PENDEKAR BUTA JILID 074

Telinga Kun Hong yang tajam mendengar betapa orang kedua yang sejak tadi berjalan bersama The Sun, kini berjalan cepat sekali meninggalkan tempat itu. Dia heran, akan tetapi tidak bertanya dan pura-pura tidak tahu.

Karena The Sun mendesaknya, tak dapat pula dia menolak dan terpaksa Kun Hong mengikuti pemuda itu menuju ke tengah kota. Makin lama makin ramailah orang hilir-mudik dan makin ramai orang bercakap-cakap. Biarpun sepasang mata Kun Hong tak dapat melihat lagi, akan tetapi dahulu sebelum dia menjadi buta kedua matanya, pernah dia datang ke kota raja, malah pernah dia menjadi tamu dari Pangeran Kian Bun Ti yang sekarang menjadi kaisar (baca Rajawali Emas). Oleh karena itu, sekarang dia dapat membayangkan keadaan kota raja ini dengan hanya mendengar keramaian di sekelilingnya dengan pendengaran saja.

“Saudara Kwa, mari kita masuk rumah makan ini dulu. Makan dulu sebelum bekerja adalah hal yang paling baik,” kata The Sun sambil tertawa gembira.

Kun Hong mengerutkan keningnya. Terlalu baik orang ini. Apakah dia benar-benar baik terhadapnya, ataukah ada sesuatu tersembunyi di balik keramahan ini? Mana ada seorang siucai yang agaknya kaya raya dan berpengaruh di kota raja, suka menolong, malah sekarang hendak menjamu seorang buta seperti dia? 

Akan tetapi, semua ini baru dugaan dan amatlah tidak baik kalau dia menolak tawaran dan keramahan orang, apalagi memang dia merasa tertarik hatinya untuk mengetahui apa gerangan yang menjadi dasar keramahan orang ini. 

Sambil mengangguk-angguk dan berucap terima kasih dia mengikuti The Sun memasuki rumah makan yang sudah menyambut mereka dengan asap dan uap yang gurih dan sedap. Diam-diam timbul pula harapannya untuk dapat bertemu dengan seorang anggauta Hwa I Kaipang, karena bukankah sudah lazim kalau pengemis-pengemis berada di dekat rumah makan untuk mengemis sisa makanan?

Pesanan masakan The Sun cepat dilayani oleh para pelayan yang juga menyebutnya kongcu dan melayaninya dengan sikap hormat,

“Mari silakan, saudara Kwa,” kata pemuda itu sambil mengisi cawan arak dan menyerahkannya kepada Kwa Kun Hong. 

Orang buta ini dengan berterima kasih tetapi tetap berhati-hati segera mulai makan minum dengan pengundangnya yang aneh dan ramah.

Rumah makan itu tidak banyak didatangi tamu pada saat itu. Kun Hong mendengar ada beberapa orang tamu saja di meja sebelah kanannya. Tiba-tiba dia mendengar beberapa orang memasuki rumah makan itu. Dari bunyi derap langkah mereka tahulah dia bahwa orang-orang ini adalah ahli-ahli silat, malah beberapa orang di antaranya adalah ahli silat tinggi. Dia mulai waspada. 

Sukar menghitung tepat di tempat gaduh itu, akan tetapi dia tahu bahwa sedikitnya tentu ada lima orang yang datang ini. Lalu terdengar ribut-ribut di sebelah kanannya, dan terdengar suara keren berkata, 

“Diam semua, duduk di tempat. Buka semua buntalan, kami datang melakukan penggeledahan!”

Kun Hong mengerutkan keningnya dan bertanya lirih kepada The Sun, 
“Saudara The Sun, apakah yang terjadi disana?”

The Sun tertawa, 
“Ah, tidak apa-apa biasa saja terjadi di kota raja. Penggeledahan, apalagi? Di kota raja sekarang ini banyak terdapat orang-orang jahat, dan semenjak kaisar muda menggantikan mendiang kaisar tua, banyak terjadi keributan. Hampir setiap hari ada orang ditangkap dan dihukum mati karena dia menjadi mata-mata musuh dan pengkhianat.”

Kun Hong kaget sekali, 
“Kalau begitu, kita nanti juga akan digeledah?” 

Dia tahu bahwa kalau buntalannya digeledah dan mahkota itu dilihat oleh para pemeriksa, tentu dia akan ditangkap. Ini tidak hebat, lebih celaka lagi mahkota itu tentu akan dirampas dan dengan demikian, surat rahasia itu terampas pula sehingga segala yang telah dia lakukan selama ini untuk mendapatkan kembali mahkota itu sia-sia belaka!

“Ah, terhadap aku mereka takkan menggeledah,” kata The Sun tertawa, “karena mereka semua sudah mengenalku. Hanya orang-orang asing yang datang ke kota raja dan orang-orang yang mencurigakan saja yang digeledah.”





Biarpun Kun Hong tidak gentar menghadapi para penggeledah itu, akan tetapi dia juga merasa tidak enak kalau belum apa-apa dia harus menimbulkan keributan di kota raja. Sebelum dia dapat menemukan orang-orang Hwa I Kaipang dan masih membawa mahkota itu, tidak baik menimbulkan keributan dan menjadi perhatian para penjaga kota. Dia segera bangkit berdiri dan berkata,

“Saudara The, banyak terima kasih atas segala kebaikanmu. Aku sudah kenyang dan hendak pergi saja, mulai dengan pekerjaanku.”

The Sun memperdengarkan suara kaget, 
“Eh, saudara Kwa. Kenapa tergesa-gesa? Apakah kau takut digeledah? Kau kan hanya tukang obat, yang kau bawa di buntalanmu, tentu hanya pakaian dan obat-obatan. Mengapa takut kelihatannya?”

“Tidak……….. tidak takut. Akan tetapi segan juga aku kalau harus digeledah. Siapa tahu obat-obatku bisa hilang sebagian.”

Tiba-tiba The Sun memegang tangan kiri Kun Hong. 
“Saudara Kwa, percayalah kepadaku. Aku akan melindungimu dari tangan anjing-anjing itu,” bisiknya. 

Kun Hong berdebar hatinya. Tak salahkah pendengarannya? Siapa yang menyebut para pembantu kaisar dengan sebutan “anjing” atau “anjing penjilat”, berarti orang itu termasuk golongan anti kaisar? Betulkah The Sun ini seorang yang segolongan dengan Tan Hok? Segolongan dengan Pek-lian-pai dan para orang gagah yang menentang kaisar baru yang dikatakan tidak tepat menduduki singgasana karena wataknya yang tidak baik? Dia tidak mau percaya begitu saja karena suara orang muda ini mengandung getaran yang sukar ditangkap dasarnya.

The Sun meneriaki pelayan dan cepat membayar harga makanan sambil memberi persen besar kepada pelayan. Kemudian dia menggandeng tangan Kun Hong diajak keluar. Bisiknya perlahan, 

“Saudara Kwa, apakah kau membawa sesuatu yang kau tidak suka dilihat oleh anjing-anjing itu?”

Sukar bagi Kun Hong untuk menjawab, maka dia diam saja. Selagi mereka berdua berjalan menuju ke pintu, tiba-tiba terdengar oleh Kun Hong orang membentak,

“Hei, orang buta! Berhenti dulu kau, tidak boleh keluar sebelum digeledah!”

Kun Hong berhenti, siap melawan untuk menyelamatkan surat rahasia di dalam mahkota. The Sun segera berkata nyaring, 

“Sahabat Kwa yang buta ini datang bersamaku, apa kalian tidak lihat? Dia tamuku, seorang ahli pengobatan yang hanya akan membawa pakaian dan obat-obatan. Apa perlunya digeledah kalau aku sudah menanggungnya?”

Terdengar oleh Kun Hong suara pimpinan para penggeledah itu yang keras dan mengandung tenaga, 

“Maaf The-kongcu. Kami mendapat perintah atasan agar hari ini kami menggeledah setiap orang yang belum pernah kami geledah. Orang buta ini belum pernah kami lihat, terpaksa kami tidak berani lepaskan sebelum digeledah karena kalau kami lakukan hal ini, tentu kami akan mendapat hukuman.”

The Sun berkata mengejek, 
“Hemmm, kalau begitu lekas selesaikan penggeledahan orang-orang itu, kami menanti disini.” Dia menarik tangan Kun Hong diajak duduk diatas bangku dipojok. Lalu berbisik.

“Lekas, kau titipkan surat rahasia itu kepadaku!”

Kun Hong kaget dan heran bukan main. Apa yang dimaksudkan oleh The Sun? Apakah yang dimaksudkan surat rahasia yang berada di dalam mahkota? Bagaimana orang ini bisa tahu? Dia sendiri yang selalu membawa mahkota itu, tidak tahu dimana disimpannya surat itu.

“Apa maksudmu?” bisiknya tak mengerti, atau pura-pura tidak mengerti. “Aku tidak membawa surat apa-apa.”

“Ah, Saudara Kwa yang baik, masih tidak percayakah kau kepadaku?” bisik The Sun, lalu ditambahkan lebih lirih lagi, “Aku segolongan denganmu…… aku membantu perjuangan……. aku membantu utara……”

Kun Hong lebih tidak mengerti lagi. Dia sendiripun tidak tahu dia itu termasuk golongan mana karena biarpun dia mendengar dari Tan Hok tentang pergerakan dan pertentangan di kota raja, namun kalau dia belum mendapat kepastian siapa yang tidak benar dalam hal ini, bagaimana dia bisa membantu satu fihak? Hanya dia dapat menduga bahwa agaknya pemuda she The ini adalah sependukung Raja Muda Yung Lo di utara. 

Padahal surat yang disimpan di dalam mahkota itupun adalah surat rahasia dari mendiang kaisar untuk diserahkan kepada Raja Muda Yung Lo. Tidak akan kelirukah dia kalau mahkota itu dia berikan kepada pemuda ini agar disampaikan kepada yang berhak menerimanya?

Karena keraguan Kun Hong ini, dia terlambat. Terdengar derap langkah menghampiri dan bentakan orang tadi. 

“He, orang buta. Hayo turunkan buntalanmu itu dan buka. Juga pakaian luarmu, biarkan kami menggeledahmu!”

Kun Hong berdebar, lalu menjawab, 
“Saya hanya seorang tukang obat biasa saja, tidak membawa sesuatu, harap kalian jangan mengganggu aku seorang buta….”

“Ha-ha-ha, kau kira akan mampu ngelabui aku Bhe Hap Si Malaikat Bumi? Ha-ha-ha, orang buta, kau menyerahlah!” 

Angin cengkeraman yang amat dahsyat menuju dada Kun Hong. Dia merasa kaget sekali. Ini bukanlah serangan orang biasa, melainkan jurus yang dikeluarkan oleh seorang ahli silat kelas tinggi! Masa kalau pangkatnya hanya tukang geledah saja memiliki kepandaian begini tinggi?

Pada saat itu juga dari kanan dan kiri menyambar pula angin pukulan yang jelas membuktikan bahwa penyerang-penyerangnya adalah orang-orang yang memiliki kepandaian hebat. Kun Hong cepat menggerakkan kedua kakinya dan dengan langkah ajaib dia dapat menghindarkan tiga serangan sekaligus itu.

“Ha-ha, kau bilang seorang buta biasa?” 

Bhe Hap berseru mengejek dan merasa penasaran sekali, lalu menerjang dengan hebat. Kun Hong diam-diam mengeluh karena mau tidak mau, belum apa-apa dia sudah menimbulkan keributan yang tentu akan berekor tidak baik. Dia sudah siap menggunakan kepandaiannya untuk merobohkan orang-orang ini ketika tiba-tiba The Sun membentak,

“Orang-orang tak tahu aturan. Kalian berani menghina tamuku?” 

Kun Hong merasa betapa angin menyambar di sampingnya ketika pemuda yang ramah itu berkelebat ke depannya. Terdengar suara gaduh disusul keluhan orang.

“The-kongcu jangan ikut campur!” Bhe Hap membentak, akan tetapi The Sun menjawab. 

“Menyerang tamuku sama dengan menghinaku!”

“The-kongcu, kami bukan bermaksud begitu……” Bhe Hap membantah.

“Sudahlah, bebaskan saudara Kwa ini dari pemeriksaan, kalau tidak, terpaksa aku melawan kalian.”

“Hemmm, terpaksa pula kami menggunakan kekerasan!” bantah Bhe Hap.

Terjadilah pertandingan hebat di rumah makan itu. Kun Hong bingung. Haruskah dia membantu? Dengan pendengaran telinganya, dia dapat menangkap betapa gerakan Bhe Hap dan empat orang pembantunya yang lain amat kuat, cepat dan juga memiliki tenaga Iweekang yang tinggi. 

Akan tetapi agaknya orang muda she The ini benar-benar memiliki kepandaian hebat seperti telah diduga oleh Kun Hong. Buktinya tadi dalam segebrakan saja telah merobohkan seorang lawan dan kini dikeroyok lima tidak terdesak. Meja kursi beterbangan dan secara kebetulan agaknya beberapa kali dengan amat kerasnya meja dan kursi melayang kearah tubuh Kun Hong. Terpaksa pemuda ini mengelak dan hal ini tentu saja mengherankan mereka yang melihatnya. Seorang buta bagaimana bisa mengelak dari sambaran meja kursi itu?

Kun Hong yang berdiri tegak dan diam memperhatikan jalannya pertandingan, menjadi terheran-heran ketika tiba-tiba Bhe Hap dan teman-temannya meloncat keluar rumah makan dan orang itu berkata, 

“Hebat kepandaianmu, The-kongcu. Akan tetapi, si buta itu pasti akan dapat tertawan oleh kami!” Lalu terdengar mereka itu berlarian pergi.







075

Postingan populer dari blog ini

RAJA PEDANG (BAGIAN PERTAMA SERIAL RAJA PEDANG)

RAJAWALI EMAS (BAGIAN KE-2 SERIAL RAJA PEDANG)

JAKA LOLA (BAGIAN KE-4 SERIAL RAJA PEDANG)