PENDEKAR BUTA JILID 119
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Oleh
Epul Saepul Rohman
Hui Kauw berdiri dengan muka pucat. Ia sudah mengenal kelihaian pedang The Sun dan sebagai seorang yang cerdik, iapun maklum apa artinya dibunyikan tambur dan gembreng yang amat bising itu. Iapun maklum akan kelemahan Kun Hong, maka melihat betapa kekasihnya itu berloncatan, terhuyung-huyung, jongkok berdiri dan terus-menerus diserang tanpa mampu membalas, hatinya sudah gelisah bukan main.
Untuk menjaga martabat nama Kun Hong sebagai seorang pendekar, betapapun gelisah hatinya, tidak berani ia membantu. Akan tetapi hati kecilnya mengambil keputusan teguh bahwa begitu Kun Hong tewas dalam pertandingan, ia hendak mengamuk dan tidak akan berhenti sebelum iapun roboh binasa di medan laga!
Pedang hitam telah terpegang erat-erat di tangannya dan ia siap untuk melompat, menggantikan Kun Hong. Namun ia tetap berdoa semoga kekasihnya itu menang dalam pertandingan yang berat sebelah ini. Kun Hong seakan-akan seorang yang buta tuli, melawan seorang yang begitu tangkas dan dahsyat ilmu pedangnya seperti The Sun.
Namun Kun Hong bukanlah orang dengan kepandaian biasa. Berkat ilmu kesaktian yang dia pelajari adalah ilmu yang amat tinggi, kepandaian itu sudah mendarah daging di tubuhnya, setiap gerakannya adalah otomatis didorong oleh naluri yang bukan sewajarnya. Apalagi setelah dia menemukan ciptaannya terbaru yaitu penggabungan. dari kedua ilmu silat yang dia ambil inti sarinya saja, dia benar-benar telah memiliki ilmu yang sukar dicari keduanya didunia persilatan.
Biarpun dia seakan-akan tuli karena kebisingan suara, namun perasaannya masih menuntunnya dan sambaran pedang lawannya masih tertangkap olehnya sehingga dengan langkah ajaibnya dia dapat menyelamatkan diri sambil mencari kesempatan baik.
Sukarnya, The Sun juga seorang yang amat lihai dan cerdik. Orang muda yang menjadi tokoh di kota raja itupun tidak berani memandang ringan lawannya yang sudah dia ketahui memiliki ilmu silat yang amat luar biasa.
Oleh karena itu, biarpun dia dibantu suara bising yang membuat Kun Hong tidak berdaya, namun dia tidak lengah sedetikpun juga, menyerang terus sambil menutup diri dalam pertahanan yang ketat. Memang dia amat penasaran karena semua serangannya gagal, selalu mengenai tempat kosong, namun dia tidak pernah mengurangi desakannya dan merasa yakin bahwa sewaktu-waktu tentu akan berhasil.
Payah juga Kun Hong yang mencari kesempatan baik tidak juga dapat menemukan kesempatan ini. Diam-diam dia kagum dan memuji kecerdikan lawannya yang masih tetap berhati-hati biarpun sudah menyerang dan mendesak terus. Lain orang tentu akan menjadi sombong dan lengah. Kemudian Pendekar Buta ini mendapatkan akal.
Ketika untuk kesekian kalinya pedang The Sun menyambar leher, dia mengelak dengan langkah ajaibnya, akan tetapi sengaja bergerak lambat sehingga ujung pedang itu menyerempet pundaknya. Bajunya robek dan kulitnya terkelupas, darah mengalir. Terdengar Hui Kauw menjerit ketika Kun Hong berteriak kesakitan dan terhuyung-huyung.
Hasil yang dinanti-nanti oleh The Sun ini membuat hatinya girang bukan main. Dia tertawa terkekeh-kekeh dengan nada mengejek sambil mendesak terus menubruk untuk memberi tikaman terakhir ketika dia melihat Kun Hong terhuyung dalam posisi yang buruk sekali. Pedangnya bergerak seperti kilat menyambar, menusuk dada Kun Hong.
“Traaanggggg! Kraaakkkkk!”
The Sun menjerit, pedangnya terpental dan patah menjadi dua, tubuhnya terlempar seperti layang-layang putus talinya. Ternyata akal yang dipergunakan Kun Hong berhasil baik sekali. Dengan membiarkan pundaknya terluka dan sedikit darahnya mengalir, The Sun telah dapat diakali sehingga kegirangan dan untuk beberapa detik mengurangi kewaspadaannya. Ketika menyerang dengan tusukan maut tadi, dia lengah tidak memperhatikan segi pertahanannya sehingga lowongan ini dipergunakan dengan baiknya oleh Kun Hong.
Sambil mengerahkan tenaga, Pendekar Buta ini menangkis pedang, membuat pedang itu patah dua dan tangan kirinya menampar kearah pundak. Sekali tampar saja tulang pundak The Sun patah dan pemuda itu menderita luka dalam yang mengakibatkan dia roboh dan pingsan!
Kun Hong tidak mau berlaku kepalang tanggung. Tubuhnya sudah menyambar ke depan, tongkatnya bergerak hendak menewaskan The Sun orang yang amat dibencinya karena telah menyebabkan kematian janda Yo.
Akan tetapi pada saat itu terdengar suara menggereng menyeramkan dan tongkatnya terbentur oleh tangkisan tongkat hitam di tangan Hek Lojin. Kiranya kakek ini sudah melompat maju untuk menolong muridnya, kemudian sekaligus bagaikan badai mengamuk, kakek ini menerjang Kun Hong.
“Kun Hong, awas…….!”
Hui Kauw menjerit ketika melihat betapa tongkat hitam di tangan kakek itu berubah menjadi sinar hitam bergulung-gulung mengancam kepala Si Pendekar Buta. Tanpa diperingatkan, Kun Hong sudah siap dan tahu akan datangnya ancaman bahaya maut. Cepat dia menggunakan tongkatnya menangkis.
Untung baginya bahwa kini suara tambur dan gembreng otomatis berhenti setelah The Sun roboh. Dengan menghilangnya suara bising ini, dia dapat menghadapi Hek Lojin dengan baiknya. Dia maklum bahwa kepandaian kakek ini luar biasa tingginya, maka diapun segera menggerakkan tongkatnya, mainkan ilmu silat gabungan yang baru saja dia ciptakan di bawah petunjuk Sin-eng-cu Lui Bok.
Tongkat hitam itu menyambar lagi, mendatangkan suara seperti ada angin topan mulai mengamuk. Kun Hong mengangkat tongkatnya menangkis.
“Dukkkkk!!”
Dua tenaga mujijat lewat tongkat bertemu tanding. Tubuh berkulit hitam tinggi besar itu tergetar. Kun Hong merasakan tubuhnya kesemutan, maka cepat dia menggunakan langkah ajaib, tubuhnya terhuyung-huyung dan lenyaplah pengaruh benturan tenaga dahsyat tadi, Diam-diam dia kagum dan harus mengakui bahwa kakek hitam itu tidak hanya sombong, melainkan betul-betul hebat.
“Ha-ha-ha-heh-heh-heh, awas kepalamu!”
Kakek itu terkekeh dan kembali tongkatnya menyambar. Kun Hong maklum bahwa kalau terus menerus dia mengadu tenaga dia akan kalah oleh kakek sakti ini, maka cepat dia mengelak dan kembali dia telah mempergunakan langkah ajaib. Akan tetapi, kakek itu begitu tongkatnya tidak mengenai sasaran, langsung menerjang dan kini tongkatnya diobat abitkan seperti orang gila mengamuk, gerakan-gerakannya sama sekali tidak menurut aturan ilmu silat!
Kun Hong terkejut bukan main ketika telinganya menangkap gerakan-gerakan ilmu berkelahi yang liar dan dahsyat ini. Sukar sekali untuk mengikuti, apalagi menduga perkembangan daripada ilmu silat aneh dan gerakan-gerakannya ada kalanya bahwa bertentangan dengan ilmu silat ini. Gerakan-gerakan kacau balau akan tetapi justru kekacau balauannya itulah yang membuat penyerangan-penyerangannya menjadi hebat, liar, dahsyat dan amat berbahaya, mengingatkan Kun Hong akan gerakan binatang-binatang liar termasuk gerakan-gerakan kim-tiauw!
Maka diapun cepat mengandalkan langkah-langkah ajaib untuk menghadapi serangan ini. Langkah ajaib adalah ilmu langkah dalam persilatan yang tercipta berdasarkan gerak dan langkah rajawali emas, yang tentu saja juga mengandalkan naluri yang tidak ada pada diri manusia, atau andaikata adapun tidak sekuat yang ada pada binatang liar seperti kim-tiauw.
Mereka yang menonton pertandingan itu memandang dengan mata terbelalak dan bengong, malah ada pula di antaranya yang diam-diam menahan ketawa karena merasa geli dan heran. Tidak patut pertempuran ini dikatakan pertempuran antara dua orang tokoh pandai atau jago-jago silat ulung, lebih tepat dikatakan pertempuran antara dua orang yang miring otaknya atau dua orang hutan liar yang tidak tahu akan ilmu berkelahi manusia.
Kakek hitam dengan tongkatnya itu mengamuk, memutar-mutar tongkat dan menghantam kesana kemari secara ngawur belaka, kadang-kadang bahkan menghantam tempat yang berlawanan dengan adanya si lawan. Ada kalanya dia menghantam kekiri selagi Kun Hong berada di kanan, menghantam ke belakang selagi lawan berada di depan dan sebaliknya!
Batu-batu hancur lebur begitu tersentuh ujung tongkatnya dan debu berhamburan menggelapkan sekelilingnya. Sedangkan Kun Hong berloncat-loncatan, terhuyung-huyung, kadang-kadang jongkok berdiri seperti seorang penari yang terlalu banyak minum arak keras.
Kalau di bawah menjadi agak gelap karena debu berhamburan dari amukan tongkat hitam Hek Lojin, adalah di angkasa gelap pula oleh berkumpulnya awan mendung menghitam. Makih lama menjadi makin gelap keadaannya dan beberapa kali keadaan ini bahkan menarik perhatian orang-orang yang berada disitu, memaksa mereka memandang ke udara yang gelap. Jelas bahwa hujan akan turun membasahi bumi.
Tiba-tiba terdengar bentakan yang nyaring,
“Hayo tangkap dulu si pemberontak perempuan!”
Kun Hong kaget dan gelisah sekali. Itulah suara The Sun. Kiranya pemuda ini sudah sadar dari pingsannya dan melihat betapa Kun Hong sedang didesak secara gencar oleh gurunya dia cepat mengeluarkan aba-aba karena dia maklum bahwa sekali Hui Kauw ditawan, Kun Hong tentu akan tunduk. Memang cerdik sekali The Sun, biarpun dia sendiri terluka berat, namun kecerdikannya ini berhasil membuat Kun Hong gelisah.
Hui Kauw juga memiliki ilmu silat tinggi, maka ia dapat mengerti akan kegelisahan Kun Hong yang kelihatan dari gerakannya, maka sambil melintangkan pedang hitam di depan dada ia berseru,
“Kun Hong, jangan khawatir, aku dapat menjaga diri, berjuang sampai mati!”
Kata-kata “berjuang sampai mati” ini menambah besar semangat Kun Hong. Dia tersenyum. Ternyata gadis itu benar-benar telah mengambil keputusan nekat untuk melawan dan mati bersama dia di tempat ini.
Tidak! Tidak boleh! Hui Kauw harus diselamatkan dan untuk itu diapun harus hidup, harus menang. Pikiran ini mendatangkan semangat baru yang hebat. Tongkatnya bergerak hidup dan sinar merah tahu-tahu telah menutup dan melingkari sinar hitam yang menjadi makin ciut.
Dengan ilmunya yang baru, Kun Hong ternyata berhasil menjinakkan keliaran tongkat lawannya dan sekarang sebaliknya Hek Lojin yang menjadi kaget setengah mati. Dia masih berusaha mengerahkan seluruh kepandaian untuk lolos keluar dari “ikatan” sinar merah, namun sia-sia belaka, kemana pun dia bergerak, ujung tongkat Pendekar Buta ini selalu mengikuti dan mengancamnya.
Dia tahu bahwa sekali dia kena disentuh, akan celakalah dia. Maka dengan nekat pula dia menggereng-gereng seperti singa, lalu sambil memutar tongkatnya cepat-cepat yang dilepaskan tiba-tiba sehingga tongkat itu berputaran sendiri menerjang Kun Hong, kedua tangannya yang kini bebas itu berbareng mengirim pukulan dengan tenaga sakti sepenuhnya, susul menyusul cepat sekali!
Inilah serangan kilat dan maut yang luar biasa hebatnya. Si kakek iblis Song-bun-kwi sendiri tidak kuat menerima pukulan-pukulan Hek Lojin dan sekarang dia menggunakan pukulan-pukulan maut ini kepada Kun Hong.
Tentu saja Kun Hong kaget ketika mendengar betapa tongkat yang dilontarkan itu berputaran menyambar. Sekali sampok tongkat itu melayang dan menyeleweng, akan tetapi kini dia menghadapi dua pukulan tangan yang tidak kalah bahayanya daripada sambaran tongkat hitam tadi.
Maklum bahwa untuk menghadapi serangan dahsyat ini amatlah sukar dan berbahaya, Kun Hong memekik dan tahu-tahu dia sudah menggunakan jurus Sakit Hati yang dimasukkan pula ke dalam ilmu silatnya yang baru. Tongkat berkelebat menjadi sinar merah, tangan kiri menampar dengan pengerahan tenaga yang mengeluarkan uap putih.
“Crakkk……. desssss!”
Tubuh Kun Hong terlempar ke belakang sampai lima meter lebih, akan tetapi dia jatuh dalam keadaan berdiri dan tongkatnya masih berada di tangan, hanya mukanya agak pucat dan napasnya terengah. Hui Kauw cepat berlari menghampirinya, menyentuh lengannya dan suaranya menggetar,
“Kun Hong, kau……. terluka…….??”
Kun Hong mencoba senyum, menggeleng kepala dan menjawab lirih.
“Hui Kauw, kau lihat dia……. hati-hatilah, dia hebat…….”
Karena tadi perhatian Hui Kauw seluruhnya tertuju kepada Kun Hong, maka ia tidak memperhatikan orang lain. Kini melihat bahwa keadaan Kun Hong tidak berbahaya, ia menengok dan alangkah bangga dan girang hatinya ketika melihat bahwa ternyata keadaan kakek hitam itu lebih parah lagi. Kakek ini berdiri tegak memandang kearah lengan kirinya yang sudah buntung!
Ternyata tadi bahwa tangan kiri itu tidak dapat dicegah lagi terbabat oleh pedang Ang-hong-kiam yang tersembunyi ke dalam tongkat, sedangkan tangan kanan kakek itu beradu dengan tangan kiri Kun Hong. Saking tajamnya Ang-hong-kiam dan saking hebatnya jurus yang dijalankan oleh Kun Hong, lengan kiri itu terbabat putus sampai sebatas siku tanpa terasa nyeri sama sekali. Dan dalam pertemuan tenaga tadi, tenaga mujijat dan mengandung hawa ilmu hitam dari kakek itu benar-benar memperlihatkan keampuhannya, karena Kun Hong terlempar dan biarpun tidak berbahaya, telah menderita luka dalam.
Postingan populer dari blog ini
RAJA PEDANG (BAGIAN PERTAMA SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
JILID 01 JILID 02 JILID 03 JILID 04 JILID 05 JILID 06 JILID 07 JILID 08 JILID 09 JILID 10 JILID 11 JILID 12 JILID 13 JILID 14 JILID 15 JILID 16 JILID 17 JILID 18 JILID 19 JILID 20 JILID 21 JILID 22 JILID 23 JILID 24 JILID 25 JILID 26 JILID 27 JILID 28 JILID 29 JILID 30 JILID 31 JILID 32 JILID 33 JILID 34 JILID 35 JILID 36 JILID 37 JILID 38 JILID 39 JILID 40 JILID 41 JILID 42 JILID 43 JILID 44 JILID 45 JILID 46 JILID 47 JILID 48 JILID 49 JILID 50 JILID 51 JILID 52 JILID 53 JILID 54 JILID 55 JILID 56 JILID 57 JILID 58 JILID 59 JILID 60 JILID 61 JILID 62 JILID 63 JILID 64 JILID 65 JILID 66 JILID 67 JILID 68 JILID 69 JILID 70 JILID 71 JILID 72 JILID 73 JILID 74 JILID 75 JILID 76 JILID 77 JILID 78 JILID 79 JILID 80 JILID 81 JILID 82 JILID 83 JILID 84 JILID 85 JILID 86 JILID 87 JILID 88 JILID 89 JILID 90 JILID 91 JILID 92 JILID 93 JILID 94 JILID 95 JILID 96 JILID 97 JILID 98 JILID 99 JILID 100 JILID 101 J
RAJAWALI EMAS (BAGIAN KE-2 SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
SERI SEBELUMNY JILID 001 JILID 002 JILID 003 JILID 004 JILID 005 JILID 006 JILID 007 JILID 008 JILID 009 JILID 010 JILID 011 JILID 012 JILID 013 JILID 014 JILID 015 JILID 016 JILID 017 JILID 018 JILID 019 JILID 020 JILID 021 JILID 022 JILID 023 JILID 024 JILID 025 JILID 026 JILID 027 JILID 028 JILID 029 JILID 030 JILID 031 JILID 032 JILID 033 JILID 034 JILID 035 JILID 036 JILID 037 JILID 038 JILID 039 JILID 040 JILID 041 JILID 042 JILID 043 JILID 044 JILID 045 JILID 046 JILID 047 JILID 048 JILID 049 JILID 050 JILID 051 JILID 052 JILID 053 JILID 054 JILID 055 JILID 056 JILID 057 JILID 058 JILID 059 JILID 060 JILID 061 JILID 062 JILID 063 JILID 064 JILID 065 JILID 066 JILID 067 JILID 068 JILID 069 JILID 070 JILID 071 JILID 072 JILID 073 JILID 074 JILID 075 JILID 076 JILID 077 JILID 078 JILID 079 JILID 080 JILID 081 JILID 082 JILID 083 JILID 084 JILID 085 JILID 086 JILID 087 JILID 088 JILID 089 JILI
JAKA LOLA (BAGIAN KE-4 SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
SERI SEBELUMNYA JILID 001 JILID 002 JILID 003 JILID 004 JILID 005 JILID 006 JILID 007 JILID 008 JILID 009 JILID 010 JILID 011 JILID 012 JILID 013 JILID 014 JILID 015 JILID 016 JILID 017 JILID 018 JILID 019 JILID 020 JILID 021 JILID 022 JILID 023 JILID 024 JILID 025 JILID 026 JILID 027 JILID 028 JILID 029 JILID 030 JILID 031 JILID 032 JILID 033 JILID 034 JILID 035 JILID 036 JILID 037 JILID 038 JILID 039 JILID 040 JILID 041 JILID 042 JILID 043 JILID 044 JILID 045 JILID 046 JILID 047 JILID 048 JILID 049 JILID 050 JILID 051 JILID 052 JILID 053 JILID 054 JILID 055 JILID 056 JILID 057 JILID 058 JILID 059 JILID 060 JILID 061 JILID 062 JILID 063 JILID 064 JILID 065 JILID 066 JILID 067 JILID 068 JILID 069 JILID 070 JILID 071 JILID 072 JILID 073 JILID 074 JILID 075 JILID 076 JILID 077 JILID 078 JILID 079 JILID 080 JILID 081 JILID 082 JILID 083 JILID 084 JILID 085 JILID 086 JILID 087 JILID 088 JILID 089 JILID 090 JILID 091 JILID 092 JILID 093 JILID 094 JILID 095 JILID 096 JILID 097 JILID 098 JILI