RAJA PEDANG JILID 32

Kita kembali ke warung arak Phang Kwi dimana Kwee Sin bertemu kembali dengan Kim Li. Setelah mencegah Kim Li membunuh Tan Hok, Kwee Si seperti seekor kerbau menurut saja dituntun oleh Kim Li duduk menghadapi meja dan menerima hidangan dari Phang Kwi yang nampaknya takut sekali terhadap Kim Li.

“Minumlah, Koko, minumlah arak ini dan bergembiralah. Setelah aku berada di sampingmu, tak perlu kau bermuram durja lagi. Wanita tidak setia seperti dia itu lebih baik kau lupakan saja.” 

Kim Li membujuk sambil mengisi penuh cawan arak di depan Kwee Sin, lalu mengangkat cawan itu diberikannya kepada Kwee Sin. Sikapnya amat menarik, matanya memandang penuh kasih dan mulutnya tersenyum-senyum manis.

Kwee Sin melengak. 
“Kau Sudah tahu ….?”

Kim Li mengangguk dan baru ia melihat bahwa gadis itu sekarang membawa golok tipis kecil yang terselip di punggungnya, selendang merah yang harum indah itu tergantung di ikat pinggang. Bajunya berkembang sutera mahal yang indah dan mencetak tubuhnya. Rambutnya yang panjang hitam digelung rapi, dihias setangkai bunga teratai yang amat aneh warnanya, karena ada merahnya, ada putihnya, ada biru, kuning dan kehijauan, terbuat dari mutiara-mutiara pilihan. Cantik jelita nampaknya dengan pipinya yang merah.

“Kalau begitu.., kau pula agaknya yang mengirim surat kepadaku…..?”

Kembali Kim Li mengangguk. 
“Melihat wanita pilihan gurumu itu tidak patut menjadi pendampingmu selama hidup, aku tidak tega mendiamkan begitu saja. Kau perlu mengetahui dengan mata kepala sendiri.”

“Kenapa kau berlaku secara rahasia, tidak langsung menjumpai aku?”

Kim Li memegang lengan Kwee Sin dengan sentuhan mesra. 
“Aku khawatir kalau aku muncul, kau mengira aku cemburu.”

Kwee Sin menarik napas panjang dan Kim Li kembali membujuk, 
“Sudahlah, Koko, lupakan saja dia. Setelah kita berkumpul lagi, mengapa susah-susah? Mari minum!” 

Karena hiburan dan sikap manis dari gadis ini, Kwee Sin terhibur juga dan tak lama kemudian dua orang itu sudah minum sepuas-puasnya sambil bertukar pandang penuh cinta kasih, malah Kwee Sin sudah bangkit kembali kegembiraannya, mau melayani sendau gurau wanita itu.





Baik Kwee Sin maupun Kim Li sama sekali tidak pernah mengira bahwa semua perbuatan mereka semenjak tadi telah diintai orang. Tan Hok setelah mendapat pertolongan dari Kwee Sin, biarpun kelihatannya tadi sudah pergi, akan tetapi diam-diam dia merayap datang kembali secara diam-diam. 

la amat sakit hati terhadap Kim-thouw Thian-li yang telah membunuh Tan Sam, akan tetapi ia juga amat berterima kasih kepada Kwee Sin yang telah menolongnya. Alangkah kecewa, marah, dan menyesalnya ketika dia melihat betapa Kwee Sin yang sekarang dia tahu dari namanya ternyata seorang jago muda gagah perkasa dari Kun-lun-pai itu, jatuh hati kepada Kim-thouw Thian-li. 

Pemandangan yang dia lihat di dalam warung arak itu membuat hatinya jemu dan kesedihannya timbul. la tadinya hendak mengharap bantuan dari Kwee Sin, kiranya pemuda Kun-lun-pai itu sudah bertekuk lutut di bawah kaki Kim-thouw Thian-li, tak kuasa menentang kecantikan wanita berbahaya itu! Dengan hati sedih Tan Hok malam-malam pergi dari tempat itu. Matanya yang biasanya sayu itu kini menjadi basah air mata.

Semenjak kecil Tan Hok tidak pernah mengenal orang tuanya, hidup sebatangkara. Setelah Tan Sam memungutnya, barulah dia mengenal sedikit kesenangan hidup. Sekarang Tan Sam tewas dan dia tidak berdaya membalas dendam. 

Tan Hok biarpun menjadi murid dan kawan Tan Sam yang menjadi tokoh Pek-lian-pai dan luas pengalamannya, namun pemuda ini memang pada dasarnya bodoh dan jujur, malah hatinya penuh oleh kedukaan yang dideritanya semenjak kecil.

Bagaikan sebuah layangan putus talinya, tanpa pegangan tanpa tujuan, Tan Hok berjalan kemana saja kakinya bergerak. Kadang-kadang dia menangis tanpa suara, kadang-kadang dia menangis menggerung-gerung seperti anak kecil.


********




SELANJUTNYA»»

Postingan populer dari blog ini

RAJA PEDANG (BAGIAN PERTAMA SERIAL RAJA PEDANG)

RAJAWALI EMAS (BAGIAN KE-2 SERIAL RAJA PEDANG)

JAKA LOLA (BAGIAN KE-4 SERIAL RAJA PEDANG)