RAJAWALI EMAS JILID 016
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Oleh
Epul Saepul Rohman
Tadinya Kwa Hong dan Koai Atong kaget dan jerih, akan tetapi setelah melihat kakek itu memuntahkan darah dan tahu bahwa dia itu luka hebat, mereka tidak takut lagi. Malah Koai Atong lalu menuding sambil memaki.
“Kakek tua bangka bikin kaget orang saja. Kukira kau tadi setan! Mau apa kau datang kesini?” Lalu ia menuding ke arah mayat lima orang tosu Bu-tong-pai tadi. “Apa kau datang mau membeli bangkai-bangkai ini?”
Kwa Hong segera membentak,
“Atong, jangan main-main!”
Kwa Hong lebih tajam pandang matanya dan ia dapat menduga bahwa orang ini tentulah seorang sakti, ia malah setengah menduga bahwa kakek ini agaknya “orang aneh” dari Lembah Akhirat.
“Aku mau bertemu dengan Ketua Hoa-san-pai. Mana dia?”
Lian Ti Tojin berkata sambil memandang Kwa Hong dengan sinar mata yang membuat Kwa Hong merasa ngeri, Akan tetapi Kwa Hong sekarang berbeda jauh dengan Kwa Hong dahulu. Setelah merobohkan banyak jago-jago terkenal, ia memandang rendah kepada orang lain dan mempunyai keyakinan penuh akan kelihaian diri sendiri ditambah bantuan Koai Atong dan burung rajawali emas. Dengan mengangkat dada dan mengedikkan kepalanya ia menjawab gagah.
“Orang tua, akulah Ketua Hoa-san-pai. Kau siapakah dan apa keperluanmu datang kesini?”
Kakek itu tertegun. Diam-diam Lian Ti Tojin memang terheran sekali. Benar-benar gadis cantik jelita dan muda belia inikah yang telah mengacau Hoa-san-pai? Benarkah gadis ini yang sudah membunuh sutenya, Lian Bu Tojin? Sukar untuk dapat dipercaya.
“Kau Ketua Hoa-san-pai? Apa buktinya?” tanyanya memancing karena masih ragu-ragu.
Tadi ia hanya dari jauh, malah mendengar pula betapa dua orang ini menewaskan lima tosu itu, maka biarpun ia yakin bahwa dua orang ini pengacaunya, namun sama sekali tak pernah ia sangka bahwa wanitanya demikian muda belia, masih seperti kanak-kanak! Maka setelah berhadapan muka ia malah menjadi ragu-ragu.
Kwa Hong mengeluarkan suara ketawa mengejek, tangannya bergerak dan tahu-tahu pedang pusaka Hoa-san Po-kiam telah dihunusnya.
“Inilah tandanya bahwa aku Ketua Hoa-san-pai!”
Wajah kakek yang seperti mayat itu menjadi makin mengerikan ketika ia berdongak dan mengeluarkan keluhan panjang.
“Aahhh… hukum karma… inilah hukum karma….! Kwa Hong, kau murid Hoa-san-pai murtad, membunuh guru merampas pedang menduduki kursi Ketua dan aku… ha-ha-ha, akulah yang harus membasmi! Hukum karma….! Dahulu akupun melakukan perbuatan dosa seperti yang kau lakukan. Aku menyeleweng, menurutkan nafsu, mengganggu anak bini orang, membunuh jago-jago ternama. Ketika guru menegur, malah kulawan dan kubunuh, ha-ha-ha….! Aku berdosa besar… aku menyesal… kuserahkan kedudukan ketua kepada sute Lian Bu Tojin. Aku menghukum diri di Im-kan-kok, puluhan tahun menyesali perbuatan sendiri tapi agaknya Thian masih belum sudi mengampuni dosa-dosaku. Buktinya, hari ini aku dihadapkan dengan engkau! Aku masih mempunyai tugas terakhir, menolong nama baik Hoa-san-pai. Agaknya inilah penebusan dosaku… ha-ha-ha-ha, hukum karma….!!”
Wajahnya berubah lagi dan sepasang matanya menyambar seperti kilat ketika ia membentak,
“Kwa Hong, kau berhadapan dengan supekmu. Hayo lekas berlutut minta ampun dan mengakui dosamu!”
Suaranya seperti halilintar menyambar dan selagi Kwa Hong terpengaruh oleh bentakan hebat ini tiba-tiba secepat kilat tangan kakek itu bergerak merampas pedang. Kwa Hong kaget dan biarpun serangan itu mendadak sekali namun kedua kakinya yang bergerak aneh seperti kaki burung dapat membuat ia mengelak.
Sayang sekali, lengan tangan kakek itu setelah tidak berhasil merampas pedang masih terus bergerak mulur (memanjang) dan tahu-tahu pedang Hoa-san-pai telah dapat dirampas oleh Lian Ti Tojin!
“Ha-ha-ha, po-kiam ini memang seharusnya di tanganku….”
Kakek itu bergelak akan tetapi suara ketawanya berhenti ketika tiba-tiba tubuhnya terlempar ke samping dan terhuyung-huyung. Ternyata Koai Atong dengan gerakan “sayap rajawali” telah menyerangnya dan membuatnya terhuyung-huyung.
Begitu hebatnya serangan Koai Atong ini. Di lain pihak, Koai Atong yang tadi marah sekali melihat orang itu berani merampas pedang dari tangan Kwa Hong, juga kaget dan kagum melihat kakek yang hampir mati saking tuanya itu hanya terhuyung-huyung dan tidak roboh terkena pukulannya Jing-tok-ciang yang ampuh.
Lian Ti Tojin marah dan cepat memasang kuda-kuda, kemudian dua orang aneh itu saling serang dengan hebat. Kwa Hong memandang dengan muka pucat, apalagi ketika Lian Ti Tojin tiba-tiba dapat memisahkan diri dari Koai Atong dan dengan pedang pusaka di tangan melakukan penyerangan hebat sekali kepadanya.
Serangan ini hebat bukan main, sinar pedang sampai menjadi panjang seperti pelangi dan sepasang mata Kwa Hong silau karenanya. Bahkan Koai Atong sendiri tidak berdaya melihat Kwa Hong terancam bahaya maut.
Pedang pusaka Hoa-san-pai yang ampuh di tangan Lian Ti Tojin yang lihai itu berkelebat menyambar kearah tenggorokan Kwa Hong, agaknya takkan dapat dihindarkan lagi oleh Kwa Hong.
“Traaaangggg!!”
Bunga api muncrat menyilaukan mata. Lian Ti Tojin berteriak kaget dan heran. Pedang pusaka Hoa-san-pai itu terlepas dari pegangannya yang terasa sakit dan sebelum pedang itu jatuh ke atas tanah, Kwa Hong sudah menyambar dan memegangnya.
Di depan kakek ini berdiri seorang laki-laki muda yang tampan dan gagah yang memegang sebatang pedang yang kini sudah buntung karena beradu dengan pedang pusaka Hoa-san-pai tadi!
Kakek sakti itu kaget dan maklum bahwa ia berhadapan dengan seorang yang biarpun masih muda namun memiliki kepandaian tinggi. Agaknya pemuda inilah yang tadi bernyanyi melawan pengaruh suaranya. Akan tetapi sebelum ia sempat menegur, Koai Atong sudah menerjangnya dengan hebat.
Terpaksa Lian Ti Tojin mengelak dan melayani Koai Atong dan kembali dua orang aneh ini bertempur hebat. Pertempuran kini lebih hebat dan seru daripada tadi karena Lian Ti Tojin tidak memegang pedang lagi.
Sementara itu, Kwa Hong dengan pedang pusaka di tangan, berdiri memandang laki-laki yang telah menolongnya dari ancaman maut tadi, wajahnya pucat, air matanya mengalir turun membasahi kedua pipinya. Sinar matanya penuh kasih mesra, penuh harap bercampur kekuatiran, bibirnya menggigil tanpa dapat mengeluarkan suara.
Adapun laki-laki muda itu berdiri mematung memandang Kwa Hong, sinar matanya penuh iba hati dan juga penyesalan, anehnya, wajahnya yang tampan dengan kulit muka yang tadinya putih sehat itu perlahan-lahan mulai berubah kehijauan!
Siapakah pemuda ini? Bukan lain orang, dia ini adalah Tang Beng San, pemuda yang menggemparkan dunia persilatan ketika beberapa bulan yang lalu ia secara tidak resmi merebut gelar kejuaraan ilmu pedang dan berhak disebut Raja Pedang!
Tan Beng San inilah yang menjadi biang keladi sehingga timbul peristiwa hebat di Hoa-san-pai, karena sesungguhnya dia inilah yang menghancurkan kalbu dan mematahkan hati Kwa Hong.
Kwa Hong mencintanya sepenuh jiwa raganya dan diantara mereka telah ada hubungan yang sungguhpun terjadi bukan atas kehendak mereka melainkan karena pengaruh racun yang hebat, namun hubungan itulah yang mengakibatkan Kwa Hong mengandung!
Dan, seperti kita telah baca dalam cerita Raja Pedang, Beng San tidak bersedia menjadi suami Kwa Hong karena memang dia telah mencinta orang lain yaitu, Kwee Bi Goat puteri tunggal Song-bun-kwi Kwee Lun.
Melihat adanya seorang tosu Hoa-san-pai tua yang muncul pula di belakang Beng San, dapat diduga bagaimana Raja Pedang ini bisa sampai di tempat ini. Tak lain adalah tosu Hoa-san-pai lalu lari minta bantuan kepada Beng San di Min-san. Disana ia menuturkan segala peristiwa yang terjadi di Hoa-san-pai.
Mendengar penuturan itu, Beng San menjadi marah dan berduka sekali. Hubungannya dengan Hoa-san-pai amat baik dan ia amat sayang kepada Lian Bu Tojin, maka mendengar bahwa kakek ini dibunuh oleh Kwa Hong dan Koai Atong, ia menjadi berduka sekali.
Apalagi yang membunuhnya adalah Kwa Hong! Kini begitu berhadapan dengan Kwa Hong, Beng San memandang penuh keharuan hatinya dan diam-diam ia harus mengakui bahwa sebetulnya dialah yang membuat gadis Hoa-san-pai ini menjadi begini.
Dua orang muda ini saling pandang tanpa menghiraukan Koai Atong yang bertempur mati-matian melawan Lian Ti Tojin, juga tidak pedulikan para tosu Hoa-san-pai yang baru sekarang berani muncul dari tempat sembunyi mereka semenjak munculnya Lian Ti Tojin yang mereka takuti.
“San-ko….” akhirnya Kwa Hong dapat mengeluarkan kata-kata dengan suara setengah berbisik dan air matanya masih menitik turun, “Akhirnya kau… kau datang kepadaku….? Kau datang menyelamatkan nyawaku… dan kau hendak menerima diriku… hendak membawa aku pergi….? Begitukah, San-ko….?”
Pertanyaan terakhir ini diucapkan penuh harapan, mengiris hati Beng San dan hanya dengan pengerahan batin yang amat kuat saja Beng San dapat menahan air matanya supaya tidak membasahi mata.
Beberapa kali Beng San menelan ludah menahan gelora hatinya, kemudian ia dapat mengatasi perasaannya dan menarik muka marah lalu berkata, suaranya penuh teguran.
“Hong-moi, kenapa kau lakukan semua ini? kenapa kau mengajak Koai Atong membunuh Lian Bu Tojin dan mengacau Hoa-san-pai? Kenapa kau menggila dan merampas kedudukan Ketua Hoa-san-pai, malah membunuh banyak sekali orang gagah? Kulihat lima orang tosu Bu-tong-pai yang terkenal gagah dan budiman juga sudah kau bunuh. Hong-moi, kenapa kau tersesat begini jauh? Kedatanganku ini untuk mencegah kau melanjutkan kegilaan ini!”
“Ohhh….!”
Kwa Hong terhuyung mundur tiga langkah dengan muka membayangkan hati yang perih seperti ditusuk jarum beracun. Kemudian setelah menghapus air matanya, ia maju lagi, wajahnya berubah beringas dan marah. Matanya bersinar-sinar penuh api dan bentaknya,
“Kaulah orang pertama yang ingin sekali aku membunuhnya!”
Secepat kilat ia menggerakkan pedang pusaka Hoa-san-pai di tangannya, sedangkan tangan kirinya juga menggerakkan cambuk dengan ilmu panah hijau itu kearah Beng San. Gerakannya dahsyat, penuh kemarahan dan kebencian, gerakan maut mencari korban.
Namun, kali ini serangan Kwa Hong yang dahsyat dan keji itu tidak berhasil. Kali ini ia menghadapi seorang yang telah mewarisi ilmu silat sakti, seorang yang telah menguasai ilmu silat Im-yang Sin-kiam-sut ciptaan Pendekar Bu Pun Su ratusan tahun yang lalu.
Apalagi karena dalam mempelajari gerakan-gerakan rajawali emas, baru beberapa bulan saja Kwa Hong melatih diri, maka boleh dibilang kepandaiannya dalam ilmu yang mujijat ini belum masak benar. Mana bisa dia menghadapi serangan raja pedang seperti Beng San?
Begitu orang muda itu menggerakkan tubuh dan kedua kaki tangannya bersilat, tahu-tahu pedang pusaka Hoa-san-pai itu sudah terampas olehnya dan cambuk dengan lima anak panah itu terlepas dari pegangan Kwa Hong.
Kwa Hong berdiri lemas, mukanya makin pucat ketika ia berhadapan dengan Beng San yang kini sudah berdiri di depannya memegang pedang Hoa-san Po-kiam dengan kedua kaki tegak terpentang dan pandang mata tajam penuh kemarahan.
“Hong-moi, sekali lagi kuperingatkan kau. Bertobatlah dan Jangan teruskan perbuatan-perbuatanmu yang keji dan jahat!”
Tiba-tiba Kwa Hong membanting-banting kaki dan menangis tersedu-sedu. Melihat sikap itu, makin hancur hati Beng San. Kenal betul ia akan sifat Kwa Hong ini, masih sama dengan dulu, kalau jengkel membanting-banting kaki.
“Aku memang tidak kuat melawanmu. Hayo… Beng San… kau boleh bunuh aku… mari, kau teruskan pedang itu ke perutku ini… ya ke perut ini, biar mati sekalian… anak kita… uhu-hu-hu….”
Next>>
Postingan populer dari blog ini
RAJA PEDANG (BAGIAN PERTAMA SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
JILID 01 JILID 02 JILID 03 JILID 04 JILID 05 JILID 06 JILID 07 JILID 08 JILID 09 JILID 10 JILID 11 JILID 12 JILID 13 JILID 14 JILID 15 JILID 16 JILID 17 JILID 18 JILID 19 JILID 20 JILID 21 JILID 22 JILID 23 JILID 24 JILID 25 JILID 26 JILID 27 JILID 28 JILID 29 JILID 30 JILID 31 JILID 32 JILID 33 JILID 34 JILID 35 JILID 36 JILID 37 JILID 38 JILID 39 JILID 40 JILID 41 JILID 42 JILID 43 JILID 44 JILID 45 JILID 46 JILID 47 JILID 48 JILID 49 JILID 50 JILID 51 JILID 52 JILID 53 JILID 54 JILID 55 JILID 56 JILID 57 JILID 58 JILID 59 JILID 60 JILID 61 JILID 62 JILID 63 JILID 64 JILID 65 JILID 66 JILID 67 JILID 68 JILID 69 JILID 70 JILID 71 JILID 72 JILID 73 JILID 74 JILID 75 JILID 76 JILID 77 JILID 78 JILID 79 JILID 80 JILID 81 JILID 82 JILID 83 JILID 84 JILID 85 JILID 86 JILID 87 JILID 88 JILID 89 JILID 90 JILID 91 JILID 92 JILID 93 JILID 94 JILID 95 JILID 96 JILID 97 JILID 98 JILID 99 JILID 100 JILID 101 J
RAJAWALI EMAS (BAGIAN KE-2 SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
SERI SEBELUMNY JILID 001 JILID 002 JILID 003 JILID 004 JILID 005 JILID 006 JILID 007 JILID 008 JILID 009 JILID 010 JILID 011 JILID 012 JILID 013 JILID 014 JILID 015 JILID 016 JILID 017 JILID 018 JILID 019 JILID 020 JILID 021 JILID 022 JILID 023 JILID 024 JILID 025 JILID 026 JILID 027 JILID 028 JILID 029 JILID 030 JILID 031 JILID 032 JILID 033 JILID 034 JILID 035 JILID 036 JILID 037 JILID 038 JILID 039 JILID 040 JILID 041 JILID 042 JILID 043 JILID 044 JILID 045 JILID 046 JILID 047 JILID 048 JILID 049 JILID 050 JILID 051 JILID 052 JILID 053 JILID 054 JILID 055 JILID 056 JILID 057 JILID 058 JILID 059 JILID 060 JILID 061 JILID 062 JILID 063 JILID 064 JILID 065 JILID 066 JILID 067 JILID 068 JILID 069 JILID 070 JILID 071 JILID 072 JILID 073 JILID 074 JILID 075 JILID 076 JILID 077 JILID 078 JILID 079 JILID 080 JILID 081 JILID 082 JILID 083 JILID 084 JILID 085 JILID 086 JILID 087 JILID 088 JILID 089 JILI
JAKA LOLA (BAGIAN KE-4 SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
SERI SEBELUMNYA JILID 001 JILID 002 JILID 003 JILID 004 JILID 005 JILID 006 JILID 007 JILID 008 JILID 009 JILID 010 JILID 011 JILID 012 JILID 013 JILID 014 JILID 015 JILID 016 JILID 017 JILID 018 JILID 019 JILID 020 JILID 021 JILID 022 JILID 023 JILID 024 JILID 025 JILID 026 JILID 027 JILID 028 JILID 029 JILID 030 JILID 031 JILID 032 JILID 033 JILID 034 JILID 035 JILID 036 JILID 037 JILID 038 JILID 039 JILID 040 JILID 041 JILID 042 JILID 043 JILID 044 JILID 045 JILID 046 JILID 047 JILID 048 JILID 049 JILID 050 JILID 051 JILID 052 JILID 053 JILID 054 JILID 055 JILID 056 JILID 057 JILID 058 JILID 059 JILID 060 JILID 061 JILID 062 JILID 063 JILID 064 JILID 065 JILID 066 JILID 067 JILID 068 JILID 069 JILID 070 JILID 071 JILID 072 JILID 073 JILID 074 JILID 075 JILID 076 JILID 077 JILID 078 JILID 079 JILID 080 JILID 081 JILID 082 JILID 083 JILID 084 JILID 085 JILID 086 JILID 087 JILID 088 JILID 089 JILID 090 JILID 091 JILID 092 JILID 093 JILID 094 JILID 095 JILID 096 JILID 097 JILID 098 JILI