID 45 JILID 46 JILID 47 JILID 48 JILID 49 JILID 50 JILID 51 JILID 52 JILID 53 JILID 54 JILID 55 JILID 56 JILID 57 JILID 58 JILID 59 JILID 60 JILID 61 JILID 62 JILID 63 JILID 64 JILID 65 JILID 66 JILID 67 JILID 68 JILID 69 JILID 70 JILID 71 JILID 72 JILID 73 JILID 74 JILID 75 JILID 76 JILID 77 JILID 78 JILID 79 JILID 80 JILID 81 JILID 82 JILID 83 JILID 84 JILID 85 JILID 86 JILID 87 JILID 88 JILID 89 JILID 90 JILID 91 JILID 92 JILID 93 JILID 94 JILID 95 JILID 96 JILID 97 JILID 98 JILID 99 JILID 100 JILID 101 J
RAJAWALI EMAS (BAGIAN KE-2 SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
SERI SEBELUMNY JILID 001 JILID 002 JILID 003 JILID 004 JILID 005 JILID 006 JILID 007 JILID 008 JILID 009 JILID 010 JILID 011 JILID 012 JILID 013 JILID 014 JILID 015 JILID 016 JILID 017 JILID 018 JILID 019 JILID 020 JILID 021 JILID 022 JILID 023 JILID 024 JILID 025 JILID 026 JILID 027 JILID 028 JILID 029 JILID 030 JILID 031 JILID 032 JILID 033 JILID 034 JILID 035 JILID 036 JILID 037 JILID 038 JILID 039 JILID 040 JILID 041 JILID 042 JILID 043 JILID 044 JILID 045 JILID 046 JILID 047 JILID 048 JILID 049 JILID 050 JILID 051 JILID 052 JILID 053 JILID 054 JILID 055 JILID 056 JILID 057 JILID 058 JILID 059 JILID 060 JILID 061 JILID 062 JILID 063 JILID 064 JILID 065 JILID 066 JILID 067 JILID 068 JILID 069 JILID 070 JILID 071 JILID 072 JILID 073 JILID 074 JILID 075 JILID 076 JILID 077 JILID 078 JILID 079 JILID 080 JILID 081 JILID 082 JILID 083 JILID 084 JILID 085 JILID 086 JILID 087 JILID 088 JILID 089 JILI
JAKA LOLA (BAGIAN KE-4 SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
SERI SEBELUMNYA JILID 001 JILID 002 JILID 003 JILID 004 JILID 005 JILID 006 JILID 007 JILID 008 JILID 009 JILID 010 JILID 011 JILID 012 JILID 013 JILID 014 JILID 015 JILID 016 JILID 017 JILID 018 JILID 019 JILID 020 JILID 021 JILID 022 JILID 023 JILID 024 JILID 025 JILID 026 JILID 027 JILID 028 JILID 029 JILID 030 JILID 031 JILID 032 JILID 033 JILID 034 JILID 035 JILID 036 JILID 037 JILID 038 JILID 039 JILID 040 JILID 041 JILID 042 JILID 043 JILID 044 JILID 045 JILID 046 JILID 047 JILID 048 JILID 049 JILID 050 JILID 051 JILID 052 JILID 053 JILID 054 JILID 055 JILID 056 JILID 057 JILID 058 JILID 059 JILID 060 JILID 061 JILID 062 JILID 063 JILID 064 JILID 065 JILID 066 JILID 067 JILID 068 JILID 069 JILID 070 JILID 071 JILID 072 JILID 073 JILID 074 JILID 075 JILID 076 JILID 077 JILID 078 JILID 079 JILID 080 JILID 081 JILID 082 JILID 083 JILID 084 JILID 085 JILID 086 JILID 087 JILID 088 JILID 089 JILID 090 JILID 091 JILID 092 JILID 093 JILID 094 JILID 095 JILID 096 JILID 097 JILID 098 JILI