RAJA PEDANG JILID 85

Kwa Tin Siong tersenyum masam. 
“Kurasa Siauw-ong-kwi locianpwe takkan berpemandangan sesingkat kau, orang muda. Kau datang terlampau pagi, perayaan akan diadakan sepekan lagi. Harap kau datang pada waktunya dan sementara itu harap jangan main-main dan bikin takut kepada anak-anak murid Hoa-san-pai. Bukankah kau datang dengan maksud baik?"

“Baik sekali, tentu, maksudku baik sekali. Sayang terlampau pagi, biarlah sepekan kemudian aku datang lagi. Sampai berjumpa kembali, nona manis.” 

Giam Kin lalu membalikkan tubuhnya, meniup sulingnya secara aneh. Tiba-tiba Kwa Tin Siong, Liem Sian Hwa, dan Thio Bwee membelalakkan mata saking kagetnya ketika dari mana-mana datang ular-ular besar kecil mengikuti di belakang pemuda aneh itu. Makin lama makin banyak sehingga Giam Kin diikuti puluhan ekor ular seperti bebek-bebek mengikut penggembalanya!

“Hebat….. berbahaya sekali dia….” terpaksa Sian Hwa mengakui.

Kwa Tin Siong menarik napas panjang. 
“Sudah lama aku mendengar nama gurunya, Siauw-ong-kwi. Baru muridnya saja sudah demikian lihai, apalagi gurunya. Apa sih kehendak Setan Raja Kecil dari utara itu dengan mengirim muridnya kesini?” Kemudian dia menoleh kepada Thio Bwee yang berdiri dengan muka pucat. “Bwee-ji, kau seorang diri disini sedang mengerjakan apa? Bagaimana bisa bertempur dengan dia?” 

Didalam suara Kwa Tin Siong terkandung kasih sayang dan perhatian, biarpun terdengarnya keren dan galak.

“Aku….. aku sedang berlatih, Supek. Dia datang dan bicaranya kurang ajar, ingin belajar kenal. Aku….. aku lalu menyerangnya.”

Hemmm, pikir Beng San yang mendengar jawaban ini. Urusan asmara memang runyam! Sampai-sampai Thio Bwee berani membohong kepada supeknya. Setelah berpikir demikian tubuhnya melesat pergi mengejar Giam Kin yang sudah tidak kelihatan lagi, hanya suara suling-nya yang aneh itu masih terdengar sayup sampai.

Giam Kin berjalan seenaknya sambil meniup suling. Hatinya senang. la telah melihat Kwa Hong dan Thio Bwee. Cantik-cantik dan manis-manis cucu murid Hoa-san-pai, pikirnya. Apalagi Kwa Hong! Tidak rugi aku mewakili suhu ke Hoa-san. Seorang diantara mereka harus kudapatkan. 

Tiba-tiba pemuda ini menunda sulingnya, lalu menari-nari dan berloncat-loncatan diantara ular-ular yang kini menjadi bingung dan lari kesana kemari. Anehnya, ular-ular itu yang terinjak-injak, bahkan ada yang terinjak sampai mati sekalipun, tidak ada yang berani menggigit Giam Kin.



Seperti orang gila pemuda tampan bermuka pucat ini nenari-nari dan tertawa-tawa, pasti akan menimbulkan serem dan ngeri pada yang melihatnya. Siapa takkan merasa serem melihat seorang pemuda yang mukanya pucat seperti muka mayat itu menari-nari diantara ular-ular yang buas dan tertawa-tawa seperti setan?





“Giam Kin, kau benar-benar sudah gila!” terdengar suara teguran, suara yang besar dan bergema di seluruh tempat itu.

Giam Kin terkejut, menghentikan tariannya dan menengok ke arah suara. Matanya terbelalak kaget dan mulutnya ternganga ketika dia melihat seorang laki-laki berdiri tak jauh dari situ dengan kedua kaki terpentang lebar dan kedua tangan bertolak pinggang, Yang membuat dia kaget setengah mati adalah muka orang itu, muka yang hitam seperti pantat kwali, tidak kelihatan apa-apanya kecuali sepasang matanya yang tajam seperti mata iblis!



“Ssseeeee…. tan…. kau, setan…..” Giam Kin tergagap.

Laki-laki itu tertawa. 
“Kau dan perkatanmu yang patut disebut setan!”

Dalam kaget dan gugupnya, Giam Kin lalu meniup sulingnya. Ular-ular yang tadinya kacau-balau, mendadak menjadi marah dan menyerbu ke arah laki-laki bermuka hitam itu. Ular besar kecil, sebagian besar ular-ular berbisa yang amat berbahaya, mendesis-desis dan berlenggak-lenggok menyerbu. 

Laki-laki muka hitam itu menggerak-gerakkan kedua tangannya ke depan dan….. seperti daun-daun kering disapu ular-ular itu bergulung-gulung menjadi satu dan terlempar ke belakang, seekor pun tidak ada yang dapat mendekatinya! 

Giam Kin mengeluarkan pekik mengerikan dan tubuhnya melayang ke depan, sekaligus pemuda murid Siauw-ong-kwi ini mengirim serangan maut dengan suling ularnya, berturut-turut menikam leher dan menotok ulu hati.



“Heh-heh-heh, bocah nakal dan gila, jangan kau berani lagi mengacau disini.” 

Orang itu berkata perlahan, dengan sekali tangkis saja dia membuat suling itu menyeleweng dan tubuh Giam Kin terhuyung-huyung. Sebelum Giam Kin sempat mempertahankan diri, tangan kira orang itu melayang dan “plak” pipi kanan Giam Kin sudah dltamparnya. 

Giam Kin menjerit, merasa pipinya seperti terbakar dan pada pipi itu tampak jelas membayang bekas jari tangan menghitam! Sambil memaki-maki dan menjerit-jerit Giam Kin lalu meloncat dan lari pergi dari tempat itu tanpa menoleh lagi, diikuti suara ketawa orang bermuka hitam yang menyeramkan tadi.



Setelah Giam Kin pergi jauh, muka yang tadinya hitam seperti pantat kwali itu perlahan-lahan berubah menjadi putih dan biasa kembali. Beng San tersenyum seorang diri. la tadi memang sengaja menggunakan hawa dalam tubuhnya yang mengandung Yang-kang untuk mendatangkan warna hitam pada mukanya agar tidak dikenal oleh Giam Kin dan sengaja dia menakut-nakuti pemuda edan itu agar tidak berani lagi mengganggu Thio Bwee. Setelah melihat Giam Kin pergi, diapun meloncat dan tubuhnya melesat ke arah puncak Hoa-san.


*******






SELANJUTNYA»»

Postingan populer dari blog ini

RAJA PEDANG (BAGIAN PERTAMA SERIAL RAJA PEDANG)

RAJAWALI EMAS (BAGIAN KE-2 SERIAL RAJA PEDANG)

JAKA LOLA (BAGIAN KE-4 SERIAL RAJA PEDANG)