RAJA PEDANG JILID 130

Bi Goat menggandeng tangan Beng San yang menurut saja diajak ayah dan anak itu. Akan tetapi baru saja tiba di kaki gunung, di depan mereka berdiri tiga orang menghadang. Mereka ini adalah Cia Hui Gan, Tan Beng Kui, dan Cia Li Cu.

“Cia Hui Gan, mau apa kau menghadang kanii?” Song-bun-kwi yang sedang gembira hatinya itu bertanya sambil tertawa-tawa. “Apa kau mau bicara lagi urusan gelar Raja Pedang?”

Merah muka jago pedang Thai-san itu. 
“Song-bun-kwi, aku orang tua hanya mengantar anak-anak, merekalah yang mempunyai urusan.”

Sementara itu, Beng Kui sudah melangkah maju mendekati Beng San, lalu terdengar dia berkata, 

“Beng San, kau tidak boleh bawa lari sepasang pedang Liong-cu Siang-kiam itu. Pedang-pedang itu adalah milik kami, harus kau kembalikan kepada aku dan Li Cu!”

Beng San melihat betapa sikap kakak kandungnya ini masih tinggi hati dan agaknya masih memandang rendah kepadanya, sikap seorang pejuang gagah perkasa, seorang jantan dan ksatria yang sudah membuktikan dharma baktinya kepada tanah air, pendeknya sikap seorang mulia terhadap seorang yang dianggap rendah.

Tadi dia berkukuh merampas pedang karena dianggapnya bahwa di dunia ini bagi hidupnya hanya satu itulah yang penting. Akan tetapi sekarang setelah dia bertemu Bi Goat, melihat Bi Goat sembuh dari penyakit gagu, melihat Bi Goat dan ayahnya sudi menerimanya dan dia menghadapi kehidupan baru yang penuh kebahagiaan bersama Bi Goat, dia tidak hendak mengukuhi pedang-pedang itu lagi. Setelah ada Bi Goat, dia tidak membutuhkan apa-apa lagi di dunia ini. Dengan tenang tanpa bicara apa-apa Beng San menurunkan sepasang pedang dari punggungnya.

“Ha-ha-ha, mudah amat!” Song-bun-kwi tertawa mengejek. “Orang mengambilnya mengandalkan kepandaian, sekarang hendak merampas kembali juga harus mengandalkan kepandaian!”

Beng Kui dan Li Cu saling pandang. Di dalam hati dua orang muda ini sudah mengakui bahwa mereka takkan menang bertanding melawan Beng San. Setelah diam sejenak, Beng Kui berkata, 

“Beng San, kau dengarlah. Sepasang pedang itu adalah syarat dan tanda perjodohanku dengan Li Cu sumoi. Kau kembalikan kepada kami dan sebagai gantinya, aku akan menutup mulut dan tidak mengenalmu lagi.”

Mendengar ucapan ini, Bi Goat dan ayahnya menjadi marah. Mana ada aturan seperti ini? Orang diharuskan berlaku baik, tapi balasannya malah tidak akan dikenal lagi. Tapi Beng San segera menurunkan Liong-cu Siang-kiam dan berkata dengan suara gemetar.



“Beng Kui koko, terimalah Liong-cu Siang-kiam ini sebagai sumbangan untuk perjodohanmu dari adikmu yang hina ini. Akan tetapi hanya sebagai titipan, tiga tahun kemudian harus kau kembalikan kepadaku.”



Beng Kui merasa mendongkol sekali akan tetapi tanpa menjawab sesuatu dia menerima sepasang pedang itu dan memberikan yang pendek kepada Li Cu. Dua pedang itu serupa benar, hanya yang sebuah panjang dan terukir huruf “jantan” sedangkan yang ke dua pendek dan terukir huruf “betina”. Setelah menerima sepasang pedang ini tanpa mengucapkan terima kasih, Beng Kui segera mengajak Li Cu pergi dari situ. 

Melihat ini, Song-bun-kwi dan Bi Goat menjadi makin gemas. Alangkah sombongnya orang yang dipuji-puji sebagai Ji-enghiong pemimpin pejuang itu. Sombong, tinggi hati dan merasa diri sendiri paling jempol!

Cia Hui Gan agaknya juga merasa tak enak hati melihat sikap murid atau calon mantunya itu.



“Song-bun-kwi, kau menjadi saksinya. Mulai sekarang aku Cia Hui Gan tidak berani menggunakan gelar Raja Pedang lagi, kalau ada orang masih mempersoalkan gelar Raja Pedang, maka biarlah aku mengakui bahwa orang muda adik kandung muridku inilah yang patut diberi gelar Raja Pedang. Selamat berpisah sampai jumpa pula!” Kaki jago pedang ini menggenjot tanah dan tubuhnya berkelebat lenyap dari situ.





“Ha-ha-ha! Mantuku Raja Pedang. Benar mantuku Raja Pedang dan aku akan siarkan hal ini ke seluruh dunia kang-ouw. Siapa tidak mau menerimanya akan kuhancurkan kepalanya!” 

Sambil tertawa-tawa dan berteriak-teriak, kakek ini mengajak Beng San dan Bia Goat melanjutkan perjalanan ke Min-san.



Sambil berjalan di samping Bi Goat yang menggandeng tangannya, terjadi perubahan pada diri Beng San. Wajahnya tidak serem seperti tadi lagi, warna mukanya sudah berubah biasa, bahkan sepasang matanya bersinar-sinar gembira. Kakak kandungnya ternyata seorang patriot, seorang pemuda yang harum namanya, yang dikagumi dan dipuji orang gagah seluruh negeri. Dan kakaknya telah mempunyai calon jodoh yang sedemikian cantik dan gagahnya seperti Cia Li Cu. 

Ia girang melihat kakaknya akan hidup bahagia. Dia sendiri melihat titik terang dalam hidupnya mendatang. Kebahagiaan baginya menjelang datang bagaikan sang surya yang mengintai dari balik awan gelap yang mulai tertiup pergi oleh angin. 

Dengan Bi Goat di sampingnya dia sanggup untuk melanjutkan hidup, sanggup untuk menempuh kesulitan dan sanggup untuk terus tersenyum dan memandang dunia yang penuh duri, penuh derita hidup ini dari segi-segi keindahannya. Tanpa disadarinya dia mempererat gandengannya. 

Bi Goat merasakan dan gadis inipun makin erat memeluk lengan Beng San sambil melirik dan tersenyum manis. Ketika Beng San memandang, dia melihat kedua pipi gadis itu terhias dua butir air mata yang turun perlahan-lahan. Air mata bening, air mata kebahagiaan.



Sampai di sini tamatlah cerita RAJA PEDANG ini. Akan tetapi cerita tentang para tokoh dalam RAJA PEDANG ini masih jauh daripada berakhir. Kejadian-kejadian yang lebih hebat, lebih mengerikan, lebih mengharukan akan bermunculan seperti juga dalam kehidupan setiap orang manusia selalu akan bermunculan hal-hal yang menimbulkan cerita. 

Dunia penuh dengan peristiwa, kehidupan manusia tak pernah diam tenang seperti air samudera yang sebentar saja tenang kemudian bergelora pula. Kita akan menjumpai semua tokoh cerita ini dalam cerita baru RAJAWALI EMAS, cerita indah yang sengaja diciptakan pengarang sebagai sambungan RAJA PEDANG. 

Akan tetapi juga merupakan kisah tersendiri dimana kita akan mengikuti perjalanan hidup dari Kwa Hong, nona yang patah hatinya dan remuk-redam perasaannya itu, akan bertemu lagi dengan Beng San dan Bi Goat, dengan Tan Beng Kui dan Li Cu, dengan Thio Eng, Bun Lim Kwi dan tidak ketinggalan pula Kim-thouw Thian-li dan lain-lain. Sampai jumpa kembali dalamRAJAWALI EMAS!


T A M A T






Postingan populer dari blog ini

RAJA PEDANG (BAGIAN PERTAMA SERIAL RAJA PEDANG)

RAJAWALI EMAS (BAGIAN KE-2 SERIAL RAJA PEDANG)

JAKA LOLA (BAGIAN KE-4 SERIAL RAJA PEDANG)