JAKA LOLA JILID 115
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Oleh
Epul Saepul Rohman
Yo Wan selalu mengikuti Yosiko dan karenanya dia tahu akan gerak-gerik gadis ini. la tahu pula, bahwa Yosiko dan Siu Bi bersekutu untuk mencelakai Cui Sian! Dan ia menjadi saksi pula akan adegan-adegan aneh dari dua orang muda itu tadi, melihat betapa dengan mesra dan penuh perasaan Bun Hui merawat luka di pundak Yosiko. Dia sengaja membantu Bun Hui karena dia tahu bahwa tanpa dia bantu, biarpun ilmu kepandaian Bun Hui belum tentu kalah oleh Yosiko, namun gadis yang amat lincah itu mungkin merobohkan Bun Hui dengah senjata rahasianya.
Ketika Yo Wan melihat Siu Bi muncul memanggil Yosiko kemudian dua orang gadis itu berlari cepat, hatinya menjadi khawatir sekali. Dan kekhawatirannya terbukti karena tak lama kemudian dia melihat Cui Sian sedang bertempur mati-matian dikeroyok belasan orang bajak laut anak buah Yosiko! Kiranya Siu Bi memariggil Yosiko untuk melaksanakan kehendak mereka, yaitu mengeroyok dan membunuh Cui Sian.
Seperti juga Bun Hui, siang hari itu Cui Sian berada seorang diri di pinggir laut. la termenung-menung memikirkan Yo Wan, Semenjak ia melihat Yo Wan berada di dalam gua bersama Yosiko, hatinya terasa sakit sekali. la ingin marah, ingin membunuh wanita itu dan juga ingin menantang Yo Wan untuk mengadu kepandaian, ia penasaran dan merasa terhina. Bukankah Yo Wan terang-terangan menyatakan perasaannya ketika perjumpaan mereka dahulu? Kiranya Yo Wan hanya seorang pemuda yang gila perempuan, seorang hidung belang yang menjemukan.
Selagi ia termenung, mukanya sebentar merah sebentar pucat, tiba-tiba ia tersentak kaget dan cepat ia mengelak. Sebatang anak panah menyambar di atas kepalanya, lenyap kedalam pohon-pohon. Cui Sian cepat mencabut pedangnya dan bermunculanlah lima belas orang laki-laki, dipimpin oleh seorang gadis yang membuat Cui Sian membelalakkan matanya. Gadis itu adalah Siu Bi!
“Bocah jahat! Kau….. kau beserta bajak-bajak ini…..?” tegurnya, terheran-heran dan kemarahannya meinuncak.
Memang ia tidak suka kepada Siu Bi yang membuat Swan Bu tergila-gila, maka dapat dibayangkan kebenciannya melihat Siu Bi muncul bersama para bajak itu.
Akan tetapi Siu Bi tidak mempedulikannya, malah memberi aba-aba,
“Kurung dia, jangan boleh lolos!” la sendiri lalu melarikan diri untuk pergi mencari Yosiko!
Demikianlah, dengan kemarahan meluap-luap Cui Sin memutar pedangnya menghadapi pengeroyokan belasan orang itu. Dalam waktu beberapa menit saja pedangnya sudah merobohkan empat orang pengeroyok, sedangkan yang lainnya hanya berani mengurungnya dari jarak yang tidak terlampau dekat. Namun pengurungan mereka ketat, tidak memberi kesempatan gadis ini keluar dari kepungan.
Cui Sian adalah puteri tunggal Raja Pedang. Ilmu silatnya tinggi, akan tetapi sebagai puteri pendekar sakti yang namanya dipuji-puji di mana-mana, tentu saja sifatnya tidaklah ganas. Ilmu pedangnya bersih, mengandung daya Im dan Yang, tidak gentar menghadapi kepungan.
Namun, sudah menjadi sifat ilmu pedang keturunan Raja Pedang, selalu menitik beratkan kepada serangan balasan, yaitu apabila diserang barulah timbul keampuhannya untuk merobohkan si penyerangnya. Oleh karena sifat ini pula, agaknya Cui Sian merasa segan untuk menyerang para bajak laut yang ia anggap bukan lawan sebanding itu.
Ia hanya menanti dan empat orang yang roboh tadipun adalah karena mereka dengan ganas menyerangnya, maka akibatnya hebat pula. Kini karena para pengeroyoknya hanya mengepung dari jarak agak jauh, Cui Sian hanya berdiri tegak saja. Baru setelah para bajak menerjang maju dari segenap penjuru, ia mainkan pedangnya dan kembali dua orang roboh mandi darah!
Kedatangan Yosiko dan Siu Bi menggembirakan para bajak yang sudah mulai menjadi gentar. Yosiko berseru keras dalam bahasa Jepang, memberi perintah agar anak buahnya siap mengepung dari jarak jauh dengan anak panah disiapkan, memberi kesempatan kepada dia untuk menangkap musuh. Para bajak mundur sambil menyeret enam mayat temannya.
Yosiko dan Siu Bi dengan pedang terhunus sudah melompat maju menghadapi Cui Sian. Gadis dari Thai-san ini menjadi merah mukanya. Dengan pedang menuding ke depan ia memaki,
“Sungguh kebetulan Sekali! Memang besar keinginanku membasmi kalian berdua perempuan yang tak tahu malu!”
“Sombong!” bentak Yosiko. “Kaukah yang bernama Cui Sian? Hemmm, kematian sudah di depan mata masih berani berlagak!”
Setelah berkata demikian Yosiko menggerakkan pedang dan meloloskan sabuk suteranya. Siu Bi juga sudah melangkah maju dengan sikap mengancam. la membenci Cui Sian yang dianggapnya hendak menjauhkan Swan Bu dari padanya.
Hebat penyerangan Yosiko dan Siu Bi, terdorong oleh kebencian hati mereka. Namun, makin kuat ia diserang, makin kuatlah pertahanan Cui Sian. Liong-cu-kiam di tangannya laksana halilintar menggulung-gulung dan gerak Ilmu Pedang Sian-li Kiam-sut dimainkan dengan indahnya seakan-akan ia menjadi seorang dewi yang menari-nari.
Dengan gaya permainannya yang ampuh ini ia sama sekali tidak memberi kesempatan kepada senjata lawan untuk dapat mendekatinya. Betapapun juga, ketika Cui Sian menyaksikan gerakan pedang Yosiko mainkan jurus-jurus yang serupa, yaitu jurus-jurus campuran dari Sian-li Kiam-sut, tergeraklah hatinya. Teringat ia akan penuturan Tan Hwat Ki, bahwa gadis ini adalah puteri Tan Loan Ki yang masih terhitung saudara misannya sendiri, masih sedarah!
Teringat ia akan penuturan orang tuanya tentang paman tua (uwaknya) Tan Beng Kui, yaitu ayah Tan Loan Ki atau kakek gadis ini! Dengan bentakan keras ia menangkis, sehingga terpentallah pedang kedua orang lawannya, kemudian ia meloncat mundur.
“Tahan dulu!”
“Mau bicara apa lagi?” bentak Yosiko.
“Yosiko, bukankah kau ini puteri enci Tan Loan Ki? Tahukah engkau bahwa aku masih bibimu sendiri? Dan kau, Siu Bi, kau sudah berjanji hendak menanti Swan Bu. Beginikah kesetiaanmu kepadanya?”
“Bibi macam apa engkau ini! Aku tidak peduli, kau adalah musuh Kipas Hitam!” balas Yosiko.
“Tan Cui Sian, kaulah yang memisahkan Swan Bu dari sampingku!” bantah Siu I Bi.
“Ah, dua bocah liar! Kalian jahat…..”
“Cukup! Apa kau takut menghadapi kami?” ejek Yosiko.
“Hemmm, boleh ditambah sepuluh orang lagi macam kalian aku takkan mundur. Aku hanya mengingat bahwa kau masih terhitung keponakanku, dan Siu Bi….. ah, aku ingat Swan Bu maka aku mau bicara!”
“Cerewet!”
Yosiko membentak dan menerjang lagi, diikuti Siu Bi. Kembali mereka bertanding dengan seru. Sementara itu, dengan tanda suitan Yosiko sudah mengundang anak buahnya sehingga tempat itu kini terkurung oleh kurang lebih lima puluh orang bajak! Namun mereka tidak ada yang turun tangan sebelum mendapat perintah pemimpin mereka.
“Yosiko! Siu Bi! Mundur…..!!”
Tiba-tiba berkelebat bayangan putih dan orang ini bukan lain adalah Yo Wan! Kagetlah kedua orang gadis itu ketika melihat munculnya Yo Wan.
“Kau?”
Yosiko berseru.
“Kau….. membelanya?”
“Tentu saja! Yosiko, kenapa kau belum juga mau insyaf ? Siu Bi, kenapa kau ikut-ikut?”
“Dia membawa pergi Swan Bu. Dia memisahkan aku…..!”
Siu Bi bingung menjawab. Gentar hatinya kalau harus menghadapi Yo Wan, apalagi kalau diingat bahwa Yo Wan yang telah menolongnya sehingga ia tidak terbunuh dahulu oleh Lee Si dan Cui Sian.
Tiba-tiba dua orang pimpinan bajak dengan pedang di tangan menerjang Yo Wan. Serangan ini mendadak sekali, dilakukan dari belakang. Namun dengan gerakan ringan Yo Wan menggeser kaki, tanpa menengok tangannya bergerak ke belakang dan kakinya menendang. Akibat gerakan ini, sebatang pedang terampas! dan dua orang pimpinan bajak itu terlempar oleh tamparan dan tendangannya!
Ributlah para bajak. Seorang yang bercambang bauk dan bermata lebar melompat maju dengan golok besar di tangannya, diikuti anak buahnya!
“Bong-twako, jangan serang!” bentak Yosiko.
“Tapi…..” bantah si cambang bauk.
“Tidak ada tapi, mundur semua!” bentak Yosiko yang segera memimpin anak buahnya pergi dari situ, diikuti oleh Siu Bi yang beberapa kali memandang ragu ke arah Yo Wan.
Dalam waktu sebentar saja tempat itu telah menjadi sunyi kembali setelah Yosiko dan anak buahnya menghilang di balik pohon-pohon besar di hutan tepi pantai. Hanya tinggal Yo Wan dan Cui Sian berdua yang masih berdiri disitu.
“Bagus, akhirnya kita bertemu juga. Nah, kebetulan kau sudah mendapatkan pedang. Lihat seranganku!” Setelah berkata demikian, Cui Sian lalu menyerang Yo Wan dengan pedangnya!
Bukan main kagetnya hati Yo Wan.
“Eh…..! Bagaimana ini…..?”
la cepat mengelak ketika melihat betapa gadis itu tidak main-main, serangannya dilakukan dengan sungguh-sungguh dan amat berbahaya.
“Tak perlu pura-pura kaget! Kau bersekutu dengan kepala Kipas Hitam?” kata Cui Sian marah. “Karena itu kau adalah musuh kami!”
Kembali ia menyerang dengan gerakan kilat. Kembali Yo Wan mengelak dan mengelebatkan pedang rampasannya untuk menangkis. la maklum bahwa pedang di tangan Cui Sian adalah sebuah pedang pusaka yang ampuh, sedangkan pedang yang di tangannya hanyalah pedang biasa yang tajam. Sekali berdu tentu akan patah. Oleh karena itu, dia sengaja mengerahkan sinkangnya dengan tenaga lemas sehingga ketika terbentur, pedangnya hanya membalik dan tidak menjadi rusak.
Hal ini bagi Yo Wan adalah merupakan hal yang amat mudah, dan memang disini terletak kelihaiannya sehingga jangankan sebuah pedang baja, sedangkan sebatang pedang kayu merupakan senjata yang dapat menghadapi pusaka-pusaka ampuh jika berada di tangannya.
Ketika kedua pedang bertemu dan pedang di tangan Yo Wan tidak rusak, diam-diam Cui Sian kaget dan kagum sekali. Sebagai seorang ahli silat tinggi, iapun dapat menduga bahwa pemuda ini sudah mahir dalam memindahkan tenaga sakti ke dalam benda yang dipegangnya. Hal ini membutuhkan Iweekang yang mendalam dan kiranya hanya orang-orang setingkat ayahnya atau Pendekar Buta saja yang mampu melakukan hal itu!
“Eh, nanti dulu…… Sian-moi (adik Sian)….. sejak kapan aku bersekutu dengan kepala Kipas Hitam?”
“Pembohong pandai berpura-pura….. laki-laki mata keranjang! Jai-hoa-cat (penjahat pemetik bunga)!” Cui Sian menusukkan pedangnya kearah dada Yo Wan.
Yo Wan begitu kaget mendengar tuduhan ini sehingga dia meloncat ke atas, akan tetapi dia segera menangkis pedang Cui Sian, mengerahkan tenaga dan pedangnya berhasil menindas pedang gadis itu ke bawah. Betapapun Cui Sian mengerahkan tenaga, ia tidak mampu mengangkat pedangnya yang tertindas itu!
“Wah, nanti dulu, Sian-moi! Apa artinya tuduhan jai-hoa-cat dan mata keranjang itu?” Yo Wan bertanya gugup.
“Hemmm, apa kau hendak menyangkal bahwa kau tinggal siang malam berdua saja dengan….. dengan….. ketua Kipas Hitam yang cantik itu?”
Yo Wan menarik napas panjang. Hal ini sudah dia khawatirkan. la melepaskan pedangnya dan berkata,
“Aahhh, kau salah duga, Moi-moi. Kau dengarlah penjelasanku, atau kalau kau tidak percaya lagi kepadaku, boleh kau gunakan pedangmu itu menusuk mampus padaku, aku takkan melawan lagi!”
Cui Sian meragu, memandang tajam, pedangnya tidak bergerak, ia menanti. Dengan tenang Yo Wan lalu menuturkan pengalamannya ketika dia mencari Swan Bu, betapa di tengah jalan dia melihat Tan Hwat Ki dan sumoinya menyerang sarang Kipas Hitam, betapa dia menolong Tan Hwat Ki dan Bu Cui Kim, kemudian dia mengejar Yosiko dan terluka, lalu dirawat oleh gadis yang menjadi kepala Kipas Hitam itu.
“Memang kasihan gadis itu, semenjak kecil terdidik liar. Dia dan ibunya beranggapan bahwa pemuda yang dapat mengalahkan mereka adalah calon jodohnya…..,” demikian Yo Wan menutup ceritanya sambil menarik napas panjang. “Akan tetapi aku tentu saja menolaknya….. aku bukan mata keranjang atau jai-hoa-cat…..”
Postingan populer dari blog ini
RAJA PEDANG (BAGIAN PERTAMA SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
JILID 01 JILID 02 JILID 03 JILID 04 JILID 05 JILID 06 JILID 07 JILID 08 JILID 09 JILID 10 JILID 11 JILID 12 JILID 13 JILID 14 JILID 15 JILID 16 JILID 17 JILID 18 JILID 19 JILID 20 JILID 21 JILID 22 JILID 23 JILID 24 JILID 25 JILID 26 JILID 27 JILID 28 JILID 29 JILID 30 JILID 31 JILID 32 JILID 33 JILID 34 JILID 35 JILID 36 JILID 37 JILID 38 JILID 39 JILID 40 JILID 41 JILID 42 JILID 43 JILID 44 JILID 45 JILID 46 JILID 47 JILID 48 JILID 49 JILID 50 JILID 51 JILID 52 JILID 53 JILID 54 JILID 55 JILID 56 JILID 57 JILID 58 JILID 59 JILID 60 JILID 61 JILID 62 JILID 63 JILID 64 JILID 65 JILID 66 JILID 67 JILID 68 JILID 69 JILID 70 JILID 71 JILID 72 JILID 73 JILID 74 JILID 75 JILID 76 JILID 77 JILID 78 JILID 79 JILID 80 JILID 81 JILID 82 JILID 83 JILID 84 JILID 85 JILID 86 JILID 87 JILID 88 JILID 89 JILID 90 JILID 91 JILID 92 JILID 93 JILID 94 JILID 95 JILID 96 JILID 97 JILID 98 JILID 99 JILID 100 JILID 101 J
RAJAWALI EMAS (BAGIAN KE-2 SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
SERI SEBELUMNY JILID 001 JILID 002 JILID 003 JILID 004 JILID 005 JILID 006 JILID 007 JILID 008 JILID 009 JILID 010 JILID 011 JILID 012 JILID 013 JILID 014 JILID 015 JILID 016 JILID 017 JILID 018 JILID 019 JILID 020 JILID 021 JILID 022 JILID 023 JILID 024 JILID 025 JILID 026 JILID 027 JILID 028 JILID 029 JILID 030 JILID 031 JILID 032 JILID 033 JILID 034 JILID 035 JILID 036 JILID 037 JILID 038 JILID 039 JILID 040 JILID 041 JILID 042 JILID 043 JILID 044 JILID 045 JILID 046 JILID 047 JILID 048 JILID 049 JILID 050 JILID 051 JILID 052 JILID 053 JILID 054 JILID 055 JILID 056 JILID 057 JILID 058 JILID 059 JILID 060 JILID 061 JILID 062 JILID 063 JILID 064 JILID 065 JILID 066 JILID 067 JILID 068 JILID 069 JILID 070 JILID 071 JILID 072 JILID 073 JILID 074 JILID 075 JILID 076 JILID 077 JILID 078 JILID 079 JILID 080 JILID 081 JILID 082 JILID 083 JILID 084 JILID 085 JILID 086 JILID 087 JILID 088 JILID 089 JILI
JAKA LOLA (BAGIAN KE-4 SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
SERI SEBELUMNYA JILID 001 JILID 002 JILID 003 JILID 004 JILID 005 JILID 006 JILID 007 JILID 008 JILID 009 JILID 010 JILID 011 JILID 012 JILID 013 JILID 014 JILID 015 JILID 016 JILID 017 JILID 018 JILID 019 JILID 020 JILID 021 JILID 022 JILID 023 JILID 024 JILID 025 JILID 026 JILID 027 JILID 028 JILID 029 JILID 030 JILID 031 JILID 032 JILID 033 JILID 034 JILID 035 JILID 036 JILID 037 JILID 038 JILID 039 JILID 040 JILID 041 JILID 042 JILID 043 JILID 044 JILID 045 JILID 046 JILID 047 JILID 048 JILID 049 JILID 050 JILID 051 JILID 052 JILID 053 JILID 054 JILID 055 JILID 056 JILID 057 JILID 058 JILID 059 JILID 060 JILID 061 JILID 062 JILID 063 JILID 064 JILID 065 JILID 066 JILID 067 JILID 068 JILID 069 JILID 070 JILID 071 JILID 072 JILID 073 JILID 074 JILID 075 JILID 076 JILID 077 JILID 078 JILID 079 JILID 080 JILID 081 JILID 082 JILID 083 JILID 084 JILID 085 JILID 086 JILID 087 JILID 088 JILID 089 JILID 090 JILID 091 JILID 092 JILID 093 JILID 094 JILID 095 JILID 096 JILID 097 JILID 098 JILI