RAJAWALI EMAS JILID 034
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Oleh
Epul Saepul Rohman
Gunung Min-san berada di tapal batas antara Propinsi Se-cuan, Cing-hai, dan Kan-su. Gunung ini amat indah pemandangannya dan merupakan pegunungan yang subur. Sungai-sungai besar yang amat terkenal seperti Sungai Kuning dan Sungai Yang-ce-kiang, boleh dibilang mendapatkan sumber mata airnya dari Pegunungan Min-san ini, sungguhpun masih banyak pegunungan lain yang menjadi sumbernya pula.
Di antara puncak-puncak Pegunungan Min-san inilah menjadi tempat tinggal Song-bun-kwi Kwee Lun yang dahulunya amat terkenal di dunia kang-ouw dengan julukan Song-bun-kwi. Ia dijuluki Song-bun-kwi (Setan Berkabung) karena selalu memakai pakaian putih berkabung semenjak isterinya meninggal dan ia hidup merantau dengan puteri tunggalnya, Kwee Bi Goat.
Setelah sekarang Kwee Bi Goat menikah dengan Tan Beng San dan hidup bahagia di Min-san, Kwee Lun ini tidak patut lagi dijuluki Song-bun-kwi karena ia tidak lagi berpakaian berkabung, juga tidak lagi hidup seperti yang sudah-sudah, yaitu seperti manusia iblis yang ditakuti orang. Kakek ini sekarang hidup tenang dan tenteram di Pegunungan Min-san ini, malah setiap hari bertani atau samadhi memperdalam ilmu batinnya.
Adapun Kwee Bi Goat yang dahulunya gagu (baca cerita Raja Pedang), tapi sekarang telah sembuh, menjadi isteri yang cantik jelita dan penuh kasih sayang bagi Beng San. Suami isteri ini bersama Kakek Kwee hidup aman dan damai di Min-san. Namun, nasib manusia memang tidak menentu seperti air laut, kadang-kadang surut.
Baru beberapa bulan saja mereka hidup penuh madu kasih dan kebahagiaan di Min-san, datanglah seorang tosu dari Hoa-San-pai yang minta bantuan Beng San untuk menolong Hoa-san-pai yang sedang ditimpa malapetaka karena pengamukan Kwa Hong.
Dan seperti telah diceritakan di bagian depan, Beng San yang mengingat akan hubungannya dengan Hoa-san-pai dahulu, terpaksa pergi meninggalkan isterinya yang tercinta yang diakhiri dengan kehancuran hatinya sehingga membuat ia tidak berani pulang dan tidak berani bertemu muka dengan isterinya!
Berbulan-bulan Bi Goat menanti kembalinya suaminya dengan hati penuh rindu dan kekuatiran. Akhirnya ia tidak dapat menahan lagi hatinya yang penuh rasa kegelisahan. Ia takut kalau-kalau suaminya tertimpa bencana karena sudah terlalu lama meninggalkan rumah tanpa ada kabar beritanya dan juga tidak kelihatan pulang. Bi Goat lalu minta pertolongan ayahnya untuk pergi menyusul Beng San ke Hoa-san dan mencarinya sampai dapat.
“Hemmm, baru ditinggal beberapa bulan saja kau sudah rewel!” Kwee Lun mengomel. “Sudah lama aku tidak meninggalkan gunung, kalau turun gunung kutakut akan kumat penyakitku yang lama!”
Kakek yang dulu dijuluki setan berkabung itu mula-mula menolak permintaan puterinya. Ia sudah mulai senang dengan hidup bersunyi di puncak yang indah itu, menikmati ketenteraman hidup di hari tua.
“Ayah, jangan salah mengerti. Bukan sekali-kali karena aku terlalu manja dan tidak bisa ditinggalkan suami yang pergi menjalankan tugas sebagai orang gagah. Tetapi, harap Ayah ketahui bahwa sekarang kandunganku sudah lima bulan. Bagaimana kalau sampai tiba saatnya melahirkan tidak ada ayahnya disini? Ayah, apa kau tidak kasihan kepadaku?” Suara Bi Goat menggetar dan hati kakek yang dulu dianggap manusia iblis itu mencair.
“Baiklah… baiklah… dasar bocah yang jadi mantuku itu tidak tahu diri! Akan kucari dia dan kuseret pulang!”
Sambil mengomel panjang pendek, kakek yang pernah menjadi tokoh nomor satu di dunia kang-ouw sebelah barat itu akhirnya turun gunung meninggalkan Min-san untuk menyusul dan mencari anak mantunya, Tang Beng San.
Sebulan sudah Song-bun-kwi Kwee Lun meninggalkan Min-san. Pada suatu sore Bi Goat duduk seorang diri di pekarangan depan rumahnya. Dengan penuh harapan, seperti setiap sore yang lalu, ia duduk menanti kalau-kalau ayah dan suaminya pulang.
Para pelayan yang tidak kurang enam orang banyaknya, sudah selesai bekerja dan sedang asyik mengobrol di belakang rumah. Bi Goat duduk seorang diri menghadapi cangkir teh dan makanan yang mengandung daya penguat badan. Ayahnya banyak memberikan makanan seperti ini untuknya.
Mendadak ia mendengar suara aneh diudara. Ketika ia mengangkat muka, Bi Goat terheran-heran melihat seekor burung yang besar dan indah sekali terbang berputaran diatas puncak itu. Cahaya matahari senja yang merah membuat bulu burung itu kelihatan kuning kemerahan, amat indahnya seperti emas.
“Ah, burung rajawali kalau aku tidak salah….” kata Bi Goat kagum sekali.
Mendadak wajahnya berubah dan nyonya muda ini cepat bangkit berdiri dari kursinya. Ia melihat sesuatu yang aneh, sesuatu yang ajaib. Ada seorang wanita menunggang burung rajawali itu!
“Mimpikah aku?” gumamnya seorang diri sambil menggosok-gosok matanya.
Tidak, ia tidak mimpi. Malah kini burung itu menukik turun dan tak lama kemudian burung itu sudah sampai diatas tanah, hanya belasan meter jauhnya dari tempat Bi Goat berdiri.
Wanita muda dan cantik itu melompat turun dari punggung rajawali dan dengan hati berdebar Bi Goat mendapat kenyataan bahwa wanita itu sedang mengandung. Malah perutnya lebih besar daripada perutnya sendiri. Kandungannya sudah tua. Wanita itu melangkah maju, agak terhuyung-huyung.
Bi Goat adalah seorang yang pada dasarnya memiliki budi yang halus. Melihat wanita yang mengandung tua ini terhuyung-huyung dan nampak letih, mukanya pucat, ia cepat lari menghampiri dan merangkul pundaknya.
“Hati-hatilah, Cici….” katanya halus.
Wanita itu bukan lain adalah Kwa Hong! Kemarahannya ketika tadi turun dan menduga bahwa wanita cantik yang juga sudah mengandung di depannya itu tentulah isteri Beng San, agak mereda oleh sikap halus Bi Goat. Pernah ia melihat Bi Goat, akan tetapi hanya sebentar maka ia sudah lupa lagi (baca cerita Raja Pedang). Demlkian pula Bi Goat, biarpun pernah bertemu dengan Kwa Hong, tapi karena baru sekali dan hanya sebentar, iapun sudah lupa lagi.
“Dimana Beng San? Aku ingin bicara padanya,” kata Kwa Hong menahan marah, suaranya agak ketus dan sama sekali ia tidak menyambut baik sikap halus dari Bi Goat tadi.
Bi Goat terkejut, tapi ia menjawab juga.
“Suamiku sudah beberapa bulan turun gunung, sampai sekarang belum pulang,” jawabnya masih halus dan hati-hati ia bertanya, “Tidak tahu siapakah Cici ini dan ada keperluan apalah mencari suamiku?”
“Hemm, jadi kau ini Bi Goat, dara baju merah yang dulu gagu itu?” tanya Kwa Hong, suaranya mengejek dan pandang matanya menyapu Bi Goat dari atas ke bawah.
Kini Bi Goat mulai curiga. Pandang matanya tajam menyelidik.
“Kau siapakah dan apa keperluanmu datang ke Puncak Min-san ini?”
“Heh, kau sudah lupa kepadaku. Aku Kwa Hong….”
“Ohhh, murid Hoa-san-pai?”
“Bodoh! Ketua Hoa-san-pai, bukan murid! Aku datang mencari Beng San. Mana dia?”
“Sudah kukatakan tadi, dia sedang pergi.” Bi Goat mulai tak senang hatinya.
“Aku mencari Beng San, bukan suamimu.”
“Ben-San adalah suamiku!” jawabnya. Bi Goat sekarang agak ketus.
Kwa Hong tersenyum mengejek, lalu melirik ke arah perut Bi Goat. Tanyanya penuh ejekan,
“Berapa bulan kau mengandung?”
“Heee?? Kenapa….??” Wajah Bi Goat menjadi merah sekali. Kalau ia tidak ingat bahwa yang mengajukan pertanyaan inipun sedang mengandung, tentu ia akan menjadi marah. “Sudah enam bulan mengapa?”
Kembali Kwa Hong tersenyum mengejek.
“Seharusnya kau bilang baru enam bulan, bukannya sudah enam bulan. Jadi baru enam bulan, kan? Lihat kandunganku ini sudah sembilan bulan! Mana lebih dulu? Sebelum menjadi suamimu, Beng San sudah menjadi ayah anak yang kukandung ini, tahu??”
Seketika wajah Bi Goat menjadi pucat sekali. Ucapan Kwa Hong itu betul-betul merupakan pedang yang menusuk tembus jantungnya. Gemetar seluruh tubuhnya dan suaranya menggigil ketika ia berseru,
“Kau… kau bohong….!!”
Kwa Hong memperlebar senyumnya.
“Kalau tidak percaya kau tanyakan saja kepada Beng San. Hayo, mana dia? Panggil dia keluar, dia harus menyaksikan kelahiran anaknya….” Tiba-tiba Kwa Hong mengeluh sambil memegangi perutnya.
“Dia sedang pergi… hee, bagaimana ini?? Kau kenapa, Cici….?”
Bingung juga Bi Goat melihat Kwa Hong tiba-tiba terhuyung dan tentu sudah roboh kalau tidak cepat ia tangkap lengannya. Ia melihat wajah Kwa Hong pucat sekali, mulutnya merintih-rintih dan keadaannya hampir pingsan.
Memang pada dasarnya Bi Goat seorang yang berhati mulia. Biarpun ia tadi marah sekali dan perasaannya seperti ditusuk-tusuk mendengar ucapan Kwa Hong, namun melihat keadaan nyonya muda yang akan melahirkan itu ia menjadi tidak tega dan cepat-cepat menolong.
“Biarlah… aku… aku harus melahirkan… di tempat tinggal… Beng San….” demikian Kwa Hong mengeluh perlahan ketika siuman.
Sementara itu, Bi Goat sudah berseru memanggil para pelayannya dan Kwa Hong lalu digotong masuk ke dalam rumah. Karena dia sendiri sedang mengandung, maka Bi Goat memang sudah mengundang seorang wanita tua yang ahli menolong orang beranak dan yang disuruh tinggal di rumahnya. Maka Kwa Hong dapat menerima pertolongan yang cepat.
Dalam keadaan setengah sadar saking menahan sakit, Kwa Hong mengigau dan bercerita kepada Bi Goat tentang perhubungannya dengan Beng San dahulu, juga tentang pertemuannya yang terakhir. Semua diceritakan oleh Kwa Hong sehingga Bi Goat yang mendengarkan ini hanya dapat menangis dengan hati hancur.
Dia amat mencinta Beng San, sejak dahulu ia mencinta Beng San dengan seluruh jiwa raganya. Ia tidak rela kalau Beng San membagi cintanya dengan wanita lain, maka dapat dibayangkan betapa hebat dan parah luka yang ditimbulkan oleh penuturan Kwa Hong ini di dalam hatinya.
Pada tengah malam hari itu, dari dalam rumah Bi Goat terdengarlah suara pertama dari seorang bayi yang terlahir. Tangisnya memecahkan kesunyian malam, nyaring melengking. Tangis seorang bayi laki-laki yang montok dan sehat. Tak lama kemudian terdengar lengking lain susul-menyusul menjawab tangis bayi ini, suara lengking tinggi yang datangnya dari atas rumah.
Itulah suara lengking rajawali emas yang menanti munculnya Kwa Hong sambil mendekam diatas wuwungan genteng rumah itu. Entah mengapa binatang itu melengking, mungkin karena tangis bayi itu hampir sama dengan suaranya sendiri.
Biarpun hatinya hancur, Bi Goat siang malam menunggu Kwa Hong dan merawatnya dengan baik. Sepekan kemudian Kwa Hong sudah sembuh, Ia menggendong anaknya dengan penuh kasih sayang, lalu ia keluar dari rumah itu memanggil rajawali emas.
Burung itu yang mulai tak sabar dan setiap hari berkaok-kaok di depan rumah, menjadi girang sekali dan menyambar turun, Bi Goat yang berwajah pucat sekali mengikuti Kwa Hong dari belakang.
“Cici Hong, kau baru sepekan melahirkan, jangan pergi dulu….” katanya menahan.
Akan tetapi Kwa Hong tidak peduli, membawa anaknya melompat ke arah punggung rajawaii, lalu berkata,
“Katakan kepada Beng San kalau dia pulang, bahwa aku tidak bisa membunuhnya karena kalah kuat, dan aku tidak bisa membunuhmu karena kau telah menolongku ketika aku melahirkan. Akan tetapi kelak anak inilah yang akan membunuh Beng San, kau dan semua anak anak dan keluargamu!”
Setelah berkata demikian, Kwa Hong menepuk leher rajawali emas yang segera melengking tinggi dan melesat terbang keatas dengan cepat sekali.
Untuk beberapa lama Bi Goat berdiri bengong kemudian ia mengeluh dan tubuhnya menjadi lemas. Ia roboh pingsan di depan pintu rumahnya! Para pelayan segera mengejar keluar dan sibuk menolong nyonya muda yang menderita kehancuran hati ini.
Next>>
Postingan populer dari blog ini
RAJA PEDANG (BAGIAN PERTAMA SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
JILID 01 JILID 02 JILID 03 JILID 04 JILID 05 JILID 06 JILID 07 JILID 08 JILID 09 JILID 10 JILID 11 JILID 12 JILID 13 JILID 14 JILID 15 JILID 16 JILID 17 JILID 18 JILID 19 JILID 20 JILID 21 JILID 22 JILID 23 JILID 24 JILID 25 JILID 26 JILID 27 JILID 28 JILID 29 JILID 30 JILID 31 JILID 32 JILID 33 JILID 34 JILID 35 JILID 36 JILID 37 JILID 38 JILID 39 JILID 40 JILID 41 JILID 42 JILID 43 JILID 44 JILID 45 JILID 46 JILID 47 JILID 48 JILID 49 JILID 50 JILID 51 JILID 52 JILID 53 JILID 54 JILID 55 JILID 56 JILID 57 JILID 58 JILID 59 JILID 60 JILID 61 JILID 62 JILID 63 JILID 64 JILID 65 JILID 66 JILID 67 JILID 68 JILID 69 JILID 70 JILID 71 JILID 72 JILID 73 JILID 74 JILID 75 JILID 76 JILID 77 JILID 78 JILID 79 JILID 80 JILID 81 JILID 82 JILID 83 JILID 84 JILID 85 JILID 86 JILID 87 JILID 88 JILID 89 JILID 90 JILID 91 JILID 92 JILID 93 JILID 94 JILID 95 JILID 96 JILID 97 JILID 98 JILID 99 JILID 100 JILID 101 J
RAJAWALI EMAS (BAGIAN KE-2 SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
SERI SEBELUMNY JILID 001 JILID 002 JILID 003 JILID 004 JILID 005 JILID 006 JILID 007 JILID 008 JILID 009 JILID 010 JILID 011 JILID 012 JILID 013 JILID 014 JILID 015 JILID 016 JILID 017 JILID 018 JILID 019 JILID 020 JILID 021 JILID 022 JILID 023 JILID 024 JILID 025 JILID 026 JILID 027 JILID 028 JILID 029 JILID 030 JILID 031 JILID 032 JILID 033 JILID 034 JILID 035 JILID 036 JILID 037 JILID 038 JILID 039 JILID 040 JILID 041 JILID 042 JILID 043 JILID 044 JILID 045 JILID 046 JILID 047 JILID 048 JILID 049 JILID 050 JILID 051 JILID 052 JILID 053 JILID 054 JILID 055 JILID 056 JILID 057 JILID 058 JILID 059 JILID 060 JILID 061 JILID 062 JILID 063 JILID 064 JILID 065 JILID 066 JILID 067 JILID 068 JILID 069 JILID 070 JILID 071 JILID 072 JILID 073 JILID 074 JILID 075 JILID 076 JILID 077 JILID 078 JILID 079 JILID 080 JILID 081 JILID 082 JILID 083 JILID 084 JILID 085 JILID 086 JILID 087 JILID 088 JILID 089 JILI
JAKA LOLA (BAGIAN KE-4 SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
SERI SEBELUMNYA JILID 001 JILID 002 JILID 003 JILID 004 JILID 005 JILID 006 JILID 007 JILID 008 JILID 009 JILID 010 JILID 011 JILID 012 JILID 013 JILID 014 JILID 015 JILID 016 JILID 017 JILID 018 JILID 019 JILID 020 JILID 021 JILID 022 JILID 023 JILID 024 JILID 025 JILID 026 JILID 027 JILID 028 JILID 029 JILID 030 JILID 031 JILID 032 JILID 033 JILID 034 JILID 035 JILID 036 JILID 037 JILID 038 JILID 039 JILID 040 JILID 041 JILID 042 JILID 043 JILID 044 JILID 045 JILID 046 JILID 047 JILID 048 JILID 049 JILID 050 JILID 051 JILID 052 JILID 053 JILID 054 JILID 055 JILID 056 JILID 057 JILID 058 JILID 059 JILID 060 JILID 061 JILID 062 JILID 063 JILID 064 JILID 065 JILID 066 JILID 067 JILID 068 JILID 069 JILID 070 JILID 071 JILID 072 JILID 073 JILID 074 JILID 075 JILID 076 JILID 077 JILID 078 JILID 079 JILID 080 JILID 081 JILID 082 JILID 083 JILID 084 JILID 085 JILID 086 JILID 087 JILID 088 JILID 089 JILID 090 JILID 091 JILID 092 JILID 093 JILID 094 JILID 095 JILID 096 JILID 097 JILID 098 JILI