RAJA PEDANG JILID 89
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Oleh
Epul Saepul Rohman
Beng San tersenyum geli dan juga kagum disertai terima kasih. Betapapun galaknya, gadis ini ternyata berhati baik terhadapnya. Seorang diri hendak menghadapi harimau, sedangkan dia disuruh menyelamatkan diri di atas pohon! Gadis mana segagah ini?
Karena Kwa Hong sedang mencurahkan perhatiannya ke arah gerombolan alang-alang, gadis ini tidak melihat betapa dengan amat mudahnya, sambil membawa kelinci itu, Beng San sebentar saja sudah duduk diatas dahan pohon yang tinggi.
Dugaan Kwa Hong terbukti. Seekor harimau muncul perlahan-lahan dari gerombolan alang-alang itu. Beng San sampai kaget melihatnya. Harimau yang besar sekali, sebesar anak sapi Kepalanya besar, matanya sipit berkilauan, taringnya diperlihatkan dan kulitnya loreng-loreng agak putih.
“Hati-hatilah kau…… Hong-moi (adik Hong)…..!” kata-kata ini keluar dari hati Beng San.
Pemuda ini belum pernah menghadapi seekor harimau yang kelihatan demikian mengerikan, tentu saja dia menjadi gelisah sekali. Biarpun dia sudah maklum bahwa dirinya memiliki bekal ilmu yang tinggi dan tenaga yang hebat, namun karena belum pernah berhadapan dengan binatang buas sebesar itu, dia merasa khawatir akan keselamatan Kwa Hong.
Kwa Hong mengangkat tangan kiri ke arah Beng San dengan maksud supaya pemuda itu tenang dan jangan khawatir. Hatinya lega mendengar suara Beng San dari atas, tanda bahwa pemuda itu sudah berada di atas pohon.
Akan tetapi, agaknya gerakan tangan kirinya itu menjadi isyarat bagi sang harimau untuk bergerak. Dengan suara geraman hebat, tubuhnya yang tadi agak mendekam sekarang meloncat tinggi menerkam ke arah Kwa Hong dengan tenaga yang dasyat.
“Awas …..!”
Beng San berseru, seluruh urat di tubuhnya menegang dan dia sudah siap dengan kelinci di tangan untuk turun tangan menolong seandainya gadis itu terancam bahaya. Akan tetapi, lega hatinya ketika dia melihat betapa dengan gerakan yang amat lincah gadis itu telah dapat meloncat kesisi dan tubuh harimau yang besar itu lewat cepat menubruk tempat kosong. Pedang gadis itu berkelebat, tapi meleset tak dapat menusuk perut harimau karena ekor harimau yang panjang itu menyabet dan menangkis!
Dengan geraman mengerikan harimau itu sudah membalik dan menubruk lagi, lebih dahsyat daripada tadi. Akan tetapi, begitu melihat gerakan Kwa Hong tadi, Beng San lenyap kekhawatirannya. Sekarang dia malah memandang kagum. la mendapat kenyataan bahwa gerakan gadis ini benar-benar lincah dan cepat sekali dan dari gerakan-gerakan itu dia bisa mendapat kenyataan bahwa kepandaian Kwa Hong tidak kalah oleh Thio Bwee maupun Kui Lok dan Thio Ki.
Namun, setelah diserang empat lima kali, belum juga Kwa Hong dapat menusuk harimau itu, selalu tusukannya meleset saking cepatnya harimau itu mengelak, atau menangkis dengan cakar dan ekornya.
“Bacok kaki belakangnya…..!” Beng San yang mulai khawatir lagi memberi nasihat.
Harimau melompat lagi, gadis itu yang agaknya sadar akan akal yang diteriakkan Beng San, tidak meloncat ke pinggir untuk mengelak seperti tadi, malah menerobos ke depan, kebawah tubuh harimau yang sedang melompat tinggi menubruknya.
Kemudian, sebelum tubuh harimau tiba di tanah, gadis ini sudah menggerakkan kaki membalik, pedangnya berkelebat dan….. harimau itu roboh dengan paha belakang sebelah kanan robek oleh sabetan pedang!
la menggereng, mencoba untuk menyerang lagi namun karena luka itu gerakannya menjadi kurang cepat. Dengan mudah Kwa Hong mengelak dan mengirim bacokan-bacokan bertubi-tubi ke arah kedua kaki belakang.
Setelah binatang buas itu roboh tak berdaya karena kedua kaki belakangnya hampir putus, dengan mudahnya Kwa Hong menusuk leher dan perutnya. Harimau itu mengeluarkan auman terakhir, tubuhnya berkelojotan lalu diam tak bergerak lagi. la mati mandi darah di depan kedua kaki dara perkasa itu!
Beng San melorot turun, lalu bertepuk tangan.
“Hebat….. hebat….. kau gagah sekali, Hong Hong…..”

“Kau tadi menyebutku Hong-moi…..”
Beng San mengingat-ingat. Betul saja, dalam kekhawatirannya tadi dia menyebut adik Hong kepada gadis itu. Wajahnya memerah.
“Memang aku lebih tua, sudah pantas menyebutmu Hong-moi. Boleh, kan?”
“Tentu saja boleh. Kau malah berjasa. Kalau tidak kau ingatkan untuk menyerang kaki belakangnya, agaknya akan lama untuk dapat merobohkannya. Eh, mana kelinci tadi?”
Beng San mengambil kelinci yang tadi dikempit diantara kedua pahanya ketika dia bertepuk tangan. Gadis itu tertawa dan membersihkan pedang pada bulu harimau.
“Hayo kita pulang, sudah hampir gelap dan perutku makin lapar saja oleh perkelahian tadi.”
“Bangkai harimau itu….. kan dagingnya enak dan dapat menambah kuat tubuh. Pula, kulitnya juga indah sekali, sayang kalau dibiarkan saja membusuk disini.”
“Bawalah kalau kau mau. Tapi….. terlalu banyak daging itu, tidak akan habis. Kalau sukong melihatnya, bukankah akan terbuka rahasiaku?”
“Jangan khawatir, kau yang membunuhnya karena diserang harimau, aku yang makan dagingnya.”
“Dan aku akan mendapat bagian dengan diam-diam.” Kwa Hong tertawa-tawa. “Kau cerdik sekali, Beng San….. eh, tak enak juga kalau kau menyebutku adik tapi aku menyebut namamu begitu saja. Kau bilang leblh tua, sebetulnya berapa sih usiamu? Aku sudah delapan belas tahun!”
Beng San tertawa.
“Sedikitnya aku dua tahun lebih tua dari padamu. Kau seharusnya menyebut kakak kepadaku.”
“Hemmm, San-ko (kakak San)….. hemmm, enak juga terdengarnya. Baiklah Beng San koko, kau bawa bangkai harimau itu. Tapi dagingnya terlalu banyak, takan termakan habis olehmu dibantu olehku secara diam-diam.”
“Jangan khawatir, selebihnya dapat kubuat dendeng. Kau punya banyak garam, kan?”
“Bisa kucuri dari dapur para supek tukang masak!” Kwa Hong tertawa nakal.
“Aha, kulihat kau hanya maju dalam ilmu silat, Agaknya segala petuah sukongmu tentang kebajikan tak pernah kau taati, buktinya kau mau nyolong garam.”
Keduanya tertawa lagi dan Beng San segera memanggul bangkai harimau setelah menyerahkan kelinci kepada Kwa Hong.
“Eh, tak kusangka. Kau kuat juga, Bangkai harimau ini sedikitnya ada lima puluh kilo!”
Kwa Hong memandang kagum. Beng San terhuyung-huyung, kelihatan berat Baru teringat bahwa dia hendak menyembunyikan kepandaian. Hampir saja dia lupa kalau Kwa Hong tidak memujinya. la cepat-cepat beraksi dan kelihatan amat berat menggendong bangkai itu.
“Wah, berat sekali…..”
Kwa Hong tersenyum,
“Tapi kau kuat menggendongnya. Hemmm, kiranya kau tidak begitu lemah seperti yang kukira. Sayang kau tidak belajar ilmu silat.”
“Tadi kau bilang lebih baik aku tidak bisa silat,” Beng San memperingatkan.
Kwa Hong mengangkat kedua pundaknya, gerakan yang manis dipandang.
“Bukan begitu maksudku….. entahlah, yang tak kusuka adalah sikap angkuh dan jumawa, menganggap diri sendiri paling pandai dan kuat. Sikap inilah yang tak kusuka, sikap yang banyak terdapat di kalangan orang kang-ouw.”
“Kau benar,” Beng San nnengangguk-angguk, “dan kiranya sikap yang demikian itu pula, sikap mau menang sendiri dan tidak mau mengalah sedikitpun juga, yang menimbulkan keributan-keributan dan permusuhan-permusuhan diantara golongan yang satu dengan golongan yang lainnya.”
Dua orang muda itu makin lama merasa makin cocok. Watak Beng San yang sederhana, jujur, sabar dan kadang-kadang dapat pula lincah jenaka dapat mengimbangi watak Kwa Hong yang lincah, gembira dan ada kalanya keras ada kalanya halus lembut penuh kemesraan.
Tak mengherankan bahwa dalam beberapa hari itu mereka nampak makin akrab dalam pergaulan. Kwa Hong yang mempunyai hati terbuka, secara terang-terangan memperlihatkan kesukaannya bergaul dengan Beng San sehingga tentu saja dua orang pemuda Hoa-san-pai, Kui Lok dan Thio Ki, merasa dada mereka seperti mau meledak saking panas hatinya.
Akan tetapi, Beng San adalah seorang tamu Hoa-san-pai, agaknya sukong mereka suka kepada Beng San, juga Kwa Hong selalu “melindunginya”. Di lain fihak, Thio Bwee bernapas lega melihat bahwa Kwa Hong teryata tidak menaruh perhatian kepada Kui Lok, pemuda idaman hatinya itu.
********
SELANJUTNYA»»
Postingan populer dari blog ini
RAJA PEDANG (BAGIAN PERTAMA SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
JILID 01 JILID 02 JILID 03 JILID 04 JILID 05 JILID 06 JILID 07 JILID 08 JILID 09 JILID 10 JILID 11 JILID 12 JILID 13 JILID 14 JILID 15 JILID 16 JILID 17 JILID 18 JILID 19 JILID 20 JILID 21 JILID 22 JILID 23 JILID 24 JILID 25 JILID 26 JILID 27 JILID 28 JILID 29 JILID 30 JILID 31 JILID 32 JILID 33 JILID 34 JILID 35 JILID 36 JILID 37 JILID 38 JILID 39 JILID 40 JILID 41 JILID 42 JILID 43 JILID 44 JILID 45 JILID 46 JILID 47 JILID 48 JILID 49 JILID 50 JILID 51 JILID 52 JILID 53 JILID 54 JILID 55 JILID 56 JILID 57 JILID 58 JILID 59 JILID 60 JILID 61 JILID 62 JILID 63 JILID 64 JILID 65 JILID 66 JILID 67 JILID 68 JILID 69 JILID 70 JILID 71 JILID 72 JILID 73 JILID 74 JILID 75 JILID 76 JILID 77 JILID 78 JILID 79 JILID 80 JILID 81 JILID 82 JILID 83 JILID 84 JILID 85 JILID 86 JILID 87 JILID 88 JILID 89 JILID 90 JILID 91 JILID 92 JILID 93 JILID 94 JILID 95 JILID 96 JILID 97 JILID 98 JILID 99 JILID 100 JILID 101 J
RAJAWALI EMAS (BAGIAN KE-2 SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
SERI SEBELUMNY JILID 001 JILID 002 JILID 003 JILID 004 JILID 005 JILID 006 JILID 007 JILID 008 JILID 009 JILID 010 JILID 011 JILID 012 JILID 013 JILID 014 JILID 015 JILID 016 JILID 017 JILID 018 JILID 019 JILID 020 JILID 021 JILID 022 JILID 023 JILID 024 JILID 025 JILID 026 JILID 027 JILID 028 JILID 029 JILID 030 JILID 031 JILID 032 JILID 033 JILID 034 JILID 035 JILID 036 JILID 037 JILID 038 JILID 039 JILID 040 JILID 041 JILID 042 JILID 043 JILID 044 JILID 045 JILID 046 JILID 047 JILID 048 JILID 049 JILID 050 JILID 051 JILID 052 JILID 053 JILID 054 JILID 055 JILID 056 JILID 057 JILID 058 JILID 059 JILID 060 JILID 061 JILID 062 JILID 063 JILID 064 JILID 065 JILID 066 JILID 067 JILID 068 JILID 069 JILID 070 JILID 071 JILID 072 JILID 073 JILID 074 JILID 075 JILID 076 JILID 077 JILID 078 JILID 079 JILID 080 JILID 081 JILID 082 JILID 083 JILID 084 JILID 085 JILID 086 JILID 087 JILID 088 JILID 089 JILI
JAKA LOLA (BAGIAN KE-4 SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
SERI SEBELUMNYA JILID 001 JILID 002 JILID 003 JILID 004 JILID 005 JILID 006 JILID 007 JILID 008 JILID 009 JILID 010 JILID 011 JILID 012 JILID 013 JILID 014 JILID 015 JILID 016 JILID 017 JILID 018 JILID 019 JILID 020 JILID 021 JILID 022 JILID 023 JILID 024 JILID 025 JILID 026 JILID 027 JILID 028 JILID 029 JILID 030 JILID 031 JILID 032 JILID 033 JILID 034 JILID 035 JILID 036 JILID 037 JILID 038 JILID 039 JILID 040 JILID 041 JILID 042 JILID 043 JILID 044 JILID 045 JILID 046 JILID 047 JILID 048 JILID 049 JILID 050 JILID 051 JILID 052 JILID 053 JILID 054 JILID 055 JILID 056 JILID 057 JILID 058 JILID 059 JILID 060 JILID 061 JILID 062 JILID 063 JILID 064 JILID 065 JILID 066 JILID 067 JILID 068 JILID 069 JILID 070 JILID 071 JILID 072 JILID 073 JILID 074 JILID 075 JILID 076 JILID 077 JILID 078 JILID 079 JILID 080 JILID 081 JILID 082 JILID 083 JILID 084 JILID 085 JILID 086 JILID 087 JILID 088 JILID 089 JILID 090 JILID 091 JILID 092 JILID 093 JILID 094 JILID 095 JILID 096 JILID 097 JILID 098 JILI