PENDEKAR BUTA JILID 075
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Oleh
Epul Saepul Rohman
The Sun menangkap tangan Kun Hong.
“Lekas,” bisiknya, “mereka itu hanya untuk sementara saja dapat kuusir. Mereka tentu akan datang kembali dengan teman yang lebih banyak, malah tokoh-tokoh pengawal yang lebih kosen datang, kita bisa celaka. Mari cepat kau ikut denganku”
Kun Hong tidak mendapat jalan lain kecuali ikut berlarian cepat bersama The Sun, Dia tidak tahu kemana dia dibawa, jalannya berliku-liku dan lebih satu jam lamanya mereka melarikan diri.
Akhirnya mereka berhenti di tempat yang sunyi dan The Sun mengajak Kun Hong memasuki sebuah rumah tua di pinggir kota yang sunyi ini.
“Dimanakah kita ini?”
Kun Hong bertanya, tongkatnya meraba lantai yang sudah bolong-bolong dan dinding yang tua dan retak-retak.
“Dalam sebuah bangunan bekas kuil tua yang tak dipakai lagi. Disini kita aman, takkan ada yang menduga bahwa kau akan bersembunyi di tempat ini. Mari masuklah saja, di belakang ada sebuah kamar yang cukup bersih, kau boleh bersembunyi disana.”
“Saudara The Sun, kau baik sekali…….”
Kun Hong menangkap lengan tangan kanan orang muda itu. Gerakannya ini cepat sekali dan memang amat mengherankan bagaimana seorang yang tidak pandai melihat dapat menangkap lengan orang hanya dengan mendengarkan gerakan orang itu.
“Ah…….!”
Kun Hong menghentikan kata-katanya tadi dan kini dia berseru kaget sambil meraba-raba lengan kanan The Sun.
“Saudara The, kau……. kau terluka…….?”
“Wah, hebat sekali kau, Kwa-lote! Begitu memegang lenganku kau sudah tahu bahwa aku terluka. Benar-benar ilmu pengobatan yang kau miliki amat tinggi!” The Sun berseru kaget dan heran.
Tapi Kun Hong tidak memperdulikan pujian ini, melainkan segera memeriksa lengan kanan sampai ke pundak,
“Luka ini baru saja. The-kongcu……. kau terluka ketika bertempur tadi!”
Suara Kun Hong agak gemetar saking terharu mengingat betapa orang yang baru saja bertemu dengannya ini telah membelanya sampai terluka.
“Kwa-lote, jangan panggil kongcu kepadaku, bikin aku tidak enak saja. Aku sedikit lebih tua darimu, sebut saja twako kepadaku. Tentang luka…….” dia menarik napas panjang. “Memang anjing-anjing itu amat lihai, maka untung tadi kita sempat melarikan diri. Kalau datang tokoh yang lebih sakti, celaka…..”
Kun Hong terheran.
“Tapi……. bukankah kau tadi berhasil mengusir mereka? Bagaimana kau bisa terluka?”
The Sun tertawa mengejek.
“Kadang-kadang kepandaian silat saja tidak cukup untuk mencapai kemenangan, Kwa-lote. Sering kali terjadi, kecerdikan dan akal dapat mengalahkan kepandaian silat. Diantara para petugas istana tadi, terdapat seorang ahli pukulan Gin-kong-jiu (Tangan Sinar Perak) yang lihai, karena selain ilmu pukulan ini mengandung hawa beracun, juga dilakukan dengan pengerahan tenaga Jeng-kin-kang (Tenaga Seribu Kati), Tadi dalam pengeroyokan dia menyerangku dengan pukulan itu. Karena menghadapi pengeroyokan orang-orang berkepandaian tinggi, aku tidak mempunyai kesempatan mengelak lagi, terpaksa aku menyambut pukulan itu dengan tangan kananku. Aku tahu bahwa pada saat itu aku menderita luka dalam, akan tetapi kalau hal itu kuperlihatkan, kita tentu sudah celaka tadi. Aku pura-pura tidak merasa akan hal ini, malah menyerang mereka kalang-kabut. Hal inilah yang membuat mereka kaget dan jerih, mengira bahwa pukulan hebat itu sama sekali tidak mempengaruhiku dan ini pula yang menyebabkan mereka mengaku kalah dan melarikan diri. Ha-ha, Kwa-lote, kau pikir, bukankah sekali ini ilmu silat kalah oleh akal dan kecerdikan?”
“The-twako benar-benar gagah dan berbudi. Untuk aku seorang buta, kau sudah mengorbankan diri menderita luka, membuat aku merasa tidak enak sekali.”
“Kwa-lote, diantara kita, perlu apa bicara sungkan seperti itu? Sekali bertemu muka aku tahu bahwa kau bukanlah seorang tukang obat buta biasa saja. Malah aku hampir merasa yakin bahwa kaulah orangnya yang disebut-sebut para teman seperjuangan yang mendesas-desuskan bahwa surat rahasia itu berada di tanganmu.”
“Surat rahasia ? Apa maksudmu ?”
The Sun terdengar kecewa.
“Ah, sampai sekarang kau agaknya masih belum mau percaya kepadaku, Kwa-lote. Semua orang diantara para pejuang tahu bahwa surat rahasia peninggalan mendiang kaisar tua berada di tangan bekas pembesar Tan Hok, kemudian dikabarkan bahwa kaulah yang agaknya menguasai surat itu. Kalau memang betul demikian, akulah orangnya yang akan membawa dan mengantarkannya kepada Raja Muda Yung Lo di utara.”
Berdebar jantung Kun Hong. Ah, kiranya pemuda gagah ini adalah utusan atau pembantu dari raja muda dari utara itu! Sungguh kebetulan. Memang dia sedang mencari orang yang berhak menerima mahkota kuno berikut rahasianya itu untuk disampaikan kepada Raja Muda Yung Lo. Akan tetapi, kehati-hatiannya membuat dia berpikir lebih jauh lagi. Baru sekarang ini dia berkenalan dengan The Sun. Bagaimana dia dapat menyerahkan mahkota demikian saja ?
“The-twako, nanti saja kita bicara tentang itu. Sekarang biarkan aku mengobati lukamu,” katanya sambil menotok dan mengurut jalan-jalan darah di seluruh lengan dan pundak The Sun, kemudian menyalurkan hawa murni melalui telapak tangan kanan pemuda itu.
The Sun terkejut dan berkali-kali mengeluarkan suara memuji. Setelah luka dalam itu sembuh oleh pengobatan Kun Hong yang mempergunakan sinkang di tubuhnya, The Sun menarik napas panjang dan berkata,
“Aahhh, ternyata biarpun aku bermata, aku lebih buta daripada kau, Kwa-lote. Aku hanya mengira bahwa kau seorang diantara saudara-saudara seperjuangan menentang kekuasaan kaisar muda yang talim. Tidak tahunya kau adalah seorang ahli yang memiliki kesaktian seperti ini! Benar-benar amat memalukan kalau kuingat betapa tadi aku memperlihatkan kebodohan dan kedangkalan ilmu silatku di depan seorang sakti!”
Kun Hong tersenyum dan menjura.
“The-twako, kau seorang yang lihai, tidak perlu merendah seperti ini. Aku bukan apa-apa hanya mempunyai sedikit ilmu pengobatan. Terus terang saja, aku bukanlah anggauta pejuang, aku tidak bisa disamakan dengan kau seorang patriot. Secara kebetulan saja aku mempunyai tugas yang ada hubungannya dengan perjuangan menentang kaisar baru.”
“Sudah kuduga, sudah kuduga sebelumnya, kau tentu bukan seorang biasa. Betulkah desas-desus itu bahwa kau menerima surat rahasia dari bekas pembesar Tan Hok? Atau……. masih belum percayakah kau kepadaku?”
Bimbang hati Kun Hong, pikirannya bekerja keras dan dia mendapat akal.
“Bukan begitu, The-twako, akan tetapi soalnya karena aku harus berhubungan dengan orang yang berhak. Sesungguhnya, biarpun aku mempunyai hubungan dengan paman Tan Hok, akan tetapi aku tidak diserahi sebuahpun surat rahasia, hanya aku merampasnya kembali sebuah mahkota kuno yang terampas dari tangan paman Tan Hok.”
“Mahkota kuno? Ah, segala benda berharga, apa artinya diperebutkan?” terdengar suara The Sun kecewa.
Diam-diam Kun Hong mengambil kesimpulan bahwa pemuda pejuang ini ternyata belum tahu akan rahasia mahkota kuno yang menjadi tempat penyimpanan surat rahasia yang diperebutkan itu.
“Ah sayang sekali kau tidak tahu tentang surat itu, Kwa-lote. Surat itu luar biasa pentingnya bagi perjuangan dan kalau sampai terjatuh ke tangan musuh, celaka.”
“Surat apakah yang kau maksudkan itu, The-twako?” Kun Hong memancing.
The Sun tidak segera menjawab, dari gerakannya tahulah Kun Hong bahwa pemuda itu pergi mendekati pintu, agaknya menyelidik kalau-kalau ada orang yang mendengarkan di tempat itu. Namun dengan ketajaman telinganya Kun Hong yakin bahwa di tempat itu, selain mereka berdua, tidak ada orang lain lagi.
Kemudian The Sun datang lagi mendekati Kun Hong dan berkata lirih.
“Surat itu adalah surat peninggalan mendiang kaisar tua yang diserahkan kepada bekas pembesar Tan Hok. Isi surat itu mengatakan bahwa kaisar tua memberi kekuasaan penuh kepada Raja Muda Yung Lo dari utara untuk mewakilinya memberi hukuman kepada kaisar muda yang baru ini andaikata kaisar baru ini menyeleweng. Nah, bukankah amat penting surat itu? Jika surat itu diperlihatkan kepada para menteri dan pembesar yang berada di kota raja, tentu menimbulkan keributan besar karena sebagian besar tentu saja tunduk kepada pesan terakhir kaisar tua pendiri Kerajaan Beng. Sebaliknya kalau terjatuh ke tangan musuh dan dibasmi, tentu amat merugikan perjuangan.”
Mendengar ini, makin menipis keraguan hati Kun Hong. Tak salah lagi, pemuda gagah ini tentulah seorang pejuang yang diberi kepercayaan dari Raja Muda Yung Lo. Memang patut diberi kepercayaan karena orang ini amat cerdik. Kalau tidak cerdik, mana mungkin seorang yang bertugas mata-mata dapat seenaknya tinggal di kota raja, malah dikenal oleh para penjaga dan pengawal istana sebagai seorang kongcu dan siucai?
Ingin sekali dia tahu murid siapakah pemuda ini dan sampai dimana tingkat ilmu silatnya. Tentu saja Kun Hong tidak berani bertanya tentang ini, apalagi menguji kepandaiannya, namun diam-diam dia sudah menjadi makin kagum saja.
“Wah, kalau begitu benar-benar amat penting surat rahasia itu, The-twake. Sayang aku tidak tahu akan hal itu. Tentang mahkota kuno ini, aku bermaksud untuk menyerahkan kepada seorang sahabat baikku. Maka kuharap kau sudi menolongku mencarikan sahabatku itu. Dia seorang pejuang kawakan dan tentu kau mengenalnya.”
“Siapakah dia?”
“Dia adalah Hwa I Lokai ketua dari perkumpulan pengemis Hwa I Kaipang.”
“Ah, dia…..?”
Suara The Sun terdengar seperti orang kaget. Akan tetapi menjadi tenang kembali ketika berkata.
“Tentu saja aku mengenalnya dengan baik. Siapa yang tidak mengenal Hwa I Lokai yang amat lihai? Akan tetapi, mencari Hwa I Lokai kiranya lebih sukar daripada mencari iblis sendiri. Perkumpulan pengemis itu adalah perkumpulan rahasia, sama pengaruhnya seperti perkumpulan Pek-lian-pai yang juga menentang kaisar.”
Kun Hong mengangguk-angguk.
“Kurasa kalau kau dapat mencari seorang dua orang anggauta Hwa I Kaipang dan dapat mengajak mereka, tentu akan mudah menjumpai Hwa I Lokai. Tolonglah cari dia dan ajak Hwa I Lokai datang kesini menemuiku. Asal kau katakan bahwa Kwa Kun Hong yang minta dia datang, pasti dia akan datang kesini.”
“Wah-wah, kiranya kau begini berpengaruh, Kwa-lote? benar-benar membuat aku makin tunduk dan kagum.”
“Bukan, bukan…….. sama sekali tidak ada hubungannya dengan perjuangan. Soalnya karena……. beberapa tahun yang lalu aku pernah mencampuri urusan dalam mereka, urusan Hwa I Kaipang dan akhirnya aku diangkat mereka menjadi ketua kehormatan. Itulah, tidak ada sebab lain.”
The Sun diam sampai lama, agaknya bimbang dan ragu apakah dia akan mampu mencari kakek itu. Kemudian katanya lagi,
“Kwa-lote, daripada susah-susah mencari Hwa I Lokai, apakah bedanya kalau kau serahkan saja tugas itu kepadaku? Disuruh kemana pun aku akan pergi, asal saja urusan itu penting untuk perjuangan.”
“Maaf, The-twako, soalnya bukan tidak percaya kepadamu, akan tetapi aku harus tidak mengecewakan paman Tan Hok yang sudah menaruh kepercayaan kepadaku.”
Akhirnya The Sun pergi setelah berkata,
“Baik akan kucari Hwa I Lokai. Kau tunggulah saja disini, lote.”
Ternyata Kun Hong harus menanti sehari penuh. Hari telah mulai sore dan Kun Hong sudah kehabisan sabar. Selain merasa lelah menunggu dan lapar, dia juga tidak suka berada dalam keadaan yang serba tiada ketentuan itu. Dia sudah hampir pergi meninggalkan tempat itu untuk mencoba mencari sendiri ketika terdengar derap langkah beberapa orang memasuki bangunan tua ini. Kun Hong cepat berdiri tegak menanti dengan sikap tenang namun penuh kesiap siagaan. Kiranya The Sun yang datang itu, bersama tiga orang kakek pengemis.
“Kwa-lote, tidak mungkin bertemu dengan Hwa I Lokai karena dia sedang pergi keluar kota, agaknya ke utara. Akan tetapi aku bertemu dengan tiga orang tokoh Hwa I Kaipang, kuajak mereka kesini.”
Adapun tiga orang pengemis tua yang pakaiannya berkembang-kembang itu begitu melihat Kun Hong lalu serentak menjatuhkan diri berlutut dan seorang diantara mereka berkata,
“Ah, kiranya Kwa-pangcu (ketua pengemis Kwa) berada disini! Kami bertiga pengemis tua menyampaikan hormat kepada Kwa-pangcu.”
076
Postingan populer dari blog ini
RAJA PEDANG (BAGIAN PERTAMA SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
JILID 01 JILID 02 JILID 03 JILID 04 JILID 05 JILID 06 JILID 07 JILID 08 JILID 09 JILID 10 JILID 11 JILID 12 JILID 13 JILID 14 JILID 15 JILID 16 JILID 17 JILID 18 JILID 19 JILID 20 JILID 21 JILID 22 JILID 23 JILID 24 JILID 25 JILID 26 JILID 27 JILID 28 JILID 29 JILID 30 JILID 31 JILID 32 JILID 33 JILID 34 JILID 35 JILID 36 JILID 37 JILID 38 JILID 39 JILID 40 JILID 41 JILID 42 JILID 43 JILID 44 JILID 45 JILID 46 JILID 47 JILID 48 JILID 49 JILID 50 JILID 51 JILID 52 JILID 53 JILID 54 JILID 55 JILID 56 JILID 57 JILID 58 JILID 59 JILID 60 JILID 61 JILID 62 JILID 63 JILID 64 JILID 65 JILID 66 JILID 67 JILID 68 JILID 69 JILID 70 JILID 71 JILID 72 JILID 73 JILID 74 JILID 75 JILID 76 JILID 77 JILID 78 JILID 79 JILID 80 JILID 81 JILID 82 JILID 83 JILID 84 JILID 85 JILID 86 JILID 87 JILID 88 JILID 89 JILID 90 JILID 91 JILID 92 JILID 93 JILID 94 JILID 95 JILID 96 JILID 97 JILID 98 JILID 99 JILID 100 JILID 101 J
RAJAWALI EMAS (BAGIAN KE-2 SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
SERI SEBELUMNY JILID 001 JILID 002 JILID 003 JILID 004 JILID 005 JILID 006 JILID 007 JILID 008 JILID 009 JILID 010 JILID 011 JILID 012 JILID 013 JILID 014 JILID 015 JILID 016 JILID 017 JILID 018 JILID 019 JILID 020 JILID 021 JILID 022 JILID 023 JILID 024 JILID 025 JILID 026 JILID 027 JILID 028 JILID 029 JILID 030 JILID 031 JILID 032 JILID 033 JILID 034 JILID 035 JILID 036 JILID 037 JILID 038 JILID 039 JILID 040 JILID 041 JILID 042 JILID 043 JILID 044 JILID 045 JILID 046 JILID 047 JILID 048 JILID 049 JILID 050 JILID 051 JILID 052 JILID 053 JILID 054 JILID 055 JILID 056 JILID 057 JILID 058 JILID 059 JILID 060 JILID 061 JILID 062 JILID 063 JILID 064 JILID 065 JILID 066 JILID 067 JILID 068 JILID 069 JILID 070 JILID 071 JILID 072 JILID 073 JILID 074 JILID 075 JILID 076 JILID 077 JILID 078 JILID 079 JILID 080 JILID 081 JILID 082 JILID 083 JILID 084 JILID 085 JILID 086 JILID 087 JILID 088 JILID 089 JILI
JAKA LOLA (BAGIAN KE-4 SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
SERI SEBELUMNYA JILID 001 JILID 002 JILID 003 JILID 004 JILID 005 JILID 006 JILID 007 JILID 008 JILID 009 JILID 010 JILID 011 JILID 012 JILID 013 JILID 014 JILID 015 JILID 016 JILID 017 JILID 018 JILID 019 JILID 020 JILID 021 JILID 022 JILID 023 JILID 024 JILID 025 JILID 026 JILID 027 JILID 028 JILID 029 JILID 030 JILID 031 JILID 032 JILID 033 JILID 034 JILID 035 JILID 036 JILID 037 JILID 038 JILID 039 JILID 040 JILID 041 JILID 042 JILID 043 JILID 044 JILID 045 JILID 046 JILID 047 JILID 048 JILID 049 JILID 050 JILID 051 JILID 052 JILID 053 JILID 054 JILID 055 JILID 056 JILID 057 JILID 058 JILID 059 JILID 060 JILID 061 JILID 062 JILID 063 JILID 064 JILID 065 JILID 066 JILID 067 JILID 068 JILID 069 JILID 070 JILID 071 JILID 072 JILID 073 JILID 074 JILID 075 JILID 076 JILID 077 JILID 078 JILID 079 JILID 080 JILID 081 JILID 082 JILID 083 JILID 084 JILID 085 JILID 086 JILID 087 JILID 088 JILID 089 JILID 090 JILID 091 JILID 092 JILID 093 JILID 094 JILID 095 JILID 096 JILID 097 JILID 098 JILI