PENDEKAR BUTA JILID 035


“Perduli dengan kepandaianmu! Aku hanya ingin melihat apakah kau ini benar-benar pacarnya atau bukan. Kalau kau berani mengeroyoknya dan kemudian membunuhnya dengan pedangmu, aku baru mau percaya bahwa kau bukan pacar si buta itu!”

Dapat dibayangkan betapa hancur hati Hui Kauw mendengar ini. Sebetulnya, diluar tahu ibunya, ia telah memiliki ilmu silat yang amat tinggi yang ia pelajari secara rahasia. Ia dapat mengira-ngira bahwa kalau dibandingkan dengan ibunya sendiri bahkan dengan Pangeran Sublai atau malah dengan Bouw Si Ma kiranya ia takkan kalah! Dan melihat ilmu silat aneh dari Kun Hong, biarpun amat lihai akan tetapi kalau ia maju lagi mengeroyok, orang buta itu takkan mampu menahan lagi. Akan tetapi, orang buta itu tidak mempunyai dosa. Malah ialah orangnya yang berdosa, karena si buta ini menghadapi bahaya maut karena ia!

“Tidak, Ibu,” jawabnya dengan suara tetap, “Dia tidak bersalah apa-apa, aku tidak mau mengeroyoknya. Malah kuharap Ibu suka membebaskan saja dia dan gadis temannya itu agar keluar dari pulau dengan aman. Mereka berdua itu tidak mempunyai kesalahan apa-apa.”

“Anak setan kau! Kau malah memihak musuh?”

“Mereka bukan musuh…….”

“Kalau begitu kau ingin mampus!” 

“Budi yang dilimpahkan ibu semenjak aku kecil terlalu besar, kalau Ibu kehendaki, nyawaku boleh untuk membalas budi itu……”

“Keparat…..!” 

Terdengar oleh Kun Hong yang sejak tadi mendengarkan suara bidadari itu, suara yang amat mengejutkan hatinya. Suara pukulan-pukulan yang dilakukan bertubi-tubi kepada tubuh Hui Kauw yang agaknya tidak mau membalas atau mengelak, hanya mengeluh lirih menahan nyeri. 

Meluap amarah di hati Kun Hong dan serentak berubah gerakan tongkatnya. Segulung sinar merah berkelebat disusul teriakan kaget Pangeran Souw Bu Lai dan Bouw Si Ma yang terhuyung mundur sambil memegangi lengan kanan yang luka-luka berdarah. Saat itu dipergunakan oleh Kun Hong untuk mencelat kearah Hui Kauw, kakinya menendang dan……. tubuh Ching-toanio terlempar sampai lima meter jauhnya! 

Kun Hong meraba-raba dengan tangannya, membungkuk lalu memondong tubuh Hui Kauw yang sudah lemas dan pingsan. Kaget sekali hati Kun Hong ketika rabaan tangannya mendapat kenyataan betapa nona itu terluka hebat, tubuhnya terserang pukulan beracun dan beberapa tulang rusuknya patah! Saking marahnya Kun Hong merasa betapa mukanya menjadi panas sekali.

“Ching-toanio…….!” 

Dia berteriak dengan suara agak gemetar. 
“Alangkah kejamnya hatimu! Kau mengaku bahwa nona ini adalah puterimu, akan tetapi perbuatanmu kepadanya sama sekali bukan sikap seorang ibu sejati. Perbuatanmu biadab dan tak patut dilakukan oleh seorang wanita terhadap anaknya. Karena itu, jelaslah bahwa nona ini bukan anakmu! Seekor harimau betina yang bagaimana liar dan ganas sekalipun takkan makan anaknya sendiri, betapa seorang manusia bisa membunuh anaknya?”

“Jembel buta setan alas!” 

Ching-toanio memekik dan memaki-maki. Malunya bukan main bahwa ia seorang tokoh dunia kangouw, majikan dari Ching-coa-to yang tersohor, kini sekali tendang saja sudah dibikin terlempar oleh seorang pengemis muda dan buta lagi! 

“Keparat tak bermalu, urusan antara ibu dan anak, kau orang luar berani mencampuri?”

Kun Hong tersenyum pahit, lalu terdengar suaranya dingin, 
“Alasan seorang iblis dalam tubuh seorang ibu. Biarpun mataku buta, hatiku tidak sebuta hatimu. Aku masih dapat membedakan siapa yang berhak ditolong dan siapa pula yang wajib diberantas! Nona ini terang tidak berdosa, kalian menjatuhkan fitnah hanya untuk dalih agar dapat menyiksanya, dapat membunuhnya! Tapi, selama Kwa Kun Hong masih hidup dan berada disini, jangan harap kau akan dapat mengganggu selembar rambutnya!”

Dengan tangan kirinya mengempit tubuh Hui Kauw yang pingsan, Kun Hong berdiri melintangkan tongkatnya, siap menanti serbuan orang-orang itu. Dia bertekad untuk melindungi nona itu.





“Hong-ko, kenapa engkau mencampuri urusan orang lain?” Tiba-tiba suara Loan Ki mencelanya dan gadis ini sudah meloncat ke depannya. “Hong-ko, kau telah membikin ribut dan kacau disini, membikin urusan menjadi makin besar saja. Kau lepaskan si muka hitam itu dan mari kita keluar dari pulau ini.”

“Ki-moi, mana bisa aku membiarkan saja orang membunuh ia yang sama sekali tidak bersalah atas dasar fitnah yang begitu keji?”

“Hong-ko, kau mati-matian membelanya……. apakah……. apakah kau sudah jatuh cinta kepadanya…….?”

“Hushh, jangan bicara yang bukan-bukan, aku……. aku…….” 

Tiba-tiba tubuh Kun Hong menjadi lemas dan dia roboh. Kiranya Loan Ki yang tadinya memegang-megang tangannya itu secara tiba-tiba menotok jalan darah di punggungnya yang membuat Kun Hong menjadi lemas kehilangan tenaga. Dia masih berusaha memulihkan kekuatan, akan tetapi yang dapat dia lakukan hanya mencengkeram tongkatnya saja, malah tubuh Hui Kauw dalam kempitannya juga terlepas dan jatuh bergulingan, saling tindih dengan tubuhnya sendiri.

Bagaimana Loan Ki yang tadinya dibelenggu bisa mendekati Kun Hong dan melakukan pengkhianatan ini? Gadis ini tadi memang dibelenggu, akan tetapi ia dilepaskan oleh Souw Bu Lai ketika pangeran ini maju menyerang Kun Hong. Karena ujung tali itu tidak dipegangi orang, dengan mudah Loan Ki dapat sedikit demi sedikit meloloskan kedua tangannya sehingga ia menjadi bebas. Tidak ada orang yang memperhatikannya, apalagi ia merupakan tawanan yang tidak penting karena tadi orang mengikatnya hanya untuk menjaga kalau-kalau sahabatnya yang buta itu benar-benar amat lihai dan mengamuk, maka ia dibelenggu untuk dijadikan jaminan. 

Siapa kira si buta itu benar-benar mengamuk, akan tetapi bukan karena tertawannya Loan Ki, melainkan karena soal lain, yaitu soal nona Hui Kauw. Adapun Loan Ki sendiri hatinya sudah sejak tadi panas dan iri menyaksikan betapa Kun Hong membela Hui Kauw secara mati-matian. 

Gadis ini masih terlalu muda untuk dapat menafsirkan tentang cinta kasih. Ia tidak ingat bahwa untuk dirinya sendiripun Kun Hong membela mati-matian. Sekarang, melihat Kun Hong membela seorang gadis lain, ia menjadi iri hati, bukan cemburu karena pada saat itu ia tidak tahu apakah ia mencinta si buta ini ataukah tidak. 

Pendeknya, hatinya tidak senang melihat Kun Hong membela Hui Kauw, apalagi melihat betapa si buta itu memondong tubuh nona yang sudah pingsan itu. Maka ia lalu mendekati, menegur dan menotok roboh Kun Hong dengan maksud menghentikan usaha Kun Hong membela Hui Kauw.

Tentu saja Kun Hong terkejut bukan main. Sama sekali dia tidak pernah mengira bahwa Loan Ki akan berbuat seperti itu dan inilah sebabnya pula dia mudah dirobohkan. Dia sama sekali tidak pernah menduga dan karena itu tidak berjaga diri terhadap Loan Ki. 

Kini setelah roboh dan tak berhasil memulihkan tenaga, dia terkejut dan terheran-heran, namun tidak khawatir karena maklum bahwa tidak akan ada hal yang lebih hebat daripada kematian, sedangkan kematian itu baginya bukan apa-apa, seperti air sungai mengalir kembali ke laut dimana dia akan bersatu dengan Cui Bi!

Ternyata Ching-toanio yang ditendang sampai mencelat lima meter oleh Kun Hong tadi tidak terluka berat, hanya mendapat luka ringan berupa benjol-benjol dan barut-barut saja. Hal ini adalah karena Kun Hong memang sengaja tidak mengarah nyawa orang, hanya melakukan tendangan tanpa disertai tenaga dalam yang dapat mengakibatkan luka hebat. 

Malah kedua orang pengeroyoknya tadi, Souw Bu Lai dan Bouw Si Ma, hanya terluka di lengan kanannya dengan goresan-goresan yang tidak dalam, hanya mengeluarkan darah akan tetapi ternyata merupakan luka kulit belaka.

Kini melihat betapa Kun Hong sudah roboh, Ching-toanio masih tak mampu mempertahankan kemarahannya, segera mencabut pedang dan melompat maju untuk membacok putus leher pemuda buta yang sudah banyak membikin malu kepadanya itu.

“Tranggg!” Bunga api berpijar saking kerasnya bentrokan pedang ini. “Ching-toania, tidak boleh kau membunuh Hong-ko!” teriak Loan Ki yang menangkis pedang Ching-toanio dengan pedangnya sendiri. “Kau boleh bunuh mampus anakmu si muka hitam, tapi Hong-ko tidak bersalah, kau tidak boleh membunuhnya.”

Ching-toanio memandang dengan mata mendelik. 
“Dia berani mencemarkan namaku, melakukan perbuatan jina, masih kau bilang dia tidak berdosa?”

“Ihh, kau keliru besar toanio. Hong-ko adalah seorang buta, mana dia bisa melihat tentang cantik tidaknya wanita? Mana bisa dia mampu menarik hati wanita? Tentulah anakmu yang tak tahu malu itu yang sengaja menarik hati dan memikatnya dengan kata-kata halus. Hong-ko memang seorang muda yang tampan dan berkepandaian tinggi, tidak heran anakmu itu jatuh cinta. Hong-ko sendiri karena buta mudah saja dipikat, coba dia dapat melihat, apa dia sudi melayani seorang gadis yang mukanya seperti pantat kuali?”

“Keduanya harus mampus!” 

Ching-toanio kembali menggerakkan pedangnya, akan tetapi kembali Loan Ki menangkis, biarpun dua kali tangkisan itu sudah membuat telapak tangannya lecet-lecet.

“Ching-toanio, apa kau sebagai golongan lebih tua tidak malu? Kau berani turun tangan karena Hong-ko sudah kurobohkan. Hemm, andaikata aku tidak merobohkannya dengan totokan tanpa dia menduga, apa kau kira kau akan mampu bersikap segalak ini terhadapnya? Hi-hik, benar-benar orang di Ching-coa-to tidak punya sopan santun persilatan!”

Bukan main tajamnya ucapan ini, melebihi tajamnya ujung seribu pedang. Ching-toanio menjadi pucat mukanya dan menahan pedangnya, matanya mendelik dan muka yang pucat itu berubah merah, ia adalah seorang kangouw yang sudah memiliki nama besar, tentu saja sekarang mendengar ucapan ini, ia tidak ada muka untuk nekat menyerang Kun Hong yang sudah tak berdaya itu. Semua orang disitu tahu belaka bahwa robohnya Kun Hong si buta itu adalah karena serangan gelap yang dilakukan Loan Ki, sama sekali bukan roboh oleh Ching-toanio atau yang lain. 

Kemarahannya meluap-luap akan tetapi tertahan sehingga kini kemarahannya ini ditumpahkan kepada Hui Kauw seorang! Hanya gadis inilah yang dapat menjadi bulan-bulan kemarahannya tanpa ada seekor setanpun yang berani menghalanginya. Tadipun hanya si buta itu yang membelanya sekarang setelah si buta roboh, siapa lagi akan membela anak angkat yang menimbulkan kemarahan dan kebencian ini?

“Anak keparat, kaulah gara-garanya!” 

Ia menggerakkan pedangnya sambil melompat ke dekat Hui Kauw yang ternyata sudah sadar dari pingsannya, akan tetapi karena tubuhnya terluka hebat oleh pukulan-pukulan ibu angkatnya tadi, ia masih belum dapat bangun. 

Kini melihat betapa Kun Hong tak berdaya, rebah dalam keadaan tertotok, hatinya terkejut bukan main. Timbul kekhawatirannya untuk keselamatan si buta ini, dan sekaligus timbul ingatannya untuk menolong Kun Hong. Maka begitu melihat sambaran pedang di tangan ibunya ke arah leher, Hui Kauw menggulingkan tubuhnya. 

Pedang itu meluncur menghantam tanah dan gadis itu dengan pengerahan tenaga yang luar biasa telah dapat bangun dan duduk. Pedang itu, yang dikendalikan tangan Ching-toanio yang marah mengejar dan menyerang lagi, namun kini dalam keadaan duduk Hui Kauw lebih mudah mengelak. 

Semua orang terheran-heran terutama sekali Ching-toanio dan Hui Siang. Bagaimana mendadak Hui Kauw yang sudah terluka hebat itu memiliki gerakan-gerakan aneh sehingga dalam keadaan seperti itu dapat menghindarkan serangan pedang? Dengan penuh keheranan yang berubah menjadi penasaran dan malu, Ching-toanio memperhebat penyerangannya, bertubi-tubi mengirim tusukan dan bacokan kearah tubuh anak angkatnya.

Akan tetapi, benar-benar terjadi keanehan bagi nyonya galak ini. Hanya dengan menggerak-gerakkan tubuhnya secara aneh, kadang-kadang rebah dan ada kalanya meloncat keatas dan duduk kembali, Hui Kauw dapat menyelamatkan diri dari semua serangan itu, sungguhpun makin lama gerakannya makin lemah dan lambat karena memang luka-luka di tubuhnya sudah parah. Kalau saja tidak sedemikian parah luka-luka di tubuhnya, tentu dengan kepandaiannya yang dirahasiakan itu ia dapat menyelamatkan diri dengan mudah.

Sementara itu, tadinya Kun Hong terkejut dan heran, juga maklum bahwa dia telah dikhianati Loan Ki dan tinggal menanti datangnya maut ketika dia roboh tertotok oleh Loan Ki tanpa dia dapat mencegahnya karena sebelumnya dia tidak berjaga lebih dulu dan tidak pernah menduga akan mendapat penyerangan gelap dari gadis ini. Akan tetapi dasar memang di tubuhnya sudah terisi hawa murni yang amat kuat, sedangkan tenaga dalamnya adalah tenaga dalam yang dilatih menurut ilmu silat tinggi yang bersih, maka pengaruh totokan Loan Ki yang bagi orang lain tentu akan dapat melumpuhkan sampai berjam-jam itu, ternyata bagi Kun Hong hanya melumpuhkannya beberapa menit saja! Dengan pengerahan tenaga berulang-ulang, akhirnya dengan girang Kun Hong dapat membobolkan kemacetan jalan darahnya dan tenaganya pulih kembali seperti sebelum tertotok.







036

Postingan populer dari blog ini

RAJA PEDANG (BAGIAN PERTAMA SERIAL RAJA PEDANG)

RAJAWALI EMAS (BAGIAN KE-2 SERIAL RAJA PEDANG)

JAKA LOLA (BAGIAN KE-4 SERIAL RAJA PEDANG)