JAKA LOLA JILID 116
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Oleh
Epul Saepul Rohman
Cui Sian tersenyunn mengejek, akan tetapi wajahnya sudah ditinggalkan kemuramannya.
“Siapa percaya kau akan menolak seorang gadis yang begitu cantik jelita?”
“Sian-moi…..!!”
“Sudahlah, percaya atau tidak, apa bedanya? Kau suka menjadi jodohnya atau tidak, sebetulnya akupun tidak peduli. Bukan urusanku, kan?”
Hampir Yo Wan tertawa bergelak menyaksikan sikap ini. Tadi gadis ini menyerangnya hebat, hampir membunuhnya karena cemburu, akan tetapi sekarang setelah menerima penjelasan, mengatakan bahwa ia tidak peduli dan bukan urusannya! Memang aneh sekali watak perempuan, pikirnya.
“Sian-moi….,” Yo Wan memegang tangan Cui Sian, yang berkulit halus lunak dan yang tidak ditarik ketika dia pegang, “kuharap kau tidak kehilangan kepercayaanmu kepadaku. Sian-moi, tahukah kau mengapa Yosiko tadi hendak mengeroyok dan membunuhmu? Karena aku secara terus terang menolak usul perjodohannya dan mengatakan bahwa di dunia ini hanya seorang gadis yang kucinta dan kuharapkan menjadi calon jodohku, yaitu gadis yang bernama Tan Cui Sian. Dia menjadi marah dan hendak, membunuhmu, bahkan ibunya juga marah lalu pergi hendak menemui suhu agar suka memaksaku. Akan tetapi ibunya tidak tahu akan pengakuanku tentang kau, hanya mengira aku menolak begitu saja. Sian-moi, apapun yang terjadi, siapapun yang akan menggodaku, tak mungkin aku mengubah pendirian hatiku yang sudah teguh bagaikan karang dipantai laut. Lihat, benda inilah yang menjadi saksi akan kesetiaanku kepadamu, Moi-moi!”
Cui Sian tidak mengangkat mukanya yang sejak tadi menunduk, hanya matanya mengerling kepada benda yang dikeluarkan Yo Wan dari sakunya. Ternyata benda itu adalah sehelai saputangan, saputangannya yang ia berikan kepada pemuda itu ketika Yo Wan menghadapi lawan-lawan sakti, di antaranya Bhok Hwesio. Kepala itu makin menunduk.
“Sian-moi…… percayakah kau kepadaku kini?”
Cui Sian tidak menjawab dengan mulut, akan tetapi dua titik air mata yang terjatuh di tangan Yo Wan ketika kepala itu mengangguk perlahan merupakan jawaban yang cukup meyakinkan.
Sampai beberapa lama keduanya hanya berdiri saling berpegang tangan, tidak ada suara keluar dari mulut mereka, namun hati masing-masing dipenuhi kebahagiaan. Akhirnya, setelah agak terlambat karena selalu menolak para pemuda yang merayunya, Cui Sian mendapatkan juga jodohnya.
Akhirnya Cui Sian juga yang memecahkan kesunyian karena terdorong rasa sungkan dan malu di samping rasa bahagianya. la menarik tangannya, mengangkat muka dan sepasang mata bintang bersinar-sinar menentang wajah Yo Wan, bibirnya tersenyum. Yo Wan membalas dengan pandang mata mesra dan tersenyum pula senyum dan sinar mata itu cukup mewakili hati, menyampaikan seribu satu macam bahasa yang penuh madu asmara.
“Ah, kita melamun sampai melupakan urusan!” kata Cui Sian, wajahnya menjadi merah sampai ke telinganya. la memasukkan pedangnya dan berkata, “Hatiku masih bingung memikirkan keadaan Swan Bu dan Siu Bi si gadis liar itu. Aku berjumpa dengan mereka sedang berdua, dan agaknya Swan Bu merasa berat untuk berpisah dari Siu Bi. Padahal ayah bundanya tentu saja mengharapkan agar Swan Bu dapat mencuci segala kesalah fahaman dan noda akibat fitnah jahat dengan jalan mengawini Lee Si…..”
Yo Wan mengangguk-angguk dan menarik napas panjang.
“Kita tidak mungkin dapat menyalahkan Swan Bu. Moi-moi, kalau hati sudah menyerah kepada kasih, apalagi yang dapat menjadi halangan? Banyak sudah contoh-contohnya kita dapat petik daripada cerita lama. Tentu kau tahu akan riwayat ayahmu sendiri yang diombang-ambingkan oleh asmara, kemudian riwayat suhu yang juga menjadi korban kasih tak sampai. Dan aku maklum benar bahwa pada dasarnya, gadis-gadis seperti Siu Bi dan Yosiko bukanlah jahat. Hanya karena mereka sejak kecil terdidik dalam suasana yang kasar dan liar, mereka menjadi orang yang berwatak liar dan keras. Soal Swan Bu dan Siu Bi, biarlah kita urus perlahan-lahan dan kita bicarakan bersama dengan orang-orang tua bagaimana baiknya.”
Cui Sian mengangguk-angguk. Dia sendiri sedang diamuk cinta, tentu saja ia dapat merasakan keadaan Siu Bi sehingga rasa bencinya berkurang.
“Akan tetapi bagaimana tentang Yosiko? Biarpun dia itu masih keponakanku sendiri, bagaimana aku bisa membenarkannya kalau dia menjadi ketua gerombolan bajak laut? Apakah kita harus mendiamkannya saja? Kurasa hal ini amat tidak sejalar dengan sikap yang harus diambil orang gagah menghadapi kejahatan. Biarpun keluarga sendiri, kalau jahat, harus ditentang!”
Yo Wan memandang kekasihnya dengan bangga.
“Kau seorang pendekar wanita sejati, Moi-moi. Memang seharusnya demikianlah. Akan tetapi, sebelum mengambil jalan kekerasan, marilah kita mencari jalan yang lebih halus dan agaknya aku melihat jalan yang baik sekali untuk mengatasi hal ini. Kalau kita bisa mengaturnya…..”
la lalu bercerita tentang pertemuan dan pertandingan antara Bun Hui dan Yosiko, menyatakan dugaannya bahwa Bun Hui tertarik dan suka kepada ketua Kipas Hitam yang cantik itu.
Sambil berjalan perlahan kembali ke perkemahan bersama Yo Wan, Cui Sian mendengarkan cerita kekasihnya. Pertemuan antara Yo Wan dan orang-orang gagah disitu amatlah menggembirakan, terutama Swan Bu dan Tan Hwat Ki. Mereka bercakap-cakap sampai jauh malam, akan tetapi tidak sepatah katapun Yo Wan atau Cui Sian bicara tentang diri Siu Bi.
“Siapa percaya kau akan menolak seorang gadis yang begitu cantik jelita?”
“Sian-moi…..!!”
“Sudahlah, percaya atau tidak, apa bedanya? Kau suka menjadi jodohnya atau tidak, sebetulnya akupun tidak peduli. Bukan urusanku, kan?”
Hampir Yo Wan tertawa bergelak menyaksikan sikap ini. Tadi gadis ini menyerangnya hebat, hampir membunuhnya karena cemburu, akan tetapi sekarang setelah menerima penjelasan, mengatakan bahwa ia tidak peduli dan bukan urusannya! Memang aneh sekali watak perempuan, pikirnya.
“Sian-moi….,” Yo Wan memegang tangan Cui Sian, yang berkulit halus lunak dan yang tidak ditarik ketika dia pegang, “kuharap kau tidak kehilangan kepercayaanmu kepadaku. Sian-moi, tahukah kau mengapa Yosiko tadi hendak mengeroyok dan membunuhmu? Karena aku secara terus terang menolak usul perjodohannya dan mengatakan bahwa di dunia ini hanya seorang gadis yang kucinta dan kuharapkan menjadi calon jodohku, yaitu gadis yang bernama Tan Cui Sian. Dia menjadi marah dan hendak, membunuhmu, bahkan ibunya juga marah lalu pergi hendak menemui suhu agar suka memaksaku. Akan tetapi ibunya tidak tahu akan pengakuanku tentang kau, hanya mengira aku menolak begitu saja. Sian-moi, apapun yang terjadi, siapapun yang akan menggodaku, tak mungkin aku mengubah pendirian hatiku yang sudah teguh bagaikan karang dipantai laut. Lihat, benda inilah yang menjadi saksi akan kesetiaanku kepadamu, Moi-moi!”
Cui Sian tidak mengangkat mukanya yang sejak tadi menunduk, hanya matanya mengerling kepada benda yang dikeluarkan Yo Wan dari sakunya. Ternyata benda itu adalah sehelai saputangan, saputangannya yang ia berikan kepada pemuda itu ketika Yo Wan menghadapi lawan-lawan sakti, di antaranya Bhok Hwesio. Kepala itu makin menunduk.
“Sian-moi…… percayakah kau kepadaku kini?”
Cui Sian tidak menjawab dengan mulut, akan tetapi dua titik air mata yang terjatuh di tangan Yo Wan ketika kepala itu mengangguk perlahan merupakan jawaban yang cukup meyakinkan.
Sampai beberapa lama keduanya hanya berdiri saling berpegang tangan, tidak ada suara keluar dari mulut mereka, namun hati masing-masing dipenuhi kebahagiaan. Akhirnya, setelah agak terlambat karena selalu menolak para pemuda yang merayunya, Cui Sian mendapatkan juga jodohnya.
Akhirnya Cui Sian juga yang memecahkan kesunyian karena terdorong rasa sungkan dan malu di samping rasa bahagianya. la menarik tangannya, mengangkat muka dan sepasang mata bintang bersinar-sinar menentang wajah Yo Wan, bibirnya tersenyum. Yo Wan membalas dengan pandang mata mesra dan tersenyum pula senyum dan sinar mata itu cukup mewakili hati, menyampaikan seribu satu macam bahasa yang penuh madu asmara.
“Ah, kita melamun sampai melupakan urusan!” kata Cui Sian, wajahnya menjadi merah sampai ke telinganya. la memasukkan pedangnya dan berkata, “Hatiku masih bingung memikirkan keadaan Swan Bu dan Siu Bi si gadis liar itu. Aku berjumpa dengan mereka sedang berdua, dan agaknya Swan Bu merasa berat untuk berpisah dari Siu Bi. Padahal ayah bundanya tentu saja mengharapkan agar Swan Bu dapat mencuci segala kesalah fahaman dan noda akibat fitnah jahat dengan jalan mengawini Lee Si…..”
Yo Wan mengangguk-angguk dan menarik napas panjang.
“Kita tidak mungkin dapat menyalahkan Swan Bu. Moi-moi, kalau hati sudah menyerah kepada kasih, apalagi yang dapat menjadi halangan? Banyak sudah contoh-contohnya kita dapat petik daripada cerita lama. Tentu kau tahu akan riwayat ayahmu sendiri yang diombang-ambingkan oleh asmara, kemudian riwayat suhu yang juga menjadi korban kasih tak sampai. Dan aku maklum benar bahwa pada dasarnya, gadis-gadis seperti Siu Bi dan Yosiko bukanlah jahat. Hanya karena mereka sejak kecil terdidik dalam suasana yang kasar dan liar, mereka menjadi orang yang berwatak liar dan keras. Soal Swan Bu dan Siu Bi, biarlah kita urus perlahan-lahan dan kita bicarakan bersama dengan orang-orang tua bagaimana baiknya.”
Cui Sian mengangguk-angguk. Dia sendiri sedang diamuk cinta, tentu saja ia dapat merasakan keadaan Siu Bi sehingga rasa bencinya berkurang.
“Akan tetapi bagaimana tentang Yosiko? Biarpun dia itu masih keponakanku sendiri, bagaimana aku bisa membenarkannya kalau dia menjadi ketua gerombolan bajak laut? Apakah kita harus mendiamkannya saja? Kurasa hal ini amat tidak sejalar dengan sikap yang harus diambil orang gagah menghadapi kejahatan. Biarpun keluarga sendiri, kalau jahat, harus ditentang!”
Yo Wan memandang kekasihnya dengan bangga.
“Kau seorang pendekar wanita sejati, Moi-moi. Memang seharusnya demikianlah. Akan tetapi, sebelum mengambil jalan kekerasan, marilah kita mencari jalan yang lebih halus dan agaknya aku melihat jalan yang baik sekali untuk mengatasi hal ini. Kalau kita bisa mengaturnya…..”
la lalu bercerita tentang pertemuan dan pertandingan antara Bun Hui dan Yosiko, menyatakan dugaannya bahwa Bun Hui tertarik dan suka kepada ketua Kipas Hitam yang cantik itu.
Sambil berjalan perlahan kembali ke perkemahan bersama Yo Wan, Cui Sian mendengarkan cerita kekasihnya. Pertemuan antara Yo Wan dan orang-orang gagah disitu amatlah menggembirakan, terutama Swan Bu dan Tan Hwat Ki. Mereka bercakap-cakap sampai jauh malam, akan tetapi tidak sepatah katapun Yo Wan atau Cui Sian bicara tentang diri Siu Bi.
********
Postingan populer dari blog ini
RAJA PEDANG (BAGIAN PERTAMA SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
JILID 01 JILID 02 JILID 03 JILID 04 JILID 05 JILID 06 JILID 07 JILID 08 JILID 09 JILID 10 JILID 11 JILID 12 JILID 13 JILID 14 JILID 15 JILID 16 JILID 17 JILID 18 JILID 19 JILID 20 JILID 21 JILID 22 JILID 23 JILID 24 JILID 25 JILID 26 JILID 27 JILID 28 JILID 29 JILID 30 JILID 31 JILID 32 JILID 33 JILID 34 JILID 35 JILID 36 JILID 37 JILID 38 JILID 39 JILID 40 JILID 41 JILID 42 JILID 43 JILID 44 JILID 45 JILID 46 JILID 47 JILID 48 JILID 49 JILID 50 JILID 51 JILID 52 JILID 53 JILID 54 JILID 55 JILID 56 JILID 57 JILID 58 JILID 59 JILID 60 JILID 61 JILID 62 JILID 63 JILID 64 JILID 65 JILID 66 JILID 67 JILID 68 JILID 69 JILID 70 JILID 71 JILID 72 JILID 73 JILID 74 JILID 75 JILID 76 JILID 77 JILID 78 JILID 79 JILID 80 JILID 81 JILID 82 JILID 83 JILID 84 JILID 85 JILID 86 JILID 87 JILID 88 JILID 89 JILID 90 JILID 91 JILID 92 JILID 93 JILID 94 JILID 95 JILID 96 JILID 97 JILID 98 JILID 99 JILID 100 JILID 101 J
RAJAWALI EMAS (BAGIAN KE-2 SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
SERI SEBELUMNY JILID 001 JILID 002 JILID 003 JILID 004 JILID 005 JILID 006 JILID 007 JILID 008 JILID 009 JILID 010 JILID 011 JILID 012 JILID 013 JILID 014 JILID 015 JILID 016 JILID 017 JILID 018 JILID 019 JILID 020 JILID 021 JILID 022 JILID 023 JILID 024 JILID 025 JILID 026 JILID 027 JILID 028 JILID 029 JILID 030 JILID 031 JILID 032 JILID 033 JILID 034 JILID 035 JILID 036 JILID 037 JILID 038 JILID 039 JILID 040 JILID 041 JILID 042 JILID 043 JILID 044 JILID 045 JILID 046 JILID 047 JILID 048 JILID 049 JILID 050 JILID 051 JILID 052 JILID 053 JILID 054 JILID 055 JILID 056 JILID 057 JILID 058 JILID 059 JILID 060 JILID 061 JILID 062 JILID 063 JILID 064 JILID 065 JILID 066 JILID 067 JILID 068 JILID 069 JILID 070 JILID 071 JILID 072 JILID 073 JILID 074 JILID 075 JILID 076 JILID 077 JILID 078 JILID 079 JILID 080 JILID 081 JILID 082 JILID 083 JILID 084 JILID 085 JILID 086 JILID 087 JILID 088 JILID 089 JILI
JAKA LOLA (BAGIAN KE-4 SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
SERI SEBELUMNYA JILID 001 JILID 002 JILID 003 JILID 004 JILID 005 JILID 006 JILID 007 JILID 008 JILID 009 JILID 010 JILID 011 JILID 012 JILID 013 JILID 014 JILID 015 JILID 016 JILID 017 JILID 018 JILID 019 JILID 020 JILID 021 JILID 022 JILID 023 JILID 024 JILID 025 JILID 026 JILID 027 JILID 028 JILID 029 JILID 030 JILID 031 JILID 032 JILID 033 JILID 034 JILID 035 JILID 036 JILID 037 JILID 038 JILID 039 JILID 040 JILID 041 JILID 042 JILID 043 JILID 044 JILID 045 JILID 046 JILID 047 JILID 048 JILID 049 JILID 050 JILID 051 JILID 052 JILID 053 JILID 054 JILID 055 JILID 056 JILID 057 JILID 058 JILID 059 JILID 060 JILID 061 JILID 062 JILID 063 JILID 064 JILID 065 JILID 066 JILID 067 JILID 068 JILID 069 JILID 070 JILID 071 JILID 072 JILID 073 JILID 074 JILID 075 JILID 076 JILID 077 JILID 078 JILID 079 JILID 080 JILID 081 JILID 082 JILID 083 JILID 084 JILID 085 JILID 086 JILID 087 JILID 088 JILID 089 JILID 090 JILID 091 JILID 092 JILID 093 JILID 094 JILID 095 JILID 096 JILID 097 JILID 098 JILI