JAKA LOLA JILID 018

"Tidak bisa, Yo Wan. Ilmu silat dariku tidak boleh dicampur aduk. Kau sudah menerima warisan ilmu sitat yang tinggi dan hebat dari susiok-couwmu dan dari Bhewakala. Hanya belum kau selami inti sarinya dan belum matang saja. Kepandaianmu sudah cukup dan kalau kau menerima pelajaran dariku, salah-salah bisa rusak malah.”

“Suhu, teecu bukan murid kakek Sin-eng-cu, juga bukan murid Bhewakala locianpwe, teecu tidak belajar dari mereka. Apa yang teecu ketahui dari mereka boleh teecu buang mulai saat ini juga dan teecu akan mulai belajar dari suhu.”

Tiba-tiba angin pukulan mendesir dari arah belakang menyerang tengkuk Yo Wan, disusul sinar pedang yang menusuk lambungnya. Otomatis Yo Wan membuang diri, bergulingan dan cambuknya berbunyi nyaring melingkar-lingkar melindungi tubuhnya bagian belakang. 

Alangkah kagetnya ketika dia melihat bahwa yang menyerangnya tadi adalah subonya sendiri, Kwee Hui Kauw yang kini sudah duduk kembali sambil menyarungkan pedangnya.

“Suhumu bicara benar, Yo Wan. Ilmu silat kedua orang kakek sakti itu sudah mendarah daging padamu, tak mungkin dibuang begitu saja lalu mulai belajar ilmu silat baru. Akan merusak segala-galanya. Kau lihat sendiri tadi, begitu ada bahaya mengancam, otomatis tubuhmu melakukan gerakan sesuai dengan jurus-jurus kedua orang kakek itu. Ilmu silatmu sudah cukup tinggi, tak perlu belajar lagi dari kami.”

Yo Wan tertegun, lalu menjatuhkan diri berlutut, air matanya bertitik perlahan. 
“Suhu dan Subo…… biarkan teecu membalas budi Suhu berdua dengan pelayanan, tidak diberi pelajaran silat juga tidak apa, asal teecu dapat melayani Suhu berdua…..”

Kun Hong meraba kepala Yo Wan dengan terharu, Hui Kauw menghapus dua butir air matanya dengan saputangan.

“Yo Wan, kami mengusirmu bukan karena kami tidak cinta kepadamu. Sama sekali tidak. Semua peristiwa, baik yang terjadi di Liong-thouw-san maupun disini, bukanlah salahmu. Aku mengusirmu turun gunung sekarang juga bukan dengan maksud tak baik, muridku, melainkan dengan maksud untuk kebaikanmu sendiri. Kau bukan anak murid Hoa-san-pai, juga tak bisa dibilang muridku dan kau sudah dewasa. Kau harus mencari kedudukan dan membuat nama baik di dunia.”

“Apakah Suhu mengira bahwa teecu sudah boleh pergi mencari The Sun dan membalas sakit hati ibu?”

Kun Hong menghela napas panjang. 
“Dendam….. balas membalas….. tiada habisnya, takkan aman dunia ini selamanya. Yo Wan, mengapa kau tidak membalas dendam dengan kasih?”

Yo Wan bingung, tidak mengerti apa. yang dimaksudkan suhunya. 
“Bagaimana, Suhu? The Sun menyebabkan kematian ibu, sudah seharusnya teecu mencarinya dan balas membunuhnya.”

“Ha-ha-ha, anak bodoh. Siapakah The Sun itu yang bisa mendatangkan kematian pada seseorang? la hanya menjadi lantaran, karena memang nyawa ibumu sudah semestinya kembali pada saat itu, sudah dikehendaki oleh Thian Yang Maha Kuasa!”

Yo Wan makin bingung, menoleh kepada subonya. Nyonya muda itu rriaklum bahwa suaminya sedang kambuh, yaitu tenggelam dalam lautan filsafat kebatinan, maka ia lalu berkata halus, 

“Yo Wan ingin mendengar apa yang selanjutnya harus dia lakukan. Bicara tentang filsafat yang tidak dimengerti olehnya, membuang waktu sia-sia saja.”

Kun Hong sadar daripada lamunannya, keningnya berkerut. 
“Yo Wan, jangan kau kira bahwa akan mudah saja menghadapi seorang seperti The Sun. Ilmu silatnya tinggi sekali, dan kepandaian yang kau warisi dari kedua orang kakek itu masih mentah. Coba kau berdiri dan siap menghadapi seranganku, aku akan mengujimu!”

Yo Wan girang karena ini berarti dia akan mendapat petunjuk. Cepat dia bangkit berdiri, dan secepat kilat Kun Hong sudah menerjang. Yo Wan melihat gurunya memukul dengan gerakan cepat namun pukulan itu amat lambat tampaknya. la tidak berani berlaku sembrono, melihat betapa ilmu pukulan suhunya itu serupa benar dengan Liong-thouw-kun yang dia pelajari dari Sin-eng-cu, cepat dia mengeluarkan jurus-jurus Ngo-sin-hoan-kun dari Bhewakala. 





Sampai lima jurus dia dapat mengimbangi gurunya, tapi pada jurus ke enam, suhunya melakukan gerakan serangan yang aneh sekali dan….. pundak kirinya terdorong. Dorongan perlahan yang cukup hebat, membuat Yo Wan terpelanting.

“Aduhhh…..” 

Yo Wan menahan keluhannya. Dorongan itu semestinya tidak menimbulkan rasa nyeri, akan tetapl karena kebetulan yang didorong adalah pundak kiri yang tadi terluka oleh anak panah Swan Bu, terasa perih dan sakit sekali.

“….. ehhhhh, kenapa pundakmu…..?” 

Kun Hong bertanya kaget, diam-diam dia kagum karena muridnya yang masih mentah ilmunya ini ternyata mampu mempertahankan diri sampai lima jurus!

“….. ti….. tidak apa-apa, Suhu….. dorongan Suhu hebat bukan main, teecu rasa biar sampai seratus tahun teecu belajar, tanpa bimbingan Suhu, teecu takkan mampu menjadi seorang ahli…..”

“Hushhh, goblok kau kalau berpikir begitu. Kau hanya kurang matang, itulah. Pundakmu kiri itu….. coba kau mendekat.” Yo Wan mendekat dan Kun Hong meraba. “Eh, terluka senjata? Kapan terjadinya? Dalam pertempuran tadi kau sama sekali tidak terluka, kan?”

“Ayah, luka di pundaknya itu adalah terkena anak panahku!” Swan Bu berkata lantang.
“Ketika tadi dia muncul, kuanggap dia itu mengacau di Hoa-san, maka kupanah dia, kena pundaknya. Tapi dia memiliki ilmu sihir, Ayah, panahku terus menancap di pundaknya ketika dia bertempur tadi, malah ketika melawan Sin-tung Lo-kai, anak panahku itu dia pergunakan untuk melukai lawannya. Apakah itu bukan ilmu hitam?”

“Swan Bu…..! Ah, bagaimana kau menjadi rusak oleh kemanjaan seperti ini?, kau lancang sekali. Hayo lekas minta maaf kepada Yo Wan koko!”

Swan Bu bersungut-sungut. 
“Aku tidak merasa salah, mengapa minta maaf?”

“Suhu, sudahlah. Adik Swan Bu masih kecil, dan dia memilikl watak gagah perkasa. Kalau tidak mengira bahwa teecu seorang jahat dan musuh Hoa-san-pai, kiranya dia tidak akan melepaskan anak panah. Dia tidak bersalah, Suhu.”

Kun Hong menarik napas panjang. 
“Yo Wan, setelah kau menerima semua ilmu itu, tak mungkin lagi kau menjadi muridku. Hanya Thian yang tahu betapa kecewa hatiku, karena mencari murid seperti kau, agaknya selama hidupku takkan kutemukan. Sekarang kau ingat baik-baik pesanku. Turunlah dari sini dan kau carilah Bhewakala. Hanya dia yang dapat menyempurnakan dan mematangkan ilmu yang berada padamu, karena selain sebagian ilmu itu dari dia datangnya, juga dalam pertandingan selama tiga tahun itu tentu dia dapat menyelami ilmu dari susiok-couwmu pula. Kau harus matang-kan ilmu yang kau miliki itu di bawah petunjuk Bhewakala. Nah, setelah kepandaianmu matang, baru kau boleh datang kepadaku lagi untuk bicara tentang The Sun.”

Yo Wan merasa berduka sekali, akan tetapi dia tidak berani membantah. Hui Kauw melangkah maju dan memegang kedua pundaknya. Sepasang mata bening subonya itu berair. 

“Yo Wan, kau tahu betapa besar kasih sayang kami kepadamu. Percayalah, semua pesan Suhumu adalah demi kebaikanmu sendiri. Taati pesannya itu, Yo Wan. Perjalanan mencari pendeta barat itu tentu sukar dan jauh, akan tetapi untuk mencapai sesuatu, makin jauh dan makin sukar makin baik. Terimalah ini untuk bekal di perjalanan.” 

Hui Kauw meloloskan pedang dari pinggangnya, memberikan pedangnya itu kepada Yo Wan, kemudian dia menyerahkan pula sekantung uang emas.

Bukan main terharunya hati Yo Wan. Ingin dia menangis menggerung-gerung oleh kasih sayang yang besar, yang dilimpahkan mereka kepadanya. Akan tetapi dia maklum bahwa suhunya tidak suka akan sikap cengeng macam ini, maka dia menekan perasaannya, lalu berpamit. 

Takut kalau-kalau air matanya bercucuran, setelah mendapat ijin dia lalu melangkah keluar dengan langkah lebar, lalu berlari-larian secepatnya meninggalkan tempat itu agar tidak ada orang melihat betapa air matanya bercucuran di sepanjang jalan.

Akan tetapi sepasang suami isteri yang sakti itu tahu akan hal ini. Hui Kauw terisak menangis. 

“Dia anak baik…..” katanya.

“Sebaliknya anak kita yang akan rusak kalau terus-terusan mendapat kemanjaan yang luar biasa disini. Hui Kauw, kita harus pergi dari sini, kembali ke Liong thouw-san, sekarang juga.”

Bukan main girangnya hati Hui Kauw mendengar ini. Memang inilah yang menjadi idam-idaman hatinya, namun tadinya Kun Hong menaruh keberatan karena dia ingin membiarkan puteranya hidup bahagia, dekat saudara-saudara di Hoa-san-pai yang amat mencinta anak itu. Siapa tahu, terlalu banyak cinta kasih yang dilimpahkan membuat anak itu tidak pernah dan tidak mau tahu akan kesukaran, membuatnya manja dan selalu ingin dituruti kehendaknya karena semenjak kecil tak pernah ada yang menolak keingmannya.

Perjalanan yang dilakukan Yo Wan amatlah sukar dan jauh. la mentaati pesan Kun Hong, juga dia teringat akan pesan Bhewakala bahwa pendeta itu selalu menanti kedatangannya di Anapurna, yaitu sebuah puncak di Pegunungan Himalaya. 

Perjalanan yang amat jauh dan membutuhkan ketekadan yang bulat serta keuletan yang tahan uji. Baiknya dia membawa bekal sekantung uang emas pemberian Hui Kauw, kalau tidak, tentu akan lambat perjalanannya kalau dia harus berhenti-henti untuk bekerja sekedar mencari pengisi perut. Kini dia dapat melakukan perjalanan dengan lancar, terus ke barat, hanya mau berhenti kalau kemalaman di jalan atau kalau sudah amat lelah.

Melakukan perjalanan ke timur atau ke selatan jauh lebih cepat daripada perjalanan ke barat atau ke utara. Hal ini adalah karena semua sungai mengalir ke selatan atau ke timur, dan pada masa itu, diwaktu perjalanan darat amatlah sukarnya, jalan satu-satunya yang paling cepat adalah perjalanan melalui air.





  • SELANJUTNYA 

Postingan populer dari blog ini

RAJA PEDANG (BAGIAN PERTAMA SERIAL RAJA PEDANG)

RAJAWALI EMAS (BAGIAN KE-2 SERIAL RAJA PEDANG)

JAKA LOLA (BAGIAN KE-4 SERIAL RAJA PEDANG)