RAJA PEDANG JILID 06
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Oleh
Epul Saepul Rohman
Pada saat itu terdengar angin bertiup dan tubuh Kwa Tin Siong berkelebat. Orang gagah ini memegang pedang telanjang di tangannya, wajahnya yang muram nampak makin muram dan penuh kekhawatiran.
Ia bernapas lega melihat anaknya masih selamat disitu, lalu ia memandang sekilas kearah Beng San, baru kemudian ia memperhatikan wanita itu. Ia melihat seorang wanita cantik, sepasang matanya liar dan aneh, tangan kiri bermain-main dengan sehelai saputangan sutera beraneka warna, indah dan panjang.
Melihat sinar mata wanita ini, diam-diam Kwa Tin Siong terkejut sekali. Bukan mata orang biasa. Ia berlaku hati-hati, sekali lagi melirik kearah Kwa Hong untuk melihat keadaan anaknya. Setelah mendapat keyakinan bahwa anaknya tidak terluka hanya agak takut-takut, ia lalu menjuru kepada perempuan itu.
“Toanio (nyonya) dengan aku Kwa Tin Siong tidak pernah saling mengenal dan karenanya tidak ada permusuhan sesuatu, maka mohon Tanya ada maksud Toanio membawa anakku sampai kesini?”
Kwa Tin Siong bersikap hormat sekali karena dari cara nyonya ini tadi merampas anaknya tanpa ia dapat berdaya sama sekali sudah menunjukkan bahwa ia berhadapan dengan seorang yang memiliki kepandaian luar biasa sekali.
Wanita itu tersenyum mengejek, memandang tak acuh, menjawab lalu berkata kepada Beng San.
“Kau tadi dihina hayo balas!”
Akan tetapi mana Beng San mau membalas? Ia memang tidak merasa sakit hati kepada ayah dan anak itu. Apalagi Kwa Tin Siong amat baik kepadanya sedangkan kh dia hanya mendongkol saja. Maka dia menggeleng kepalanya tanpa berkata sesuatu.
Kwa Tin Siong mendongkol juga melihat lagak wanita ini yang sama sekali tidak memperdulikannya, jelas amat memandang rendah, maka ia lalu berkata lagi dengan hormat,
“Toanio, aku Kwa Tin Siong tidak mempunyai permusuhan, juga Hoa san pai tidak mempunyai permusuhan.”
Ia sengaja menyebut nama Hoa-san-pai agar perempuan ini tidak lagi memandang rendah kepadanya dan bersikap selayaknya orang kang ouw berurusan dengan sesama orang kang ouw.
“Tosu bau Lian Bu tak kenal mampus, tidak mampu mengajar anak muridnya.”
Wanita itu bicara seperti pada diri sendiri. Akan tetapi cukup membuat Kwa Tin Siong bangkit kemarahannya. Lian Bu Tojin adalah gurunya, juga adalah ketua Hoa san pai, seorang ciangbunjin (ketua partai) yang amat dihormati orang seluruh kang ouw. Maka perempuan ini menyebut namanya begitu saja ditambah sebutan tosu bau segala? Pedang di tangannya gemetar. Tiba-tiba Kwa Hong yang mengenal sikap ayahnya yang marah ini memperingatkan.
“Ayah, tadi aku tusuk dia tapi pedangku patah sebelum menyentuhnya!”
Kwa Tin Siong kaget. Tidak kaget karena pedang anaknya patah. Ia tahu bahwa kepandaian anaknya belum seberapa, tentu saja kalau melawan seorang tokoh pandai takkan ada artinya. Ia kaget karena mendengar pengakuan anaknya yang sudah menyerang wanita ini.
“Hong ji, jangan kurang ajar kau. Mari sini!” ia menyuruh anaknya mendekatinya agar lebih mudah melindungi kalau sampai terjadi pertempuran.
Akan tetapi selagi Kwa Hong hendak bergerak mendekati ayahnya, tampak wanita itu menggerakkan saputangan suteranya kearah Kwa Hong yang segera berdiri diam seperti patung. Hampir Kwa Tin Siong tak dapat mempercayai matanya sendiri. Ujung saputangan yang halus itu tampaknya tidak mengenai tubuh anaknya, namun …nyatanya anaknya telah kena ditotok jalan darahnya!
“Hi hi hi hi hi….. Hoa-san-pai….” Wanita itu tertawa mengejek.
Sesabar-sabarnya manusia, kalau anaknya diganggu dan nama partainya diejek seperti itu, takkan dapat menahan juga, Kwa Tin Siong berseru.
“Manusia sombong, bersiaplah kau menghadapi pedangku!” sebagai seorang laki-laki gagah tentu saja ia masih menahan diri, tidak mau menyerang seorang wanita yang hanya memegang sehelai saputangan.
Akan tetapi wanita itu menjawab halus.
“Pedangmu yang buruk dan ilmu silat Hoa-san-pai yang rendah mau bisa apakah terhadapku?”
“Hemmmm, sombong amat. Kalau begitu lihat pedangku!”
Kwa Tin Siong memutar pedangnya dan langsung menyerang dengan gerak tipu yang lihai dari Hoa-san Kiam-hoat, yaitu gerakan Tian-mo-po-in (Payung kilat sapu awan). Pedangnya berputar sampai merupakan payung yang berkilauan dan berkelebatan menyambar kearah wanita itu.
“Hi hi hi hi hi, kiam-hoat (ilmu pedang) buruk!” wanita itu dengan mudahnya miringkan tubuh menundukkan kepala untuk menghindari sabetan pedang.
Akan tetapi Kwa Tin Siong adalah seorang jago tangguh dari Hoa-san-pai. Gerakan-gerakannya amat mahir, sudah masak dan cepat sekali. Melihat bahwa serangan pertamanya takkan berhasil ia cepat sekali merubah gerakannya tanpa menarik kembali pedangnya.
Kini pedangnya itu meluncur dengan gerakan yang disebut Kwan-kong-sia-ciok (Kwan kong memanah batu). Cepat sekali pedangnya sudah meluncur menusuk kearah ulu hati lawan.
Kwa Tin Siong sudah mulai merasa kaget dan menyesal melihat agaknya lawannya tak mampu mengelak. Bukan maksudnya untuk membunuh orang maka gerakannya ia tahan dan perlambat sedapatnya. Akan tetapi sebelum ujung pedangnya menyentuh lawan, tepat seperti dikatakan Kwa Hong tadi, tiba-tiba menyambar sinar terang dari saputangan itu menyambar kearah pedang dan tangan.
“Krakkk!”
Semacam tenaga mujijat menghantam patah pedang di tangan Kwa Tin Siong. Orang she Kwa ini mempertahankan getaran hebat, tidak mau melepaskan pedangnya yang buntung. Akibatnya ia terpental mundur lima langkah dan muntahkan darah segar.
“Hi hi hi hi hi…, Hoa-san-pai…… belum kubalas menyerang kau sudah mundur, orang she Kwa.
“Sekarang terimalah seranganku!” wanita itu melangkah maju dan menggerakkan saputangannya
Kwa Tin Siong merasa bahwa ia berhadapan dengan orang sakti luar biasa atau sebangsa siluman maka dia menerima nasib, tak kuat melawan.
“Hek-hwa Kui-bo, jangan ganggu mereka!” tiba-tiba Beng San melompat dan menarik pakaian belakang wanita itu.

Hek hwa Kui bo menoleh, tersenyum dan mengejek,
“Mereka itu apamu sih, kau bela mati-matian.”
“Jangan bunuh, jangan ganggu… kalau tidak aku takkan suka lagi kepadamu!”
Ancaman ini agaknya berpengaruh juga, buktinya wanita itu menurunkan saputangannya. Yang kaget setengah mati adalah Kwa Tin Siong ketika dia mendengar disebutnya nama Hek-hwa Kui-bo oleh Beng San tadi.
Hek hwa Kui bo adalah nama seorang diantara empat orang tokoh terbesar di dunia persilatan! Menurut cerita gurunya, yang bernama Hek-hwa Kui-bo ini adalah seorang wanita yang cantik luar biasa dan usianya sudah lima puluh tahun lebih. Akan tetapi wanita ini… melihat bentuk tubuh dan wajahnya, kiranya takkan lebih dari tiga puluh tahun! Ia memandang lebih tegas dan melihat setangkai bunga hitam yang tadi tidak dia lihat tertancap di rambut kepala wanita itu!
“Jangan bunuh, jangan bunuh …..” Hek-hwa Kui-bo mengulang. “Ah, anak bagus, lain kali mereka mungkin yang akan menggangu dan membunuhmu. Hayo ikut!” tiba-tiba wanita itu menggerakkan saputangannya yang meluncur kearah Beng San.
Tahu-tahu ujung saputangan telah melibat pergelangan tangan anak itu dan Beng San merasa tubuhnya melayang di udara. Ia meramkan mata dan mendengar angin mendesir-desir di pinggir kedua telinganya.
Kwa Tin Siong menarik napas panjang ketika melihat perempuan itu berkelebat pergi membawa Beng San, lalu ia menyalurkan pernapasannya untuk memulihkan kekuatannya. Baiknya tadi ia mengurangi tenaga tusukannya, kalau dilakukan dengan sekuat tenaga, tentu sekarang dia telah menggeletak dengan jantung putus! Setelah lukanya yang tidak parah di dalam dada itu mendingan, baru dia berdiri dan membuka totokan pada diri anaknya.
“Ayah, siapakah perempuan siluman itu?”
“Hushhh, jangan kau sombong, Hong ji. Dia adalah seorang tokoh kang ouw yang malah lebih tinggi kedudukannya daripada sukongmu (kakek gurumu). Hayo kita melanjutkan perjalanan dan jangan banyak bertanya lagi.”
Pendekar yang amat gagah dan jarang menemui tandingannya ini segera mengajak anaknya pergi nampaknya gelisah sekali. Memang dia merasa gelisah dan juga aneh. Kenapa seorang tokoh seperti Hek-hwa Kui-bo yang sudah bertahun-tahun tidak pernah muncul di dunia kang ouw itu sekarang tiba-tiba turun gunung dan mengganggunya? Ia harus cepat-cepat kembali ke Hoa-san-pai dan menceritakan hal ini kepada suhunya.
**** ****
SELANJUTNYA»»
Postingan populer dari blog ini
RAJA PEDANG (BAGIAN PERTAMA SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
JILID 01 JILID 02 JILID 03 JILID 04 JILID 05 JILID 06 JILID 07 JILID 08 JILID 09 JILID 10 JILID 11 JILID 12 JILID 13 JILID 14 JILID 15 JILID 16 JILID 17 JILID 18 JILID 19 JILID 20 JILID 21 JILID 22 JILID 23 JILID 24 JILID 25 JILID 26 JILID 27 JILID 28 JILID 29 JILID 30 JILID 31 JILID 32 JILID 33 JILID 34 JILID 35 JILID 36 JILID 37 JILID 38 JILID 39 JILID 40 JILID 41 JILID 42 JILID 43 JILID 44 JILID 45 JILID 46 JILID 47 JILID 48 JILID 49 JILID 50 JILID 51 JILID 52 JILID 53 JILID 54 JILID 55 JILID 56 JILID 57 JILID 58 JILID 59 JILID 60 JILID 61 JILID 62 JILID 63 JILID 64 JILID 65 JILID 66 JILID 67 JILID 68 JILID 69 JILID 70 JILID 71 JILID 72 JILID 73 JILID 74 JILID 75 JILID 76 JILID 77 JILID 78 JILID 79 JILID 80 JILID 81 JILID 82 JILID 83 JILID 84 JILID 85 JILID 86 JILID 87 JILID 88 JILID 89 JILID 90 JILID 91 JILID 92 JILID 93 JILID 94 JILID 95 JILID 96 JILID 97 JILID 98 JILID 99 JILID 100 JILID 101 J
RAJAWALI EMAS (BAGIAN KE-2 SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
SERI SEBELUMNY JILID 001 JILID 002 JILID 003 JILID 004 JILID 005 JILID 006 JILID 007 JILID 008 JILID 009 JILID 010 JILID 011 JILID 012 JILID 013 JILID 014 JILID 015 JILID 016 JILID 017 JILID 018 JILID 019 JILID 020 JILID 021 JILID 022 JILID 023 JILID 024 JILID 025 JILID 026 JILID 027 JILID 028 JILID 029 JILID 030 JILID 031 JILID 032 JILID 033 JILID 034 JILID 035 JILID 036 JILID 037 JILID 038 JILID 039 JILID 040 JILID 041 JILID 042 JILID 043 JILID 044 JILID 045 JILID 046 JILID 047 JILID 048 JILID 049 JILID 050 JILID 051 JILID 052 JILID 053 JILID 054 JILID 055 JILID 056 JILID 057 JILID 058 JILID 059 JILID 060 JILID 061 JILID 062 JILID 063 JILID 064 JILID 065 JILID 066 JILID 067 JILID 068 JILID 069 JILID 070 JILID 071 JILID 072 JILID 073 JILID 074 JILID 075 JILID 076 JILID 077 JILID 078 JILID 079 JILID 080 JILID 081 JILID 082 JILID 083 JILID 084 JILID 085 JILID 086 JILID 087 JILID 088 JILID 089 JILI
JAKA LOLA (BAGIAN KE-4 SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
SERI SEBELUMNYA JILID 001 JILID 002 JILID 003 JILID 004 JILID 005 JILID 006 JILID 007 JILID 008 JILID 009 JILID 010 JILID 011 JILID 012 JILID 013 JILID 014 JILID 015 JILID 016 JILID 017 JILID 018 JILID 019 JILID 020 JILID 021 JILID 022 JILID 023 JILID 024 JILID 025 JILID 026 JILID 027 JILID 028 JILID 029 JILID 030 JILID 031 JILID 032 JILID 033 JILID 034 JILID 035 JILID 036 JILID 037 JILID 038 JILID 039 JILID 040 JILID 041 JILID 042 JILID 043 JILID 044 JILID 045 JILID 046 JILID 047 JILID 048 JILID 049 JILID 050 JILID 051 JILID 052 JILID 053 JILID 054 JILID 055 JILID 056 JILID 057 JILID 058 JILID 059 JILID 060 JILID 061 JILID 062 JILID 063 JILID 064 JILID 065 JILID 066 JILID 067 JILID 068 JILID 069 JILID 070 JILID 071 JILID 072 JILID 073 JILID 074 JILID 075 JILID 076 JILID 077 JILID 078 JILID 079 JILID 080 JILID 081 JILID 082 JILID 083 JILID 084 JILID 085 JILID 086 JILID 087 JILID 088 JILID 089 JILID 090 JILID 091 JILID 092 JILID 093 JILID 094 JILID 095 JILID 096 JILID 097 JILID 098 JILI