JAKA LOLA JILID 044
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Oleh
Epul Saepul Rohman
“Aku mau ceritakan semua, akan tetapi kau harus berjanji akan memberi pelajaran ilmu silat kepadaku, Twako.”
“Ilmu silat? Tapi…… ilmu silatmu sudah hebat sekali!”
“Hebat apanya? Cara kau menghindarkan pedangku tadi. Bukan main! Aku ingin kau mengajarkan aku cara mengelak seperti itu, Twako.”
Yo Wan kaget, Si-cap-it Sin-po atau ilmu langkah ajaib itu dia pelajari dari Pendekar Buta! Mana boleh diajarkan kepada orang lain, apalagi kepada orang yang berniat memusuhi Pendekar Buta? Tapi dia segera mendapat sebuah pikiran yang cerdik dan bagus, maka dia mengangguk.
“Baiklah, nanti kuajarkan itu kepadamu!”
Siu Bi mulai dengan ceritanya secara singkat.
“Aku anak tunggal seorang janda, sampai sekarang aku tidak tahu siapa ayahku karena ibu merahasiakannya. Aku diambil anak ayah angkatku, juga aku menerima pelajaran dari kakek guruku, yaitu Hek Lojin. Semenjak kecil aku belajar silat di Go-bi-san dan kakek Hek Lojin amat sayang kepadaku. Dia kehilangan lengannya, buntung sebatas siku kiri, dibuntungi Pendekar Buta ketika bertempur melawannya. Karena kakek amat baik kepadaku, dia menurunkan semua ilmunya kepadaku dan aku telah bersumpah sebelum dia meninggal dunia bahwa aku pasti akan mencari Pendekar Buta dan membalaskan dendam hatinya dengan jalan membuntungi lengan Pendekar Buta dan anak isterinya.”
“Mengapa kakekmu bertempur dengan Pendekar Buta? Apakah dia tidak menceritakan kepadamu sebab-sebabnya sehingga kau dapat mengerti apakah sebetulnya kesalahan Pendekar Buta terhadap kakekmu?”
Dengan hati-hati dan secara berputar, Yo Wan bertanya dengan maksud mengingatkan gadis ini bahwa tidak baik mengancam hendak membuntungi lengan orang-orang tanpa mengetahui kesalahan mereka yang sesungguhnya.
Akan tetapi dia keliru. Siu Bi menggerakkan alisnya yang hitam panjang dan kecil seperti dilukis.
“Apa peduliku tentang itu? Bukan urusanku! Urusan antara mendiang kakek dan Pendekar Buta, tiada sangkut-pautnya dengan aku. Urusanku dengan Pendekar Buta hanya untuk membalaskan sakit hati kakek yang telah dibuntungi lengannya, tentu saja berikut bunganya karena kakek sudah menderita puluhan tahun lamanya. Adapun bunganya edalah lengan isteri dan anak Pendekar Buta.”
Jawaban ini membuat Yo Wan menggeleng-gelengkan kepalanya dan menarik ,napas panjang.
“Eh, kau tidak setuju? Bukankah kau bilang hendak membantuku menghadapi mereka?”
Cepat Yo Wan menjawab.
“Memang, aku akan membantumu dalam segala hal, Bi-moi. Akan tetapi, aku hanya ingin mengatakan bahwa tugasmu itu sama sekali bukanlah hal yang mudah dilaksanakan. Pendekar Buta Kwa Kun Hong adalah seorang pendekar besar yang amat sakti. Isterinyapun memiliki ilmu kepandaian tinggi, juga puteranya. Mereka bertiga merupakan keluarga yang sukar sekali dilawan, apalagi dikalahkan secara yang kau katakan tadi, membuntungi lengan mereka. Wahhh, hal ini kurasa takkan mungkin dapat kau lakukan.”
“Hemmm, Yo-twako, kenapa kau begini kecil hati dan penakut? Aku sih sama sekali tidak takut! Apalagi ada kau di sampingku yang akan membantuku, Menghadapi iblis-iblis dari nerekapun aku tidak takut! Kau tidak usah khawatir, Twako. Kalau kita sudah berhadapan dengan mereka, biarkan aku menghadapi mereka sendiri. Kau tidak usah turut campur atau turun tangan. Terserah kepadamu apakah kau mau membantuku kalau melihat aku kalah oleh mereka. Aku hanya minta kau temani aku ke Liong-thouw-san. Bagaimana?”
Yo Wan merasa kasihan sekali dan tidak tega hatinya untuk menolak. Benar-benar seorang gadis yang patut dikasihani. Tidak tahu siapa ayahnya! Adakah kenyataan yang lebih pahit daripada ini?
“Bi-moi, aku sendiri merasa heran mengapa ibumu merahasiakan siapa adanya ayahmu. Akan tetapi, siapakah itu ayah angkatmu?”
“Dia suami ibu!”
“Ah…..!”
Tak dapat Yo Wan menahan seruannya ini, karena memang sama sekali tak disangka-sangkanya. Melihat gadis itu memandang tajam karena seruan kagetnya, dia cepat-cepat menyambung.
“Kalau begitu, dia itu bukan ayah angkatmu, melainkan ayah tirimu. Begitukah?”
Siu Bi mengangguk, lalu terus menundukkan mukanya. Betapapun juga, hatinya tertusuk dia merasa sakit. Semenjak kakeknya terbunuh oleh The Sun dan ia mendengar bahwa orang yang selama itu ia anggap ayahnya ternyata bukan ayahnya sejati, timbul rasa tak senang, bahkan benci kepada diri ayah tirinya itu.
“Benar, dia itu ayah tiriku, namanya The Sun. Selama ini aku memakai she The, padahal bukan….. eh, kau kenapa?”
Ketika mengangkat muka memandang, Siu Bi melihat betapa Yo Wan melompat berdiri tegak, mukanya pucat sekali dan sepasang matanya memandang kepadanya, dengan terbelalak. Cepat ia menghampiri dan hendak memegang pundak pemuda itu sambil berkata gemas,
“Yo-twako, kau kenapa? Sakitkah kau?”
“Tidak….. tidak….. jangan sentuh aku!” tenak Yo Wan sambil melompat mundur.
“Yo-twako, kenapakah… ?”
Siu Bi benar-benar gelisah melihat keadaan Yo Wan yang seperti tiba-tiba menjadi gila itu.
“Kenapa?” suara Yo Wan parau dan tiba-tiba dia tertawa tapi seperti mayat tertawa. “Huh-huh-huh kenapa katamu Ayah tirimu, The Sun itu adalah pembunuh ibuku!”
Setelah berkata demikian, Yo Wan berkelebat dan sebentar saja dia sudah lenyap dari depan Siu Bi. Gadis ini tercengang, berusaha mengejar, akan tetapi hatinya sendiri terlampau tegang sehingga kedua kakinya menjadi lemas. la berusaha memanggil, akan tetapi tidak ada suara keluar dari mulutnya. Kemudian ia bersungut-sungut dan berbisik lirih, penuh kemarahan dan kegemasan.
“The Sun, kau benar-benar telah merusak hidupku…… aku benci padamu….. aku benci…..” dan gadis ini lalu menangis terisak-isak di bawah pohon.
Sementara itu, dengan hati pedih dan perasaan tidak karuan Yo Wan berlari-lari cepat sekali, menjauhkan diri sejauh mungkin dari gadis yang ternyata adalah anak tiri The Sun. Dan anak tiri musuh besarnya yang telah menghina ibunya dan menyebabkan kematian ibunya ini (baca Pendekar Buta), sekarang bermaksud akan membuntungi lengan suhu dan subonya serta putera mereka!
“Ilmu silat? Tapi…… ilmu silatmu sudah hebat sekali!”
“Hebat apanya? Cara kau menghindarkan pedangku tadi. Bukan main! Aku ingin kau mengajarkan aku cara mengelak seperti itu, Twako.”
Yo Wan kaget, Si-cap-it Sin-po atau ilmu langkah ajaib itu dia pelajari dari Pendekar Buta! Mana boleh diajarkan kepada orang lain, apalagi kepada orang yang berniat memusuhi Pendekar Buta? Tapi dia segera mendapat sebuah pikiran yang cerdik dan bagus, maka dia mengangguk.
“Baiklah, nanti kuajarkan itu kepadamu!”
Siu Bi mulai dengan ceritanya secara singkat.
“Aku anak tunggal seorang janda, sampai sekarang aku tidak tahu siapa ayahku karena ibu merahasiakannya. Aku diambil anak ayah angkatku, juga aku menerima pelajaran dari kakek guruku, yaitu Hek Lojin. Semenjak kecil aku belajar silat di Go-bi-san dan kakek Hek Lojin amat sayang kepadaku. Dia kehilangan lengannya, buntung sebatas siku kiri, dibuntungi Pendekar Buta ketika bertempur melawannya. Karena kakek amat baik kepadaku, dia menurunkan semua ilmunya kepadaku dan aku telah bersumpah sebelum dia meninggal dunia bahwa aku pasti akan mencari Pendekar Buta dan membalaskan dendam hatinya dengan jalan membuntungi lengan Pendekar Buta dan anak isterinya.”
“Mengapa kakekmu bertempur dengan Pendekar Buta? Apakah dia tidak menceritakan kepadamu sebab-sebabnya sehingga kau dapat mengerti apakah sebetulnya kesalahan Pendekar Buta terhadap kakekmu?”
Dengan hati-hati dan secara berputar, Yo Wan bertanya dengan maksud mengingatkan gadis ini bahwa tidak baik mengancam hendak membuntungi lengan orang-orang tanpa mengetahui kesalahan mereka yang sesungguhnya.
Akan tetapi dia keliru. Siu Bi menggerakkan alisnya yang hitam panjang dan kecil seperti dilukis.
“Apa peduliku tentang itu? Bukan urusanku! Urusan antara mendiang kakek dan Pendekar Buta, tiada sangkut-pautnya dengan aku. Urusanku dengan Pendekar Buta hanya untuk membalaskan sakit hati kakek yang telah dibuntungi lengannya, tentu saja berikut bunganya karena kakek sudah menderita puluhan tahun lamanya. Adapun bunganya edalah lengan isteri dan anak Pendekar Buta.”
Jawaban ini membuat Yo Wan menggeleng-gelengkan kepalanya dan menarik ,napas panjang.
“Eh, kau tidak setuju? Bukankah kau bilang hendak membantuku menghadapi mereka?”
Cepat Yo Wan menjawab.
“Memang, aku akan membantumu dalam segala hal, Bi-moi. Akan tetapi, aku hanya ingin mengatakan bahwa tugasmu itu sama sekali bukanlah hal yang mudah dilaksanakan. Pendekar Buta Kwa Kun Hong adalah seorang pendekar besar yang amat sakti. Isterinyapun memiliki ilmu kepandaian tinggi, juga puteranya. Mereka bertiga merupakan keluarga yang sukar sekali dilawan, apalagi dikalahkan secara yang kau katakan tadi, membuntungi lengan mereka. Wahhh, hal ini kurasa takkan mungkin dapat kau lakukan.”
“Hemmm, Yo-twako, kenapa kau begini kecil hati dan penakut? Aku sih sama sekali tidak takut! Apalagi ada kau di sampingku yang akan membantuku, Menghadapi iblis-iblis dari nerekapun aku tidak takut! Kau tidak usah khawatir, Twako. Kalau kita sudah berhadapan dengan mereka, biarkan aku menghadapi mereka sendiri. Kau tidak usah turut campur atau turun tangan. Terserah kepadamu apakah kau mau membantuku kalau melihat aku kalah oleh mereka. Aku hanya minta kau temani aku ke Liong-thouw-san. Bagaimana?”
Yo Wan merasa kasihan sekali dan tidak tega hatinya untuk menolak. Benar-benar seorang gadis yang patut dikasihani. Tidak tahu siapa ayahnya! Adakah kenyataan yang lebih pahit daripada ini?
“Bi-moi, aku sendiri merasa heran mengapa ibumu merahasiakan siapa adanya ayahmu. Akan tetapi, siapakah itu ayah angkatmu?”
“Dia suami ibu!”
“Ah…..!”
Tak dapat Yo Wan menahan seruannya ini, karena memang sama sekali tak disangka-sangkanya. Melihat gadis itu memandang tajam karena seruan kagetnya, dia cepat-cepat menyambung.
“Kalau begitu, dia itu bukan ayah angkatmu, melainkan ayah tirimu. Begitukah?”
Siu Bi mengangguk, lalu terus menundukkan mukanya. Betapapun juga, hatinya tertusuk dia merasa sakit. Semenjak kakeknya terbunuh oleh The Sun dan ia mendengar bahwa orang yang selama itu ia anggap ayahnya ternyata bukan ayahnya sejati, timbul rasa tak senang, bahkan benci kepada diri ayah tirinya itu.
“Benar, dia itu ayah tiriku, namanya The Sun. Selama ini aku memakai she The, padahal bukan….. eh, kau kenapa?”
Ketika mengangkat muka memandang, Siu Bi melihat betapa Yo Wan melompat berdiri tegak, mukanya pucat sekali dan sepasang matanya memandang kepadanya, dengan terbelalak. Cepat ia menghampiri dan hendak memegang pundak pemuda itu sambil berkata gemas,
“Yo-twako, kau kenapa? Sakitkah kau?”
“Tidak….. tidak….. jangan sentuh aku!” tenak Yo Wan sambil melompat mundur.
“Yo-twako, kenapakah… ?”
Siu Bi benar-benar gelisah melihat keadaan Yo Wan yang seperti tiba-tiba menjadi gila itu.
“Kenapa?” suara Yo Wan parau dan tiba-tiba dia tertawa tapi seperti mayat tertawa. “Huh-huh-huh kenapa katamu Ayah tirimu, The Sun itu adalah pembunuh ibuku!”
Setelah berkata demikian, Yo Wan berkelebat dan sebentar saja dia sudah lenyap dari depan Siu Bi. Gadis ini tercengang, berusaha mengejar, akan tetapi hatinya sendiri terlampau tegang sehingga kedua kakinya menjadi lemas. la berusaha memanggil, akan tetapi tidak ada suara keluar dari mulutnya. Kemudian ia bersungut-sungut dan berbisik lirih, penuh kemarahan dan kegemasan.
“The Sun, kau benar-benar telah merusak hidupku…… aku benci padamu….. aku benci…..” dan gadis ini lalu menangis terisak-isak di bawah pohon.
Sementara itu, dengan hati pedih dan perasaan tidak karuan Yo Wan berlari-lari cepat sekali, menjauhkan diri sejauh mungkin dari gadis yang ternyata adalah anak tiri The Sun. Dan anak tiri musuh besarnya yang telah menghina ibunya dan menyebabkan kematian ibunya ini (baca Pendekar Buta), sekarang bermaksud akan membuntungi lengan suhu dan subonya serta putera mereka!
********
Postingan populer dari blog ini
RAJA PEDANG (BAGIAN PERTAMA SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
JILID 01 JILID 02 JILID 03 JILID 04 JILID 05 JILID 06 JILID 07 JILID 08 JILID 09 JILID 10 JILID 11 JILID 12 JILID 13 JILID 14 JILID 15 JILID 16 JILID 17 JILID 18 JILID 19 JILID 20 JILID 21 JILID 22 JILID 23 JILID 24 JILID 25 JILID 26 JILID 27 JILID 28 JILID 29 JILID 30 JILID 31 JILID 32 JILID 33 JILID 34 JILID 35 JILID 36 JILID 37 JILID 38 JILID 39 JILID 40 JILID 41 JILID 42 JILID 43 JILID 44 JILID 45 JILID 46 JILID 47 JILID 48 JILID 49 JILID 50 JILID 51 JILID 52 JILID 53 JILID 54 JILID 55 JILID 56 JILID 57 JILID 58 JILID 59 JILID 60 JILID 61 JILID 62 JILID 63 JILID 64 JILID 65 JILID 66 JILID 67 JILID 68 JILID 69 JILID 70 JILID 71 JILID 72 JILID 73 JILID 74 JILID 75 JILID 76 JILID 77 JILID 78 JILID 79 JILID 80 JILID 81 JILID 82 JILID 83 JILID 84 JILID 85 JILID 86 JILID 87 JILID 88 JILID 89 JILID 90 JILID 91 JILID 92 JILID 93 JILID 94 JILID 95 JILID 96 JILID 97 JILID 98 JILID 99 JILID 100 JILID 101 J
RAJAWALI EMAS (BAGIAN KE-2 SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
SERI SEBELUMNY JILID 001 JILID 002 JILID 003 JILID 004 JILID 005 JILID 006 JILID 007 JILID 008 JILID 009 JILID 010 JILID 011 JILID 012 JILID 013 JILID 014 JILID 015 JILID 016 JILID 017 JILID 018 JILID 019 JILID 020 JILID 021 JILID 022 JILID 023 JILID 024 JILID 025 JILID 026 JILID 027 JILID 028 JILID 029 JILID 030 JILID 031 JILID 032 JILID 033 JILID 034 JILID 035 JILID 036 JILID 037 JILID 038 JILID 039 JILID 040 JILID 041 JILID 042 JILID 043 JILID 044 JILID 045 JILID 046 JILID 047 JILID 048 JILID 049 JILID 050 JILID 051 JILID 052 JILID 053 JILID 054 JILID 055 JILID 056 JILID 057 JILID 058 JILID 059 JILID 060 JILID 061 JILID 062 JILID 063 JILID 064 JILID 065 JILID 066 JILID 067 JILID 068 JILID 069 JILID 070 JILID 071 JILID 072 JILID 073 JILID 074 JILID 075 JILID 076 JILID 077 JILID 078 JILID 079 JILID 080 JILID 081 JILID 082 JILID 083 JILID 084 JILID 085 JILID 086 JILID 087 JILID 088 JILID 089 JILI
JAKA LOLA (BAGIAN KE-4 SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
SERI SEBELUMNYA JILID 001 JILID 002 JILID 003 JILID 004 JILID 005 JILID 006 JILID 007 JILID 008 JILID 009 JILID 010 JILID 011 JILID 012 JILID 013 JILID 014 JILID 015 JILID 016 JILID 017 JILID 018 JILID 019 JILID 020 JILID 021 JILID 022 JILID 023 JILID 024 JILID 025 JILID 026 JILID 027 JILID 028 JILID 029 JILID 030 JILID 031 JILID 032 JILID 033 JILID 034 JILID 035 JILID 036 JILID 037 JILID 038 JILID 039 JILID 040 JILID 041 JILID 042 JILID 043 JILID 044 JILID 045 JILID 046 JILID 047 JILID 048 JILID 049 JILID 050 JILID 051 JILID 052 JILID 053 JILID 054 JILID 055 JILID 056 JILID 057 JILID 058 JILID 059 JILID 060 JILID 061 JILID 062 JILID 063 JILID 064 JILID 065 JILID 066 JILID 067 JILID 068 JILID 069 JILID 070 JILID 071 JILID 072 JILID 073 JILID 074 JILID 075 JILID 076 JILID 077 JILID 078 JILID 079 JILID 080 JILID 081 JILID 082 JILID 083 JILID 084 JILID 085 JILID 086 JILID 087 JILID 088 JILID 089 JILID 090 JILID 091 JILID 092 JILID 093 JILID 094 JILID 095 JILID 096 JILID 097 JILID 098 JILI