PENDEKAR BUTA JILID 098
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Oleh
Epul Saepul Rohman
Nyanyian burung malam yang menyambut munculnya bulan purnama, menyadarkan Kun Hong dari samadhinya. Dia lalu termenung dan diam-diam dia memikirkan keterangan Sin-eng-cu Lui Bok tentang orang-orang yang menyerbu Thai-san-pai.
Jadi ternyata musuh-musuh Thai-san-pai itu adalah Ching-toanio dan teman-temannya? Pantas saja mampu menyerbu Thai-san-pai, kiranya orang-orang sakti yang berada di Ching-coa-to itu adalah musuh-musuh Thai-san-pai. Dia mengingat-ingat. Menurut keterangan Hui Kauw, memang ada permusuhan antara mereka dengan Thai-san-pai.
Ching-toanio sendiri adalah kekasih Siauw-coa-ong Giam Kin yang tewas di Thai-san-pai, tentu nyonya galak itu memusuhi Thai-san-pai, terutama memusuhi Tan Beng San. Orang kedua adalah Bouw Si Ma, murid Pak Thian Locu yang juga tewas di Thai-san ketika bertanding melawannya (baca Rajawali Emas). Adapun Ang Hwa Sam-ci-moi, tiga orang wanita sakti yang juga menjadi tamu dan sahabat Ching-toanio, adalah adik-adik seperguruan dari Hek Hwa Kui-bo yang merupakan musuh besar Tan Beng San pula.
Hanya Ka Chong Hoatsu dan Pangeran Souw Bu Lai yang tidak mempunyai permusuhan secara langsung dengan Thai-san-pai, akan tetapi menilik hasil yang dicapai para penyerbu, bukanlah hal yang dapat disangsikan lagi bahwa kakek Mongol itu tentu ikut pula membantu.
Bagaimana dengan Bun Wan putera ketua Kun-lun-pai yang dahulu juga berada di Ching-coa-to? Apakah ia ikut pula membasmi Thai-san-pai? Tak mungkin dan Kun Hong menjadi lega hatinya ketika teringat bahwa ketika dia merampas kembali mahkota di Pulau Ching-coa-to bersama Hui Kauw, pemuda Kun-lun-pai itu berada disana sedangkan Ching-toanio dan semua orang kosen tidak berada di pulau itu. Ini hanya berarti bahwa mereka sedang pergi menyerbu ke Thai-san-pai dan pemuda Kun-lun itu tidak ikut.
“Hemmm, sewaktu-waktu aku akan membalaskan penasaran ini dan akan menghadapi mereka seorang demi seorang.” pikirannya mengingat tokoh-tokoh tadi.
Akan tetapi sekarang dia tidak lagi dipanaskan oleh dendam dan sakit hati, kalau dia berniat melawan mereka, adalah karena dia yakin bahwa mereka itu bukanlah orang baik-baik. Hal ini dapat dibuktikan daripada sepak terjang mereka terhadap dirinya ketika di Pulau Ching-coa-to, juga mengingat akan tokoh-tokoh yang mereka balaskan sakit hatinya adalah tokoh-tokoh jahat seperti Hek Hwa Kui-bo dan Siauw-coa-ong Giam Kin, maka tak perlu diragukan lagi bahwa mereka tentu termasuk golongan hitam yang selalu ditentang oleh para pendekar yang menjunjung tinggi kegagahan, kebenaran dan keadilan.
Bulan purnama sudah mulai naik keatas puncak pohon-pohon di sebelah timur dan hawa malam makin dingin. Api unggun yang tadi masih bernyala gembira itu mendatangkan kehangatan yang nikmat selain mengusir nyamuk.
Tiba-tiba rajawali emas mengeluarkan suara melengking. Kun Hong kaget dan biarpun dia masih duduk bersila diatas cabang, namun seluruh perhatiannya dia tujukan kepada pendengarannya. Suara burung itu menandakan bahwa dia marah dan curiga, dan hal ini hanya bisa terjadi kalau burung itu melihat orang asing mendatangi tempat itu.
Anehnya, burung itu tiba-tiba mengubah suaranya seperti merintih dan ragu-ragu, kini berdiri diatas cabang, tidak mendekam lagi dan kedua sayapnya bergerak-gerak. Kun Hong juga sudah dapat menangkap langkah-langkah kaki dua orang mendekati tempat itu, langkah-langkah dua orang yang mempergunakan ilmu meringankan tubuh.
Burung rajawali makin aneh sikapnya, sebentar marah sebentar ragu-ragu, dan pada saat itu terdengar seruan seorang wanita,
“Paman Hong…….!”
Suara seorang laki-laki yang nyaring menyusul,
“Betul, paman Kun Hong dan kim-tiauw…….!”
Bukan main girang dan kagetnya hati Kun Hong. Dia mengenal baik suara dua orang itu. Sin Lee dan Hui Cu! Saking girangnya Kun Hong lalu melompat turun diikuti melayangnya burung rajawali itu dari atas cabang pohon.
Rajawali itu masih kelihatan curiga dan marah, akan tetapi dia tidak bergerak menyerang, apalagi melihat betapa Kun Hong segera berangkulan dengan Sin Lee dan memegangi tangan Hui Cu dengan girang sekali.
Tan Sin Lee, laki-laki yang tegap dan tampan ini adalah keponakannya sendiri, karena ibu Sin Lee adalah mendiang Kwa Hong, kakak perempuan lain ibu tunggal ayah. Sin Lee adalah putera tunggal Kwa Hong dan Tan Beng San. Sedangkan Thio Hui Cu adalah puteri tunggal paman gurunya, Thio Ki dan bibi Lee Giok. Telah kurang lebih lima tahun dia tidak bertemu dengan mereka, semenjak dia menghadiri pernikahan mereka di Hoa-san dahulu (baca Rajawali Emas).
Rajawali emas ketika melihat betapa Kun Hong bersikap ramah terhadap dua orang itu, segera menghampiri Sin Lee dan mengeluarkan suara lirih sambil menggosok-gosokkan kepalanya pada pundak orang gagah itu. Sin Lee merangkulnya dan suaranya terharu ketika berkata,
“Kim-tiauw-ko, ternyata kau tidak lupa kepadaku…….”
Di dalam suaranya ini terkandung penyesalan besar mengingat akan sikapnya yang buruk terhadap burung ini dahulu. Dahulu, di waktu masih kecil, burung ini adalah teman bermain Sin Lee, malah sebelum Kun Hong bertemu dengan rajawali emas ini, lebih dulu Sin Lee telah menjadi teman bermain-main dan berlatih silat. Akan tetapi karena Sin Lee bersikap keras, burung ini akhirnya meninggalkannya (baca Rajawali Emas).
“Sin Lee, Hui Cu, benar-benar amat mengejutkan kedatangan kalian ini! Sama sekali tidak pernah aku mimpi bertemu dengan kalian di tempat seperti ini. Kalian hendak kemanakah dan dari mana? Dan sudah berapa orangkah anak kalian?”
Sin Lee tertawa dan Hui Cu menjadi merah mukanya.
“Ah……. paman Hong…….!” cela Hui Cu.
“Ha-ha-ha-ha, Hui Cu, kau masih seperti dahulu, pemalu sekali. Apa salahnya bertanya keturunan? Sudah jamak, sanak keluarga maupun handai taulan, kalau saling bertemu setelah berpisah lama, tentulah anak yang ditanyakan, bukannya harta benda. Anak-anaklah harta benda dunia akhirat yang paling berharga. Bukankah begitu?”
“Ha-ha-ha, paman Hong betul sekali. Anak kami hanya seorang, baru berusia empat tahun, laki-laki dan sehat.”
“Wah, bagus! Tetapi kenapa masih begitu kecil sudah kalian tinggalkan?” Dia cepat menegur.
“Kami titipkan kepada para inang pengasuh yang sudah kami percaya penuh.” jawab Hui Cu. “Terpaksa ditinggalkan setelah kami mendengar berita buruk dari locianpwe Song-bun-kwi…….”
Wajah Kun Hong menjadi sungguh-sungguh.
“Hemmm, jadi kalian sudah mendengar akan peristiwa di Thai-san itu?”
“Betul, paman Hong. Setelah mendengar peristiwa yang menimpa keluarga ayah, kami segera meninggalkan Lu-liang-san. Aku berpendapat bahwa yang melakukan perbuatan biadab itu adalah musuh-musuh ayah dahulu dan agaknya untuk mencari jejak mereka, tempat yang paling baik adalah di kota raja. Maka kami akan menuju ke kota raja. Sungguh tidak kami sangka akan bertemu dengan paman Hong disini.”
“Berbesar hatilah kalian. Adikmu Cui San sudah tertolong, baru siang tadi aku bertemu dengannya.”
“Benarkah? Dimana dia? Bersama siapa?” Sin Lee cepat mendesak.
Kun Hong lalu menceriterakan pertemuannya dengan kakek Sin-eng-cu Lui Bok dan Cui Sian. Dia hanya menceriterakan yang penting saja, yaitu tentang diselamatkannya Cui Sian, tidak menceriterakan tentang hal A Wan dan lain-lain.
“Cui Sian sudah selamat dan sekarang sementara dibawa pergi oleh Susiok. Kelak tentu akan dikembalikan kepada ayahmu.”
Lega rasa hati Sin Lee dan Hui Cu tetapi Sin Lee dengan penasaran bertanya,
“Dan siapakah orang-orang yang menyerbu ke Thai-san?”
Kun Hong mengerutkan kening. Dia maklum akan kepandaian dan watak Sin Lee. Orang ini kepandaiannya cukup tinggi, akan tetapi agaknya akan berbahaya sekali kalau diberitahu bahwa musuh-musuh itu adalah orang-orang di Ching-coa-to, karena disana terdapat banyak sekali orang pandai.
Apalagi Sin Lee pergi bersama Hui Cu yang dia tahu tingkat kepandaiannya tidak setinggi suaminya. Watak Sin Lee amat keras, kalau sudah tahu tentu tidak akan mau sudah kalau belum dapat membalas dendam. Maka dia segera berkata,
“Sin Lee dan Hui Cu, tentang itu, untuk sementara ini kiranya tidak perlu kalian ketahui. Serahkan saja hal itu kepadaku karena akupun tidak akan tinggal diam sebelum memberi hajaran kepada mereka. Soalnya memang berbelit-belit, berpangkal pada balas membalas urusan dahulu! Sekarang, ada tugas yang amat penting yang hendak kuserahkan kepada kalian, tugas yang lebih penting daripada urusan balas membalas ini. Cui Sian sudah selamat, malah ayah dan ibumu sudah pergi meninggalkan Thai-san-pai, tentu akan mencari orang-orang jahat itu pula. Kebetulan sekali kalian datang sehingga dapat mewakili aku melakukan tugas ini. Bersediakah kalian?”
Semenjak dahulu, Sin Lee sudah mempunyai hati kagum dan tunduk kepada Pendekar Buta ini. Dia maklum bahwa Pendekar Buta ini biarpun sikapnya seperti orang lemah dan bodoh, namun memiliki ilmu kepandaian yang amat tinggi, yang sudah dia saksikan dahulu ketika terjadi adu kepandaian di Thai-san. Pula, dia meninggalkan Lu-liang-san memang karena terdorong kekhawatirannya akan keselamatan Cui Sian, sekarang setelah Cui Sian berada dalam keadaan selamat, memang tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi.
“Baiklah, Paman Hong. Urusan apakah itu, lekas beritahukan kepada kami, pasti akan kami laksanakan,” jawabnya.
Dengan singkat namun jelas Kun Hong menceriterakan tentang surat rahasia dari mendiang kaisar untuk disampaikan kepada Raja Muda Yung Lo diutara, menceriterakan pula betapa surat rahasia ini dijadikan perebutan karena amatlah penting artinya.
“Mengingat akan perjuangan Paman Tan Hok yang sampai mengorbankan nyawanya itu, aku sudah mengambil keputusan akan melindungi surat ini dan menyampaikannya kepada yang berhak, biarpun untuk itu aku harus mempertaruhkan nyawa. Akan tetapi aku seorang buta, agaknya lebih sukar bagiku untuk dapat menyampaikannya kepada yang berhak. Oleh karena itu, aku minta bantuan kalian, bawalah surat ini dan sampaikanlah kepada Raja Muda Yung Lo di utara. Tugasmu ini tidaklah ringan dan kalau sampai terpenuhi, jasamu untuk negara bukanlah kecil. Kiranya surat wasiat ini akan banyak mengurangi pertumpahan darah kalau sampai terjadi perang saudara, karena tentu para pembesar di selatan yang masih setia kepada mendiang kaisar, akan tunduk terhadap isi surat wasiat ini dan tidak akan membantu kaisar muda.”
Sin Lee menerima surat itu, menyimpannya dan menyanggupi untuk melaksanakan tugas itu.
“Setelah selesai tugasmu, kalian kembalilah saja ke Lu-liang-san. Kasihan anak kalian ditinggal ayah bundanya terlalu lama. Kelak aku pasti akan datang ke Lu-liang-san, ingin aku memondong anakmu itu!”
Malam itu mereka bermalam di hutan, semalam suntuk tidak dapat tidur karena mereka bercakap-cakap menceriterakan pengalaman masing-masing. Apalagi Hui Cu yang merasa amat kasihan kepada pamannya ini, membujuk-bujuk agar Kun Hong kembali ke Hoa-san dan suka memilih jodoh.
Bujukan ini hanya disambut dengan senyum pahit oleh Kun Hong yang sama sekali tidak berani berceritera tentang Hui Kauw. Sementara itu, Sin Lee melepaskan rindunya kepada rajawali emas dengan mengajak burung itu bercakap-cakap seperti dahulu ketika dia masih kecil.
Banyak dia bicara dengan burung itu yang mendengarkan dengan terharu karena memang sudah bertahun-tahun burung ini hidup di samping Sin Lee maka dia dapat mengerti banyak apa yang dibicarakan pendekar ini.
Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali Sin Lee dan Hui Cu berangkat meninggalkan Kun Hong. Tujuan mereka adalah ibu kota di utara. Dengan terharu Hui Cu memegang tangan Kun Hong dan berkali-kali ia berkata dengan suara penuh permohonan agar sang paman ini benar-benar akan segera datang menjenguk anaknya di Lu-liang-san.
Akhirnya mereka berpisah, suami isteri itu ke utara, sedangkan Kun Hong bersama rajawali berjalan perlahan keluar dari hutan, hendak pergi ke Ching-coa-to, karena Kun Hong ingin menghadapi orang-orang yang telah merusak Tihai-san-pai.
********
099
Postingan populer dari blog ini
RAJA PEDANG (BAGIAN PERTAMA SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
JILID 01 JILID 02 JILID 03 JILID 04 JILID 05 JILID 06 JILID 07 JILID 08 JILID 09 JILID 10 JILID 11 JILID 12 JILID 13 JILID 14 JILID 15 JILID 16 JILID 17 JILID 18 JILID 19 JILID 20 JILID 21 JILID 22 JILID 23 JILID 24 JILID 25 JILID 26 JILID 27 JILID 28 JILID 29 JILID 30 JILID 31 JILID 32 JILID 33 JILID 34 JILID 35 JILID 36 JILID 37 JILID 38 JILID 39 JILID 40 JILID 41 JILID 42 JILID 43 JILID 44 JILID 45 JILID 46 JILID 47 JILID 48 JILID 49 JILID 50 JILID 51 JILID 52 JILID 53 JILID 54 JILID 55 JILID 56 JILID 57 JILID 58 JILID 59 JILID 60 JILID 61 JILID 62 JILID 63 JILID 64 JILID 65 JILID 66 JILID 67 JILID 68 JILID 69 JILID 70 JILID 71 JILID 72 JILID 73 JILID 74 JILID 75 JILID 76 JILID 77 JILID 78 JILID 79 JILID 80 JILID 81 JILID 82 JILID 83 JILID 84 JILID 85 JILID 86 JILID 87 JILID 88 JILID 89 JILID 90 JILID 91 JILID 92 JILID 93 JILID 94 JILID 95 JILID 96 JILID 97 JILID 98 JILID 99 JILID 100 JILID 101 J
RAJAWALI EMAS (BAGIAN KE-2 SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
SERI SEBELUMNY JILID 001 JILID 002 JILID 003 JILID 004 JILID 005 JILID 006 JILID 007 JILID 008 JILID 009 JILID 010 JILID 011 JILID 012 JILID 013 JILID 014 JILID 015 JILID 016 JILID 017 JILID 018 JILID 019 JILID 020 JILID 021 JILID 022 JILID 023 JILID 024 JILID 025 JILID 026 JILID 027 JILID 028 JILID 029 JILID 030 JILID 031 JILID 032 JILID 033 JILID 034 JILID 035 JILID 036 JILID 037 JILID 038 JILID 039 JILID 040 JILID 041 JILID 042 JILID 043 JILID 044 JILID 045 JILID 046 JILID 047 JILID 048 JILID 049 JILID 050 JILID 051 JILID 052 JILID 053 JILID 054 JILID 055 JILID 056 JILID 057 JILID 058 JILID 059 JILID 060 JILID 061 JILID 062 JILID 063 JILID 064 JILID 065 JILID 066 JILID 067 JILID 068 JILID 069 JILID 070 JILID 071 JILID 072 JILID 073 JILID 074 JILID 075 JILID 076 JILID 077 JILID 078 JILID 079 JILID 080 JILID 081 JILID 082 JILID 083 JILID 084 JILID 085 JILID 086 JILID 087 JILID 088 JILID 089 JILI
JAKA LOLA (BAGIAN KE-4 SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
SERI SEBELUMNYA JILID 001 JILID 002 JILID 003 JILID 004 JILID 005 JILID 006 JILID 007 JILID 008 JILID 009 JILID 010 JILID 011 JILID 012 JILID 013 JILID 014 JILID 015 JILID 016 JILID 017 JILID 018 JILID 019 JILID 020 JILID 021 JILID 022 JILID 023 JILID 024 JILID 025 JILID 026 JILID 027 JILID 028 JILID 029 JILID 030 JILID 031 JILID 032 JILID 033 JILID 034 JILID 035 JILID 036 JILID 037 JILID 038 JILID 039 JILID 040 JILID 041 JILID 042 JILID 043 JILID 044 JILID 045 JILID 046 JILID 047 JILID 048 JILID 049 JILID 050 JILID 051 JILID 052 JILID 053 JILID 054 JILID 055 JILID 056 JILID 057 JILID 058 JILID 059 JILID 060 JILID 061 JILID 062 JILID 063 JILID 064 JILID 065 JILID 066 JILID 067 JILID 068 JILID 069 JILID 070 JILID 071 JILID 072 JILID 073 JILID 074 JILID 075 JILID 076 JILID 077 JILID 078 JILID 079 JILID 080 JILID 081 JILID 082 JILID 083 JILID 084 JILID 085 JILID 086 JILID 087 JILID 088 JILID 089 JILID 090 JILID 091 JILID 092 JILID 093 JILID 094 JILID 095 JILID 096 JILID 097 JILID 098 JILI