RAJA PEDANG JILID 78

Dengan panjang lebar Tan Hok lalu menceritakan keadaan pemberontakan yang makin lama makin hebat itu. Menceritakan pula betapa rakyat yang dipimpin oleh pendekar-pendekar besar melakukan perlawanan terhadap pemerintah Mongol dan sedikit demi sedikit sudah memperoleh kemajuan dan kemenangan. 

Tan Hok sendiri dengan teman-temannya, para anggauta Pek-lian-pai yang dia pimpin, sekarang bekerja langsung di bawah pemimpin besar pemberontak, Ciu Goan Ciang! Malah pemuda raksasa ini mendapat kepercayaan dari Ciu Goan Ciang dan melatihnya dengan beberapa macam ilmu silat tinggi. 

Kemudian Tan Hok menceritakan tentang keadaan para partai-besar persilatan. Ketika dia bercerita tentang Hoa-san-pai dan Kun-lun-pai, Beng San mendengarkan penuh gairah. 

Diantara para partai persilatan, hanya dua partai besar ini pernah dia ketahui, bahkan secara langsung dia pernah berhubungan dengan kedua partai itu. la pernah berdiam di Hoa-san, mengenal ketuanya, mengenal pula murid-muridnya, yaitu Hoa-san Sie-eng dan cucu-cucu muridnya, Kwa Hong, Thio Ki, Thio Bwee, dan Kui Lok. 

Adapun tentang Kun-lun pai, biar dia tidak mempunyai hubungan langsung, namun dia pernah membela murid Kun-lun yang bernama Pek-lek-jiu Kwee Sin. Pernah pula dia melihat dua orang Kun-lun, Bun Si Teng dan Bun Si Liong, tewas di depan kakinya dan menerima pesan Bun Si Teng agar dia membela dan melindungi anak jago Kun-lun ini yang bernama Bun Lim Kwi. 

Semua ini masih terbayang di depan matanya seakan-akan baru terjadi kemarin hari. Maka, tidak aneh kalau sekarang dia mendengarkan penuturan Tan Hok dengan penuh perhatian.

Tan Hok menarik napas panjang. “Sayang” ia melanjutkan ceritanya, ”Karena yang dilancarkan oleh Ngo-lian-kauw siasat liclk dan penuh Kecurangan dari ketua Ngo-lian-kauw, dua partai besar itu. Kun-lun-pai dan Hoa-san-pai, dapat diadu domba dan terpecah-belah, menjadi dua partai yang selalu bermusuhan. Padahal dulu partai itu kalau dapat membantu perjuangan rakyat menumbangkan kekuasaan penjajah, kedudukan para pejuang akan menjadi lebih kuat lagi. Semua ini adalah gara-gara kelemahan hati jago muda Kwee Sin…..” Kembali Tan Hok menarik napas panjang.

“Bagaimana dengan dia? setelah dia dulu dilarikan oleh Hek-hwa Kui-bo.” Beng San tak sabar lagi bertanya.



“Kau tahu tentang itu?” Tan Hok bertanya heran, tapi lalu disambungnya, “Kau memang anak aneh, ini sudah kuketahui semenjak pertemuan kita yang pertama. Kau tanya tentang Kwee Sin? justeru dia itulah yang menjadi biang keladi semua pertentangan, karena hatinya yang lemah, mudah roboh menghadapi bujuk rayu dan kecantikan ketua Ngo-lian-pai. Pek-lek-jiu Kwee Sin, jago yang berkepandaian tinggi itu setelah dilarikan fihak Ngo-lian-pai, menjadi makin binal dan tergila-gila kepada ketua Ngo-lian-pai yang berjuluk Kim-thouw Thian-li. Hanya beberapa bulan setelah dua orang suhengnya, yaitu dua saudara Bun tewas dalam pertempuran di Hoa-san menghadapi murid-murid Hoa-san-pai, Kwee Sin bersama kekasihnya, ketua Ngo-lian-pai dan beberapa orang tokoh Ngo-lian-kauw, bahkan diam-diam dibantu oleh Hek-hwa Kui-bo, menyerbu Hoa-san, berhasil melukai Kwa Tin Siong dan Liem Sian Hwa, malah berhasil membunuh Thio Wan It dan Kui Keng. Mereka meninggalkan yang luka dan menyatakan bahwa mereka membunuh dua orang tokoh Hoa-san itu untuk menebus kematian dua saudara Bun dari Kun-lun-pai.”

Beng San membelalakkan matanya 
“Hebat…..!” Dan hatinya terasa perih penuh kasihan ketika dia teringat kepada Thio Ki, Thio Bwee, dan Kui Lok yang kematian ayah mereka. “Bagaimana dengan ketua Hoa-san-pai, apakah dia tidak membantu murid-muridnya?”

“Tentu saja Lian Bu Tojin turun tangan, akan tetapi dengan adanya Hek-hwa Kui-bo, dia tidak berdaya banyak. Semenjak itu, permusuhan selalu terjadi antara Hoa-san-pai dan Kun-lun-pai.”



“Kenapa Kun-lun-pai terbawa-bawa dalam hal ini? Bukankah Kwee Sin menyerbu Hoa-san-pai atas kehendaknya sendiri dan bersama orang-orang Ngo-lian-kauw, tidak atas kehendak Kun-lun-pai?”

“Hoa-san-pai rupa-rupanya tidak mau tahu akan hal ini, karena kemana mereka harus mencari Kwee Sin? Kwee Sin semenjak itu lenyap bersama Ngo-lian-kauw dan celakanya, secara rahasia Kwee Sin membantu Ngo-lian-kauw memusuhi partai-partai yang membantu para pejuang! Kalau dulu kedua partai besar itu, baik Hoa-san-pai maupun Kun-lun-pai, hidup tenang dan damai, sekarang keduanya mengumpulkan bekas-bekas murid mereka dan membentuk kekuatan yang terdiri dari murid-murid yang pandai, selalu siap untuk saling gempur.”

Beng San mendengarkan dengan kening berkerut. 
“Sayang sekali…..” hanya demikian komentarnya. 

la benar-benar merasa menyesal sekali mengapa permusuhan yang terang-terangan disebabkan oleh Ngo-lian-kauw itu bisa sampai demikian berlarut-larut. Akhirnya, rasa penasaran membuat dia berkata, 





“Kalau kedua partai sudah tahu bahwa permusuhan itu disebabkan oleh tipu muslihat ketua Ngo-lian-kauw, kenapa mereka tidak memusuhi Ngo-lian-kauw saja?”

“Mereka pun kedua fihak sudah mulai melakukan permusuhan dengan Ngo-lian-kauw, akan tetapi dendam diantara Hoa-san dan Kun-lun agaknya lebih parah dan mendalam.”



Dengan panjang lebar Tan Hok menuturkan semua kejadian yang diketahuinya dan diam-diam Beng San girang sekali bahwa dia bertemu dengan raksasa ini karena ternyata pengetahuan Tan Hok tentang dunia kang-ouw dan semua peristiwa yang terjadi, amat luas. 

Sekarang menjadi jelas bagi Beng San apa yang telah terjadi selagi dia pergi menyembunyikan diri sebagai nelayan. Betapapuh luas pengetahuan Tan Hok tentang dunia kang-ouw, ketika ditanya tentang Song-bun-kwi, Hek-hwa Kui-bo dan lain-lain tokoh sakti itu, Tan Hok menggeleng-geleng kepalanya. 

“Orang-orang seperti mereka itu bukan manusia biasa lagi. Tentu saja mereka tidak peduli tentang perjuangan, karena mereka termasuk orang-orang aneh yang selalu berbeda dengan manusia biasa. Bagaimana bisa mengikuti jejak mereka? Andaikata mereka ikut pula mencampuri urusan perjuangan, baik yang membela pejuang maupun yang membela Kerajaan Goan, tentu mereka lakukan dengan sembunyi-sembunyi.”



Agak kecewa hati Beng San karena sebenarnya maksud pertanyaannya tentang orang-orang sakti itu ditujukan untuk mengetahui berita tentang seorang anak perempuan gagu!

“Twako, setelah kau ceritakan semua itu kepadaku, agaknya tidak ada sesuatu yang mendorong kau membutuhkan bantuanku. Kalau yang kau maksudkan dengan bantuan itu adalah permintaan seperti dahulu agar aku masuk menggabungkan diri dengan Pek-lian-pai, terpaksa aku tak dapat memenuhi permintaanmu. Aku suka membantu perjuangan Pek-lian-pai, akan tetapi tidak suka terikat oleh sesuatu perkumpulan kemudian terlibat ke dalam permusuhan-permusuhan yang saling mendendam.”

“Aku mengerti pendirianmu, Beng San. Tidak, pertolongan yang kubutuhkan darimu ini lebih bersifat pribadi. Ketahuilah, aku telah diserahi tugas yang amat penting oleh pemimpin kami, Ciu Goan Ciang taihiap. Dan sekarang, selagi aku bingung bagaimana akan dapat melakukan tugas ini dengan sempurna, aku bertemu dengan kau. Hatiku yakin bahwa hanya kau seoranglah yang tepat untuk melaksanakan tugas ini.”

Berdebar hati Beng San. Tugas dari pemimpin besar Ciu Goan Ciang? Bukan main! la merasa terhormat dan bangga sekali. Akan tetapi mukanya yang tampan tidak membayangkan sesuatu.



“Pendekar besar Ciu Goan Ciang merasa amat menyesal dengan adanya gontok-gontokan antara Hoa-san-pai dan Kun-lun-pai. lapun maklum apa yang menyebabkan permusuhan antara dua golongan itu, bukan lain adalah karena siasat pemerintah Mongol yang mempergunakan Ngo-lian-kauw. Bulan depan Hoa-san-pai diadakan pesta perayaan hari ulang tahun ke seratus dari Hoa-san pai. Tentu banyak sekali tokoh-tokoh besar dunia kang-ouw hadir. Menurut penyelidikan Pek-lian-pai, pada kesempatan ini Kun-lun-pai akan datang lagi untuk membuat perhitungan. Karena permusuhan itu berlarut-larut, muncul sahabat-sahabat dan musuh-musuh baru bagi kedua fihak. Ada golongan-golongan yang membantu Hoa-san-pai, sebaliknya banyak pula yang pro kepada Kun-lun-pai. Dapat diramalkan bahwa akan terjadi sesuatu yang hebat di puncak Hoa-san nanti. Nah, pemimpin kami tidak setuju dengan adanya perpecahan di kalangan kita sendiri, maka dia mempercayakan kepadaku untuk berusaha mendamaikan mereka. Aku membawa surat bagi kedua ketua perkumpulan Hoa-san-pai dan Kun-lun-pai. Akan tetapi, mudah saja diduga bahwa di dalam pertemuan besar itu, pasti disana akan penuh dengan orang-orang fihak Ngo-lian-kauw dan fihak pemerintah pasti akan menyebar mata-matanya. Aku sedikit banyak, sudah terkenal diantara mereka, maka pasti mereka itu akan menghalangiku sebelum aku sempat melakukan sesuatu untuk mendamaikan Kun-lun-pai dan Hoa-san-pai. Juga orang-orangku sebagian besar sudah dikenal. Karena itu, Adik Beng San, kaulah orangnya yang paling tepat untuk mewakiliku melakukan tugas ini. Sanggupkah kau?”



Beng San mengangguk-angguk. Tugas itu adalah tugas mulia. Tugas mencegah perpecahan antara bangsa sendiri, antara kedua partai besar yang memiliki nama harum. Apalagi kalau diingat bahwa di dalam Hoa-san-pai terdapat orang-orang yang di waktu kecil sudah dia kenal baik, terutama Kwa Hong. 

Adapun di fihak Kun-lun-pai terdapat cucu murid yang dia harus bela, yaitu Bun Lim Kwi putera mendiang Bun Si Teng yang sudah meninggalkan pesan terakhir kepadanya dan yang harus ia hormati.

“Baiklah, Twako. Aku akan berusaha melakukan tugasmu itu sebaiknya.”

Tan Hok nampak girang sekali, akan tetapi tiba-tiba Beng San menggunakan kedua kakinya menginjak lampu merah yang diletakkan di tanah. Lampu seketika padam. Terdengar jerit kesakitan dan robohnya tubuh orang tak jauh dari situ. Disusul pula mendesingnya senjata-senjata rahasia yang menghujani tempat perundingan ini.

Tan Hok sudah cepat memberi aba-aba kepada kawan-kawannya. Senjata dicabut dan mereka melesat ke kanan kiri mencari berkelebat bayangan putih yang makin lama makin banyak sekali. Kiranya tempat itu sudah dikurung, puluhan orang banyaknya yang mengurung. Beberapa orang anggauta Pek-lian-pai yang bertugas menjaga di luar tadi sudah dirobohkan musuh.

“Pemberontak-pemberontak Pek-lian-pai, lebih baik kalian menyerah!” terdengar bentakan kasar seorang yang bertubuh tinggi besar. 

Tan Hok melihat orang ini lalu meloncat dari tempat persembunyiannya dan di lain saat dua orang yang sama-sama tinggi besar tubuhnya telah berperang tanding dengan hebatnya. 

Bunga api muncrat berhamburan ketika pedang di tangan Tan Hok bertemu dengan golok lawannya itu. Agaknya keduanya adalah ahli-ahli gwakang yang memiliki tenaga seperti kerbau jantan kuatnya. Nyaring bunyi pertemuan senjata itu dan kedua orang raksasa ini merasa betapa telapak tangan mereka pedas dan sakit.

Beng San yang masih duduk di tempat tadi karena tiba-tiba semua anggauta Pek-lian-pai sudah menghilang, melihat empat orang lain maju dari belakang Tan Hok, siap dengan rantai-rantai besi dan rupa-rupanya hendak menawan Tan Hok dalam keadaan hidup. 

Sekali menggerakkan kakinya pemuda ini telah melesat ke depan. Kaki tangannya bekerja seperti kilat dan tanpa mengerti mengapa, empat orang itu sudah terlempar dan terjengkang ke belakang tanpa dapat bangun lagi karena kaki tangan mereka patah tulangnya! 

Setelah melihat bahwa para penyerang yang datang menyerbu itu adalah pengemis-pengemis dibantu oleh serdadu Mongol, tahulah Beng San bahwa dia harus membantu para anggauta Pek-lian-pai. Tubuhnya bergerak ke sana ke mari untuk membantu teman-temannya yang terdesak. Untuk sementara ia meninggalkan Tan Hok karena dari gerakan raksasa itu menghadapi lawannya, dia maklum bahwa Tan Hok akan dapat menang. la lebih mementingkan membantu mereka yang terdesak.

Akan tetapi segera dia mendapat kenyataan betapa sia-sia kalau melakukan perlawanan secara nekat. Jumlah lawan amat banyak, ada puluhan orang, malah mungkin tidak kurang dari seratus orang. Sedangkan di fihak Pek-lian-pai hanya ada tujuh belas orang termasuk dia sendiri. Dan pertandingan dilakukan di dalam gelap, kacau-balau! 

Memang dengan amat mudahnya Beng San dapat merobohkan belasan orang lawan tanpa membunuh mereka yang merupakan pantangan baginya, akan tetapi juga diantara para anggauta Pek-lian-pai, sedikitnya sudah roboh lima enam orang.

Sementara itu, tepat seperti yang diduga oleh Beng San, Tan Hok dapat mendesak lawannya. Pada suatu saat, ketika lawannya sudah terdesak hebat, perwira Mongol itu secara nekat tanpa mempedulikan datangnya hantaman dari tangan kiri Tan Hok, membacok pundak Tan Hok sekuat tenaga dengan goloknya. 

Andaikata Tan Hok melanjutkan pukulannya yang pasti mengenai dada lawan, tak dapat dicegah lagi golok itu pasti akan membabat putus pundaknya. Tan Hok tentu saja tidak mau menukarkan pundaknya dengan sebuah pukulannya, cepat dia menarik tangan kiri dan menggerakkan pedang sekuat tenaga menangkis.

“Krakkk!” Dua senjata itu bertemu, api berbunga berhamburan dan kedua senjata itu patah! 

Sambil menggeram marah kedua orang yang bertubuh raksasa ini melempar gagang senjata ke bawah, lalu melanjutkan perkelahian mereka mempergunakan sepasang kepalan tangan yang sebesar kepala orang berikut sepasang kaki yang kokoh kuat.







SELANJUTNYA»»

Postingan populer dari blog ini

RAJA PEDANG (BAGIAN PERTAMA SERIAL RAJA PEDANG)

RAJAWALI EMAS (BAGIAN KE-2 SERIAL RAJA PEDANG)

JAKA LOLA (BAGIAN KE-4 SERIAL RAJA PEDANG)