JAKA LOLA JILID 112

 Yosiko yang semenjak tadi bersembunyi dan mengintai, tentu saja menjadi kaget sekali ketika tadi pemuda buntung itu memanggil nama gadis yang baru tiba. Gadis itu disebut “sukouw Cui Sian”! 

Jadi inikah Cui Sian, gadis yang menjadi pilihan hati Yo Wan? Hatinya dipenuhi kebencian dan ingin ia melompat keluar untuk menyerang dan membunuh gadis itu. Memang ia meninggalkan tempatnya dengan satu niat di hatinya, membunuh gadis yang bernama Cui Sian.

Akan tetapi Yosiko bukanlah seorang gadis yang bodoh dan ceroboh. la tadi sudah menyaksikan gerakan gadis yang hendak membunuh diri dan gerakan pemuda buntung yang mencegahnya. Gerakan mereka itu hebat, membayangkan kepandaian ilmu silat yang amat tinggi. Pemuda buntung itu sudah lihai sekali, kalau Cui Sian adalah sukouwnya (bibi gurunya), dapat dibayangkan betapa hebatnya kepandaian Cui Sian! 

Yosiko tidak mau bertindak sembrono menurutkan nafsu amarah kemudian sekali turun tangan ia gagal, apalagi kalau diingat bahwa Cui Sian pada saat itu mempunyai dua orang kawan yang kalau mengeroyoknya tentu akan lebih sukar mencapai kemenangan.

la tertarik sekali ketika menyaksikan dan mendengar percakapan tiga orang muda itu. Keadaan Siu Bi selain menarik perhatiannya, juga mendatangkan sebuah pikiran baik sekali. Oleh karena ini, maka Yosiko mendiamkan saja ketika Cui Sian dan Swan Bu pergi. Untuk beberapa lamanya ia memandang Siu Bi yang seperginya kedua orang itu lalu duduk diatas tanah dan menangis.

Memang hati Siu Bi berduka sekali. la tidak dapat menahan kepergian kekasihnya. la maklum bahwa kalau ia tidak memperbolehkan Swan Bu pulang lebih dulu menemui orang tuanya, selamanya ia tidak akan dapat membereskan urusannya dengan Swan Bu. la percaya penuh akan cinta kasih pemuda yang lengannya ia buntungi itu, akan tetapi iapun maklum betapa Swan Bu takkan dapat membantah orang tuanya. 

Siu BI takut sekali kalau-kalau ia akan kehilangan pemuda itu dan andaikata hal ini terjadi, hidup tiada artinya lagi baginya. Kekhawatiran inilah yang mengamuk di hatinya setelah disitu tidak ada siapa-siapa dan ia boleh puas menangis. Di depan Cui Sian tadi, tak sudi ia memperlihatkan kelemahan hatinya.

Yosiko keluar dari tempat sembunyinya menghampiri Siu Bi dengan perlahan. la melihat gadis itu menangis sedih dan agaknya tidak tahu akan kedatangannya, maka ia pun duduk pula di depan Siu Bi yang menyembunyikan mukanya dibelaang kedua tangan. Air mata bercucuran keluar dari celah-celah jari tangannya.

Yosiko menarik napas panjang, 
“Dia memang seorang pemuda yang amat tampan dan gagah perkasa…..” katanya lirih.

“Tidak ada pemuda lebih tampan dan gagah daripada Swan Bu di dunia ini!” Serta merta Siu Bi menjawab tanpa menurunkan kedua tangan dari depan mukanya.

Kembali Yosiko menarik napas panjang. Kalau bagi Siu Bi ucapan Yosiko tadi cocok benar dengan suara hatinya, adalah jawaban Siu Bi juga tepat dengan perasaan Yosiko. Tentu saja keduanya melamunkan dua macam pemuda!

“Pemuda sehebat itu patut dicinta sampai mati…..” kembali Yosiko berkata seperti kepada dirinya sendiri.

Kembali seperti dalam mimpi, tanpa menurunkan kedua tangannya, Siu Bi menyambung. 

“Aku cinta kepada Swan Bu dengan sepenuh jiwa ragaku.”

Hening pula sejenak. Siu Bi masih terisak-isak, Yosiko duduk termenung. Keduanya duduk diatas tanah berhadapan, akan tetapi seakan-akan tidak tahu akan keadaan masing-masing.

“Perempuan yang bernama Cui Sian itu sungguh amat menjemukan'” kembali Yosiko berkata.

“Aku benci kepadanya! Aku benci kepadanya!” 

Tiba-tiba Siu Bi berseru dan menurunkan kedua tangannya. Tiba-tiba ia berseru keras dan meloncat bangun sambil mencabut pedangnya. Sinar hitam berkelebat ketika Siu Bi menerjang Yosiko dengan pedangnya itu. Akan tetapi Yosiko sudah menangkis dengan pedangnya pula sehingga keduanya terhuyung mundur,






“Siapa kau?” bentak Siu Bi.

Yosiko tersenyum. 
“Adik yang baik, simpanlah pedangmu. Aku bukan musuh, aku bukan Cui Sian. Kita senasib sependeritaan, kita sama-sama dibikin sengsara oleh perempuan bernama Cui Sian tadi!”

“Apa kau bilang? ”

“Namaku Yosiko, dan aku benar-benar suka kepadamu karena nasib kita sama. Kau berpisah dari kekasihmu karena Cui Sian, akupun….. aku terpaksa berpisah dari dia karena Cui Sian. Adik Siu Bi, sebaiknya kita bersatu untuk menghadapi Cui Sian.”

“Kau mengerti namaku?” 

Yosiko menyimpan pedangnya. 
“Mari kita bicara secara sahabat baik. Sudah sejak tadi aku melihat dan mendengar semua.”

Siu Bi menjadi merah mukanya, akan tetapi karena melihat bahwa gadis cantik itu tidak bersikap sebagai musuh, iapun menyimpan pedangnya dan kembali mereka duduk, akan tetapi kali ini mereka saling memandang dan memperhatikan.

“Mengapa sikapmu begini aneh? Apa yang kau kehendaki dari padaku?”

“Begini, adik Siu Bi. Aku tadi tanpa kusengaja sudah mendengar dan melihat semua apa yang terjadi. Kau dan pemuda buntung yang tampan tadi saling mencinta, bersumpah sehidup semati, akan tetapi lalu datang Cui Sian yang mengajaknya pergi, kalau tidak salah….. untuk menjodohkan pemuda kekasihmu itu dengan wanita lain, bukan?”

“Swan Bu takkan mau melupakan aku!” teriak Siu Bi bernafsu.

“Aku percaya, dia amat mencintamu tampaknya. Akan tetapi, jangan pandang rendah perempuan bernama Cui Sian itu. Aku mendengar tadi, Dia adalah bibi gurunya, tentu akan dapat membujuk dan mengubah pendiriannya.”

Pucat wajah Siu Bi. 
“Hemmm, tidak mungkin….. andaikata begitu, apa kehendakmu?”

“Akupun benci kepada Cui Sian. Lebih baik kita berdua mencarinya dan membunuhnya!”

“Huh, enak saja kau bicara. Namamu Yosiko, agaknya kau orang asing dan tidak tahu siapa Cui Sian! Kau kira gampang membunuh dia? Kau tahu siapa dia? Dia adalah puteri tunggal dari Raja Pedang, tahukah engkau?”

Yosiko mengangguk dingin. 
“Tentu saja aku tahu. Kalau tidak tahu bahwa dia lihai, tentu tadi aku sudah muncul dan kubunuh dia. Karena dia lihai itulah, maka aku mengajak kau bersekutu, mari kita berdua mengeroyok dan membunuhnya”.

“Hemmm, tidak segampang menggoyang lidah, Yosiko. Eh, nanti dulu, kau ini siapakah dan mengapa tiada hujan tiada angin begini benci kepada Cui Sian? Kalau kau tidak ceritakan persoalanmu lebih dulu, aku tidak sudi bicara lebih lanjut denganmu.” Siu Bi memandang curiga.

Yosiko kembali menarik napas panjang. 
“Baiklah, dan terserah kepadamu apakah kau suka berteman denganku atau tidak setelah kau mendengar keadaanku. Seorang sahabat tidak perlu pura-pura. Aku bernama Yosiko dan aku adalah Hek-san-pangcu, ketua dari bajak laut Kipas Hitam!” 

la berhenti sebentar untuk melihat reaksi pada wajah cantik itu. Akan tetapi karena Siu Bi tidak pernah mendengar tentang bajak-bajak laut, hanya ayem saja mendengarkan.

“Semenjak kecil aku dan ibu selalu bercita-cita agar aku mendapatkan jodoh seorang pendekar yang tinggi ilmu silatnya, yang tidak saja dapat menangkan aku, akan tetapi bahkan dapat mengalahkan ibu!”

“Baik sekali,” Siu Bi segera memberi komentar, “Swan Bu juga tiga kali lebih lihai daripada aku! Akan tetapi bagiku, andaikata Swan Bu tidak lebih lihai daripada aku, akupun tetap akan cinta padanya!”

“Uh, salah besar! Aku tidak tahu tentang cinta, pendeknya, calon jodohku sudah cukup kalau kepandaiannya jauh melebihi aku!”

Siu Bi mengangkat pundak, tidak peduli. 
“Lalu bagaimana? Kepandaianmu tinggi, ini dapat kuketahui ketika kau menangkisku tadi. Adakah pria yang dapat menandingimu?”

“Bukan hanya menandingi!” kata Yo-siko, wajahnya berseri. “la malah patut menjadi guruku! Ibu sendiri tidak mampu menangkan dia! la hebat, wah, pendeknya di dunia ini tidak akan ada pria yang dapat mengalahkan dia!”

Siu Bi tersenyum mengejek. Belum tentu, pikirnya. Swan Bu memiliki kepandaian yang luar biasa! 

“Siapa sih namanya laki-laki pilihanmu itu dan mengapa kau membenci Cui Sian? Apa hubungannya dengan laki-laki pilihanmu itu”

Seketika wajah Yosiko menjadi muram. 
“Laki-laki itu bernama Yo Wan dan celakanya, dia mencinta Cui Sian.”

Terbelalak mata Siu Bi memandang ketika ia mendengar disebutnya nama ini. 
“Yo Wan kau bilang? Yo Wan…..?? Yo Wan murid Pendekar Buta?”

Kini Yosiko yang menjadi tercengang dan kaget. 
“Apa? Kau kenal dia?”

“Kenal dia?” Siu Bi tertawa dan luculah melihat gadis yang matanya masih merah bekas menangis ini tertawa geli. “Aku mengenal Yo Wan? Ah, aku mengenalnya baik sekali! Suatu kebetulan yang amat tak tersangka-sangka, sahabatku! Tahukah kau siapa kekasihku, pemuda buntung yang paling tampan dan gagah di seluruh dunia tadi? Dia adalah putera tunggal Pendekar Buta!”

Untuk kedua kalinya Yosiko tercengang. Sesaat ia memandang Siu Bi dengan bengong, kemudiah ia merangkulnya.

“Kebetulan sekali! Kau mencinta putera Pendekar Buta, dan aku memilih muridnya. Bukankah dengan demikian kau dan aku masih ada hubungan dekat? Sudah sepatutnya kita tolong-menolong, sudah selayaknya kita bersatu. Kita sama-sama membenci Cui Sian yang agaknya menjadi perusak kebahagiaan kita!”

Siu Bi memandang ragu dan Yosiko yang cerdik sekali dapat menduga akan hal ini. Maka cepat-cepat Yosiko memutar otaknya dan berkata, 

“Kau dengar, Siu Bi adikku yang manis. Kau bantulah aku menghalau Cui Sian ini, dan kalau aku sudah berjodoh dengan Yo Wan, aku dapat membujuknya agar dia mau membantumu mendapatkan kekasihmu tanpa diganggu oleh siapapun juga. Sebagai murid Pendekar Buta, tentu dia akan dapat membujuk suhunya untuk meluluskan puteranya menikah dengan engkau seorang. Bukankah ini kerja sama yang baik sekali namanya?” 

Yosiko terus membujuk dan karena Siu Bi berwatak sederhana, akhirnya ia kena bujuk juga dan menyanggupi. Menghadapi Yosiko, ia kalah bicara dan memang keduanya memiliki watak yang cocok, maka sebentar saja mereka merasa senasib sependeritaan dan menjadi dua orang sahabat baik.

“Mereka takkan pergi jauh!” kata Yosiko, “Aku tahu bahwa Cui Sian itu hendak membantu pembasmian bajak-bajak laut di daerah Po-hai ini, dan kurasa pekerjaan itu tidaklah mudah, tidaklah dapat diselesaikan dalam waktu singkat. Kau lihat saja, tentu mereka masih berada di sekitar tempat ini, dan aku tahu kemana harus mencari Cui Sian!”

Mereka bercakap-cakap dan sama sekali mereka tidak tahu bahwa semenjak tadi ada seorang laki-laki yang mengintai, melihat dan mendengarkan percakapan mereka. Mendengar bujukan Yo-siko, laki-laki ini menggeleng-geleng kepala dan berkali-kali menarik napas panjang, keningnya berkerut dan tak lama kemudian setelah tahu apa yang menjadi rencana dua orang gadis yang diliputi perasaan dendam itu, dia meninggalkah tempat itu dengan diam-diam laki-laki ini bukan lain adalah Yo Wan!

********




  • SELANJUTNYA 

Postingan populer dari blog ini

RAJA PEDANG (BAGIAN PERTAMA SERIAL RAJA PEDANG)

RAJAWALI EMAS (BAGIAN KE-2 SERIAL RAJA PEDANG)

JAKA LOLA (BAGIAN KE-4 SERIAL RAJA PEDANG)