PENDEKAR BUTA JILID 078
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Oleh
Epul Saepul Rohman
The Siu Kai yang terluka hebat ketika lari ke Go-bi-san membawa puteranya, akhirnya dapat juga mencapai sebuah puncak dimana tinggal gurunya, yaitu seorang tosu tua bermuka dan berkulit hitam, yang puluhan tahun bertapa di puncak itu tidak mau mencampuri urusan dunia ramai. Tosu tua ini karena kulitnya yang hitam disebut orang Hek Lojin (Orang Tua Hitam). Luka parah ditambah penderitaan selama melarikan diri ini tak dapat tertahan lagi oleh The Siu Kai dan dia tewas di depan kaki gurunya setelah berhasil membujuk gurunya agar supaya sudi mendidik The Sun putera tunggalnya.
Demikianlah, The Sun yang masih kecil itu akhirnya dipelihara dan dididik oleh Hek Lojin, diberi pelajaran ilmu silat dan ilmu sastera sehingga akhirnya menjadi seorang pemuda yang amat pandai, lihai dan cerdik. Makin lama Hek Lojin makin cinta kepada murid cilik ini sehingga terbangkit pula gairahnya untuk urusan duniawi, akan tetapi bukan demi dirinya sendiri, melainkan demi muridnya terkasih itulah.
Dia sengaja membawa The Sun turun gunung ke kota raja, malah menyuruh muridnya ini menempuh ujian di kota raja sehingga berhasil memperoleh gelar siucai. Akhirnya karena kepandaiannya, The Sun mendapat kepercayaan dari Pangeran Kian Bun Ti dan setelah pangeran ini menjadi kaisar, The Sun tetap menjadi orang kepercayaannya, malah mendapat tugas menghimpun kekuatan, mengumpulkan orang-orang pandai untuk memperkuat kedudukan kaisar baru ini yang maklum akan adanya ancaman-ancaman terhadap kedudukannya.
Memang The Sun orang yang cerdik sekali. Dia menyebar mata-mata untuk menjaga keamanan kota raja, menyebar orang-orang pandai untuk menghubungi tokoh-tokoh besar di dunia kang-ouw, malah dia berhasil mendatangkan banyak orang pandai diantaranya beberapa orang sakti yang kini sudah tinggal di kota raja pula.
“Sayang, orang muda begini cerdik pandai dan lihai merendahkan diri menjadi anjing kaisar!” tak terasa lagi Kun Hong berseru ketika pemuda itu dapat menangkis tongkatnya dengan tenaga Iweekang yang mengagumkan!
The Sun tertawa mengejek.
“Kaulah yang patut disayangkan, seorang pendekar buta ahli pengobatan merendahkan diri menjadi pemberontak, mudah saja dihasut oleh para pengkhianat yang hendak memberontak terhadap pemerintah yang sah!”
Akan tetapi Kun Hong tidak mendengarkan ejekan ini karena kembali dia sudah bergerak, kini kekiri untuk mencari jalan keluar. Akan tetapi angin bertiup dari arah The Sun dan kembali pedang The Sun dengan amat cepatnya telah menghadang di depannya, bahkan mengirim tusukan maut yang amat dahsyat.
Pedang yang ampuh digerakkan dengan jurus-jurus ilmu pedang dari Go-bi-san ini benar-benar luar biasa, bagi mereka yang dapat memandang tampak sinar yang berkeredepan, bagi Kun Hong terdengar bunyi berdesing-desing seperti sebuah gasing berputar cepat atau seperti kitiran angin dilanda angin kencang.
“Hebat!”
Dia memuji dan cepat menggerakkan tongkat. Kembali terdengar bunyi nyaring. “Trang-tring-trang-tring! ketika tongkat bertemu dengan pedang dan setelah saling serang bertukar tikaman dan babatan maut sampai tujuh jurus, keduanya kembali terpental ke belakang oleh benturan senjata yang amat keras.
Kun Hong diam-diam mengeluh dalam hatinya. Pemuda ini benar-benar lihai. Agaknya kalau dilawan dengan Kim-tiauw-kun atau Ilmu Pedang Im-yang-sin-kiam saja, biarpun akan menang akan tetapi akan menggunakan banyak waktu karena ilmu kepandaian pemuda itu memang tinggi sekali. Untuk mempergunakan jurus sakit Hati, dia merasa tidak tega, Sayang seorang pemuda begini hebat dibunuh.
“Kwa Kun Hong, kau tak mungkin dapat meloloskan diri. Lebih baik kau menyerah dan takluk, mari kita bekerja sama!” kembali The Sun membujuk.
“Tutup mulut dan tak perlu kau membujukku.” Kun Hong membentak marah.
“Hmm, kalau begitu kau harus mampus!”
The Sun juga membentak dan segera menerjang dengan kilatan pedangnya yang diputar cepat di depan dadanya.
Kun Hong tahu akan kelihaian lawan ini, maka dia cepat menggerakkan tongkatnya untuk menghadapi dengan jurus-jurus Ilmu Pedang Im-yang-sin-kiam. Hebat sekali ilmu pedang warisan Si Raja Pedang Tan Beng San ini karena kemana pun pedang The Sun bergerak, selalu terbentur oleh tongkat yang malah otomatis dapat pula membalas, bacokan demi bacokan atau tusukan demi tusukan.
Mengagumkan melihat dua orang muda itu bertanding. Keduanya sama tampan, sama lincah cekatan, sama tinggi ilmu pedangnya. Baru kali ini Kun Hong menghadapi lawan yang kuat dalam ilmu pedang sehingga dia makin kagum dan makin menyesal mengapa orang seperti ini menjadi lawannya.
Karena tiada niat dalam hatinya untuk bertempur terus, dia mencari kesempatan baik. Dengan gerakan memutar, tongkatnya melakukan tusukan tujuh kali kearah punggung lawan.
Menghadapi jurus aneh dari Im-yang-sin-kiam ini, The Sun kaget. Lawan berada didepan, bagaimana ujung tongkatnya seakan-akan mengarah tengkuk dan punggungnya? Cepat dia melompat kekiri dan memutar pedangnya melindungi tubuh. Kesempatan ini dipergunakan Kun Hong untuk lari kekanan, menggunakan langkah ajaib dari Kim-tiauw-kun sehingga beberapa bacokan golok dari para perwira yang berdiri di tempat itu dapat dia hindarkan dengan mudah.
Tiga orang perwira lain yang sudah menghadang dia robohkan dengan dua kali dorongan tangan kiri, kakinya melangkah terus berloncatan kesana kemari ketika mainkan langkah-langkah Hui-thian-jip-te. Sebentar saja Kun Hong sudah berhasil lolos dari kepungan yang demikian ketatnya! Akan tetapi tiba-tiba terdengar bentakan berpengaruh di sebelah depannya.
“Pemberontak buta jangan lari! The-siucai, serahkan dia kepadaku!” kata-kata ini dibarengi desir angin tusukan pedang.
Kun Hong terkejut sekali dan cepat-cepat dia membanting diri kekiri. Gerakan menyelamatkan diri ini dia lakukan tergesa-gesa sehingga luka pada pangkal pahanya terasa nyeri sekali, akan tetapi dia selamat daripada sebuah tusukan yang hampir tidak mengeluarkan suara, demikian halus akan tetapi demikian kuatnya.
Celaka, pikirnya, ilmu pedang orang ini luar biasa sekali. Karena maklum bahwa yang dihadapinya seorang ahli pedang kawakan yang amat lihai, Kun Hong cepat menggerakkan tongkatnya membalas serangan tadi. Segera dia terlibat dalam pertandingan pedang sampai belasan jurus dengan penyerang baru ini.
Makin lama makin heran dan terkejut hati Kun Hong. Pada jurus ke lima belas, dia menggunakan tongkatnya menangkis keras sehingga kedua senjata yang bertemu itu terpental ke belakang dan kesempatan ini dipergunakan oleh Kun Hong untuk berseru.
“Bukankah tuan ini Sin-kiam-eng Tan Beng Kui lo-enghiong?”
“Hemm, sudah kenal baik lekas menyerah, tak perlu melawan,” jawab orang itu yang adalah Sin-kiam-eng Tan Beng Kui majikan dari pantai Po-hai, yaitu Pek-tiok-lim, ayah dari Tan Loan Ki dara lincah!
Kun Hong cepat mengangkat kedua tangan memberi hormat, wajahnya berubah penuh harapan ketika dia berkata,
“Lo-enghiong, harap jangan lanjutkan pertempuran, kita orang sendiri! Bukankah adik Loan Ki baik-baik saja? Dia dan aku sudah seperti saudara sendiri, kami bertemu dan bersama mengalami hal-hal hebat di Pulau Cong-coa-to, dan…”
“Tutup mulutmu! Tak perlu membawa-bawa nama anakku kesini, keparat!” bentak Sin-kiam-eng sambil menerjang lagi, kini malah lebih hebat karena dia marah sekali.
Kun Hong cepat mengelak dan mengeluh. Celaka, pikirnya, agaknya gadis nakal lincah itu tidak pernah bercerita kepada ayahnya tentang dia sehingga Sin-kiam-eng tidak mengenalnya dan tentu saja pendekar itu marah mendengar puterinya disebut-sebut namanya oleh seorang yang tidak dikenal!
Sesungguhnya bukan demikianlah soalnya. Sin-kiam-eng Tan Beng Kui yang sudah sejak tadi melihat sepak terjang dan gerakan Kun Hong, diam-diam terkejut dan heran sekali karena gerakan dan langkah-langkah ajaib yang dilakukan oleh pemuda buta ini persis seperti yang dia lihat dilakukan oleh Loan Ki ketika menghadapi serangan-serangan kakek Song-bun-kwi!!
Diam-diam dia terheran-heran akan tetapi juga penasaran dan marah sekali. Jadi puterinya itu dalam perantauannya telah melakukan hubungan dengan seorang buta, menerima pelajaran dari seorang buta yang ternyata sekarang adalah seorang mata-mata pemberontak pula. Inilah sebabnya ketika melihat betapa The Sun tidak sanggup mengalahkan Kun Hong, dia segera turun tangan, tidak saja untuk menyatakan kemarahannya karena persamaan ilmu dari pemuda ini dengan puterinya, juga untuk mencari jasa.
Sebagai seorang pendatang baru yang diterima oleh The Sun. Tan Beng Kui yang bercita-cita besar ini segera ingin memperoleh kedudukan tinggi dengan jasa besar.
Ilmu pedang Sin-kiam-eng Tan Beng Kui memang hebat bukan main. Dia, adalah murid kepala dari mendiang Bu-Tek-kiam-ong Cia Hui Gan ayah Cia Li Cu yang sekarang menjadi Nyonya Tan Beng San. Nyonya ini saja ilmu pedangnya sudah hebat luar biasa, apalagi ilmu pedang Sin-kiam-eng yang menjadi kakak seperguruannya.
Memang dahulu ketika masih muda, Tan Beng Kui menjadi harapan mendiang gurunya, karena itu semua kepandaiannya diturunkan kepadanya. Ilmu Pedang Sian-Ii Kiam-sut adalah ilmu pedang turunan yang sesumber dengan Im-yang-sin-kiam, apalagi dimainkan oleh seorang pendekar besar yang sudah matang dalam pengalaman seperti Tan Beng Kui, benar-benar membuat Kun Hong kelabakan ketika dia diterjang dengan dahsyat oleh Sin-kiam-eng.
Dengan langkah-langkah Hui-thian-jip-te, Kun Hong berusaha menghindarkan diri dari kurungan sinar pedang lawan. Dia merasa segan untuk balas menyerang setelah kini dia tahu bahwa orang ini adalah ayah dari Loan Ki. Tidak sampai hatinya, kalau dia teringat akan suara ketawa dan celoteh Loan Ki yang nakal dan lincah itu. Betapa dia ada hati untuk melawan ayah gadis jenaka itu.
Dia merasa menyesal bukan main, menyesal mengapa justeru ayah dara lincah itu yang kini menghalangi jalan larinya, mengapa ayah Loan Ki justeru menjadi pembantu kaisar baru? Selain kebimbangan ini, ditambah lagi luka di pangkal pahanya yang parah membuat Kun Hong kurang gesit menghadapi ilmu pedang yang hebat dari Tan Beng Kui.
Betapapun lihai dan aneh langkah-langkahnya, namun menghadapi seorang jago kawakan seperti Tan Beng Kui, tanpa melakukan perlawanan sungguh-sungguh, akhirnya dia celaka juga.
“Lo-enghiong, aku tidak mau bertempur melawanmu…….” katanya dan kesempatan ini dipergunakan oleh lawannya untuk mendesak, mainkan jurus yang paling sulit dihadapi.
Kun Hong kaget dan masih berusaha menjatuhkan diri ke belakang, namun ujung pedang lawannya masih sempat menggores dagunya, terus merobek baju di dada dan merobek pula kulit dadanya sehingga darah bercucuran membasahi bajunya. Kun Hong kaget juga karena baru saja dia terhindar dari bahaya maut, karena ujung pedang itu sebenarnya tadi mengarah leher dilanjutkan ke ulu hatinya.
Lebih hebat lagi, pada saat itu dari belakang menyambar gerakan pedang yang amat cepat membabat kearah lehernya. Inilah pedang di tangan The Sun yang membentak pula,
“Mampuslah engkau, jembel buta!”
Akan tetapi The Sun terlalu memandang rendah kepada Kun Hong kalau mengira bahwa sekali babat akan berhasil memenggal leher Pendekar Buta, Tongkat di tangan Kun Hong bergerak cepat.
“Tranggg…….!”
The Sun kaget setengah mati karena begitu bertemu, tongkat itu terus menyekong melalui bawah lengannya, menusuk kearah tenggorokannya secara amat aneh dan tidak disangka-sangka olehnya.
“Celaka………..!”
Dia berseru keras dan cepat tubuhnya mencelat ke belakang dalam usahanya menghindarkan diri dari bahaya maut ini. Kun Hong yang sudah marah sekali kepada The Sun juga melesat dalam pengejarannya tanpa menghentikan ancaman tongkatnya kearah tenggorokan lawan.
“Penjahat buta jangan sombong!” tiba-tiba terdengar seruan yang amat berpengaruh, dibarengi melayangnya lengan baju yang membawa serta angin pukulan dahsyat sekali.
“Plakk!”
Tanpa dapat ditangkis atau dihindarkan lagi oleh Kun Hong yang tubuhnya sedang melayang dalam usahanya mengejar The Sun, ujung lengan baju itu telah menghantam punggungnya.
Kun Hong cepat mengerahkan tenaga Iwee-kangnya untuk menahan pukulan, akan tetapi pukulan itu hebat bukan main sehingga dia merasa seolah-olah terpukul benda keras yang ribuan kati beratnya. Tubuhnya terlempar dan terbanting keatas tanah sampai bergulingan!
079
Postingan populer dari blog ini
RAJA PEDANG (BAGIAN PERTAMA SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
JILID 01 JILID 02 JILID 03 JILID 04 JILID 05 JILID 06 JILID 07 JILID 08 JILID 09 JILID 10 JILID 11 JILID 12 JILID 13 JILID 14 JILID 15 JILID 16 JILID 17 JILID 18 JILID 19 JILID 20 JILID 21 JILID 22 JILID 23 JILID 24 JILID 25 JILID 26 JILID 27 JILID 28 JILID 29 JILID 30 JILID 31 JILID 32 JILID 33 JILID 34 JILID 35 JILID 36 JILID 37 JILID 38 JILID 39 JILID 40 JILID 41 JILID 42 JILID 43 JILID 44 JILID 45 JILID 46 JILID 47 JILID 48 JILID 49 JILID 50 JILID 51 JILID 52 JILID 53 JILID 54 JILID 55 JILID 56 JILID 57 JILID 58 JILID 59 JILID 60 JILID 61 JILID 62 JILID 63 JILID 64 JILID 65 JILID 66 JILID 67 JILID 68 JILID 69 JILID 70 JILID 71 JILID 72 JILID 73 JILID 74 JILID 75 JILID 76 JILID 77 JILID 78 JILID 79 JILID 80 JILID 81 JILID 82 JILID 83 JILID 84 JILID 85 JILID 86 JILID 87 JILID 88 JILID 89 JILID 90 JILID 91 JILID 92 JILID 93 JILID 94 JILID 95 JILID 96 JILID 97 JILID 98 JILID 99 JILID 100 JILID 101 J
RAJAWALI EMAS (BAGIAN KE-2 SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
SERI SEBELUMNY JILID 001 JILID 002 JILID 003 JILID 004 JILID 005 JILID 006 JILID 007 JILID 008 JILID 009 JILID 010 JILID 011 JILID 012 JILID 013 JILID 014 JILID 015 JILID 016 JILID 017 JILID 018 JILID 019 JILID 020 JILID 021 JILID 022 JILID 023 JILID 024 JILID 025 JILID 026 JILID 027 JILID 028 JILID 029 JILID 030 JILID 031 JILID 032 JILID 033 JILID 034 JILID 035 JILID 036 JILID 037 JILID 038 JILID 039 JILID 040 JILID 041 JILID 042 JILID 043 JILID 044 JILID 045 JILID 046 JILID 047 JILID 048 JILID 049 JILID 050 JILID 051 JILID 052 JILID 053 JILID 054 JILID 055 JILID 056 JILID 057 JILID 058 JILID 059 JILID 060 JILID 061 JILID 062 JILID 063 JILID 064 JILID 065 JILID 066 JILID 067 JILID 068 JILID 069 JILID 070 JILID 071 JILID 072 JILID 073 JILID 074 JILID 075 JILID 076 JILID 077 JILID 078 JILID 079 JILID 080 JILID 081 JILID 082 JILID 083 JILID 084 JILID 085 JILID 086 JILID 087 JILID 088 JILID 089 JILI
JAKA LOLA (BAGIAN KE-4 SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
SERI SEBELUMNYA JILID 001 JILID 002 JILID 003 JILID 004 JILID 005 JILID 006 JILID 007 JILID 008 JILID 009 JILID 010 JILID 011 JILID 012 JILID 013 JILID 014 JILID 015 JILID 016 JILID 017 JILID 018 JILID 019 JILID 020 JILID 021 JILID 022 JILID 023 JILID 024 JILID 025 JILID 026 JILID 027 JILID 028 JILID 029 JILID 030 JILID 031 JILID 032 JILID 033 JILID 034 JILID 035 JILID 036 JILID 037 JILID 038 JILID 039 JILID 040 JILID 041 JILID 042 JILID 043 JILID 044 JILID 045 JILID 046 JILID 047 JILID 048 JILID 049 JILID 050 JILID 051 JILID 052 JILID 053 JILID 054 JILID 055 JILID 056 JILID 057 JILID 058 JILID 059 JILID 060 JILID 061 JILID 062 JILID 063 JILID 064 JILID 065 JILID 066 JILID 067 JILID 068 JILID 069 JILID 070 JILID 071 JILID 072 JILID 073 JILID 074 JILID 075 JILID 076 JILID 077 JILID 078 JILID 079 JILID 080 JILID 081 JILID 082 JILID 083 JILID 084 JILID 085 JILID 086 JILID 087 JILID 088 JILID 089 JILID 090 JILID 091 JILID 092 JILID 093 JILID 094 JILID 095 JILID 096 JILID 097 JILID 098 JILI