RAJAWALI EMAS JILID 093

Sin Lee tertarik sekali, terutama mendengar tentang maksud gadis ini pergi ke Thai-san untuk memberi selamat kepada Tan Beng San. Ingin ia bertanya lebih jelas tentang ini, akan tetapi Sin Lee adalah seorang yang cerdik. Ia tidak mau mengutarakan rahasia hatinya dan ia berkata heran,

“Aneh sekali kakek iblis itu. Mengapa dia begitu benci kepada kau dan adik misanmu, Nona? Apakah diantara dia dan kalian ada permusuhan?”

Hui Cu menggeleng kepalanya, akan tetapi entah bagaimana, ia menaruh kepercayaan besar kepada pemuda yang telah menolongnya ini, maka ia berkata secara terus terang, 

“Melihat sikap dan mendengar bicaranya, dia amat membenci Hoa-san-pai, apalagi anak murid Hoa-san-pai yang wanita. Agaknya kakek itu mengandung sakit hati yang hebat sekali terhadap seorang wanita anak murid Hoa-san-pai.” Ia mengangguk-angguk untuk meyakinkan dugaannya.

Jantung Sin Lee berdebar. 
“Siapakah dia anak murid wanita Hoa-san-pai yang dapat membuat sakit hati seorang kakek begitu lihai?”

“Aku sendiripun tidak tahu, akan tetapi aku dapat menduga… hemmm, tidak bisa lain, kalau ada tokoh kang-ouw seperti kakek itu bisa sakit hati terhadap murid wanita Hoa-san-pai, tentulah… dia siapa lagi?”

“Dia… siapakah, Nona? Atau… barangkali sebagai orang luar aku tidak berhak mengetahui?”

Mendengar suara pemuda itu mengandung kekecewaan, hati Hui Cu menjadi tak enak. Tidak apa diberi tahu, pikirnya. 

“Menurut dugaanku, murid wanita yang banyak musuhnya dari Hoa-san-pai adalah bibi guruku sendiri, namanya Hong, she Kwa, entah dimana sekarang….”

Sin Lee menjadi pucat sekali mukanya, cepat-cepat ia membungkuk dan pura-pura membersihkan sepatunya yang penuh lumpur. Ketika ia mengangkat lagi tubuhnya, mukanya menjadi merah sekali.

“Apakah… apakah bibi gurumu itu… dahulunya amat jahat maka banyak musuhnya?” ia bertanya, suaranya biasa akan tetapi perlahan sekali.

“Banyak orang bilang begitu, tapi ibuku tidak! Kata Ibu, Bibi Kwa Hong itulah yang telah menyelamatkan nyawa Ibu dan aku ketika dalam kandungannya, dan kata Ibu, Bibi Kwa Hong jadi berubah perangainya karena patah hati, entah apa maksudnya Ibu tidak mau menceritakan kepadaku.”



Sunyi sesaat, dan suara Sin Lee makin perlahan ketika ia bertanya, sambil lalu saja, 
“Jadi kau tidak membencinya?”

“Ah, tidak….! Malah aku kasihan kepada Bibi Kwa Hong dan ingin sekali aku bertemu dengannya. Kata Ibu, Bibi Kwa Hong orangnya lincah gembira seperti Adik Eng dan cantik sekali.”

Gadis itu tidak tahu bahwa ucapannya ini membuat hati Sin Lee girang bukan main! Mana dia tahu bahwa orang yang dibicarakan itu, Kwa Hong, adalah ibu dari pemuda yang sekarang berada di depannya.



“Nona, percayalah, aku Sin Lee akan berusaha menemukan kembali adik misanmu Nona Li Eng itu dan aku… aku sekarang dapat menduga siapa adanya kakek iblis itu. Hemmm, kalau saja aku tahu sebelumnya bahwa dia adalah iblis itu, takkan kutinggalkan dia sebelum berhasil membunuhnya. Kiranya ia benar-benar jahat sekali.”

“Kau… kau tahu siapa kakek itu?”

“Aku dapat menduga, kalau tidak salah dialah yang berjuluk Song-bun-kwi.”

“Ah, dia….?” Wajah Hui Cu menjadi pucat. “Pernah Ibu bercerita kepadaku tentang dia… dia tokoh besar puluhan tahun yang lalu. Benarkah dia itu Song-bun-kwi?”



“Kiraku tidak keliru dugaanku. Nona, bolehkah aku mengetahui namamu?”

Pandang mata Hui Cu menunduk. Pemuda ini benar-benar amat baik, sopan dan ramah, tapi juga agak aneh sikapnya. 





“Aku Hui Cu, she Thio. Kau sendiri she apakah?”

“Aku she Tiauw, Tiauw Sin Lee.” 

Ia sengaja menggunakan she (nama keturunan) Tiauw yang berarti rajawali karena setelah gadis ini tahu soal ibunya, ia tidak berani memakai she Kwa atau she Tan agar gadis ini tidak mencurigainya.

“Sekarang apa yang hendak kau lakukan, Nona? Apakah kau hendak melanjutkan perjalananmu ke Thai-san?”

Hui Cu menggeleng kepala. 
“Mana bisa aku pergi ke sana kalau Paman Hong masih ditahan di kota raja? Aku harus berusaha membebaskan Paman Hong dari tahanan.”

“Dalam ceritamu tadi kau bilang bahwa pamanmu Kwa Kun Hong itu adalah putera tunggal Ketua Hoa-san-pai, Kakek gurumu. Tentu ia lihai sekali, bagaimana ia bisa tertawan?”

Hui Cu menarik napas panjang. 
“Kau tidak tahu tentang Paman Hong. Dia itu orangnya aneh sekali, biarpun dia itu putera Ketua Hoa-san-pai, namun sedikitpun ia tidak pandai ilmu silat, malah tidak pernah belajar ilmu silat. Ia adalah ahli dalam ilmu kesusastraan, akan tetapi keberaniannya luar biasa melebihi jago silat yang manapun juga.” 

Lalu ia menceritakan betapa Kun Hong berani menolak anugerah Pangeran, malah menceritakan betapa pemuda yang tidak pandai ilmu silat itu menggegerkan pemilihan ketua Hwa-i Kai-pang dan malah diangkat menjadi ketua perkumpulan pengemis yang berpengaruh itu!



Sin Lee mendengarkan dengan penuh keheranan dan kekaguman. 
“Hebat pamanmu itu, ingin sekali aku bertemu dan bercakap-cakap dengan dia. Marilah kita tolong dia keluar dari tahanan, Nona. Akan tetapi karena kau sudah banyak dikenal, tentu munculmu di kota raja akan mendatangkan keributan dan kesukaran, maka kurasa lebih baik kau bersembunyi di luar tembok kota dan biarlah aku seorang diri pergi menyelidiki keadaan pamanmu itu. Kalau mungkin aku akan turun tangan, kalau sekiranya sukar, kita berdua bisa bergerak malam nanti.”

Hui Cu girang sekali. 
“Saudara Tiauw, kau benar-benar telah melepas budi banyak kepadaku. Kau baik hati sekali dan ilmu silatmu amat lihai. Tidak tahu kau ini murid siapa dan dari golongan manakah?”

Sin Lee tersenyum. 
“Tak usah sungkan, Nona. Sudah semestinya manusia saling menolong dalam kesukaran dan sudah menjadi kewajibanku untuk menentang yang jahat membela yang tertindas. Adapun ilmu silatku yang masih dangkal ini kupelajari dari ibuku sendiri, bukan dari golongan manapun juga. Harap kau jangan memuji terlalu tinggi.”

Demikianlah keduanya lalu meninggalkan kelenteng itu menuju ke kota raja. Inilah sebabnya Song-bun-kwi tidak dapat mengejar mereka karena kakek itu tentu saja sama sekali tak pernah mengira bahwa dua orang itu malah kembali ke kelenteng mengambil jalan lain kemudian malah pergi kota raja!



Ditemani Sin Lee yang gagah perkasa sopan terhadap dirinya. Hui Cu menjadi besar hati dan ia hampir merasa yakin bahwa kalau pemuda ini mau membantunya, pasti pamannya akan dapat dibebaskannya dan agaknya soal Li Eng juga akan dapat dibereskan. 

Pada saat itu Hui Cu sedang diliputi kekuatiran hebat, kuatir memikirkan nasib Kun Hong. Oleh karena inilah maka ia tidak dapat merasa terlalu sungkan berduaan dengan Sin Lee pemuda kenalan baru itu. Andaikata ia tidak sedang menghadapi dua perkara yang menggerogoti hatinya ini, kiranya ia akan merasa sungkan dan malu mengadakan perjalanan berdua saja dengan seorang pemuda asing.

Setibanya di luar tembok kota raja, Hui Cu lalu bersembunyi di suatu tempat dan Sin Lee meninggalkannya, masuk seorang diri ke kota raja. Segera ia mencari keterangan dan kabar untuk mengetahui dimana ditahannya pemuda Hoa-san-pai bernama Kwa Kun Hong itu. Akan tetapi keterangan yang ia dapatkan membuat ia terkejut dan juga bingung.

Keterangan apakah yang ia dapat? Tidak hanya dari satu dua orang. Malah ia sengaja menangkap seorang pengawal istana dan di tempat tersembunyi ia mengancam pengawal itu untuk mengaku dan memberi keterangan tentang Kwa Kun Hong.



Dan keterangan pengawal ini sama dengan keterangan yang ia dapat di luaran, yaitu bahwa pemuda Hoa-san-pai yang ditahan karena berani membangkang terhadap perintah Pangeran Mahkota itu telah ditolong oleh… setan dan lenyap tak berbekas!

“Hanya setan yang dapat menolong dia secara itu,” demikian keterangan yang ia dapat. “Pemuda itu tahu-tahu lenyap dari dalam kamar tahananan dan sebagai gantinya Pangeran Mahkota sendiri yang berada disitu, yang marah-marah kepada penjaga minta dibebaskan. Setelah para penjaga membuka pintu, Pangeran Mahkota keluar dan memerintahkan semua penjaga masuk dalam kamar tahanan lalu dikunci dari luar. Nah, bukankah itu aneh? Padahal Pangeran Mahkota berada didalam istananya, tak pernah keluar, apalagi ke kamar tahanan. Masa pemuda itu bisa berubah menjadi Pangeran? Hanya setan yang dapat menolongnya seperti itu.”

Hui Cu juga bengong terlongong mendengar cerita Sin Lee atas hasil penyelidikannya ini. 

“Heran sekali, mana bisa terjadi begitu? Paman Hong memang aneh dan berani, akan tetapi ia sama sekali tidak mempunyai kepandaian silat. Siapa gerangan yang telah menolongnya? Kalau memang ada seorang sakti menolongnya, mengapa caranya seaneh itu?”

Sin Lee tersenyum. 
“Berita ini tidak bohong, aku malah mendapatkan keterangan dari seorang pengawal istana yang kutangkap. Setan atau bukan, sudah terang pamanmu ditolong dan sudah tidak ditahan lagi. Sekarang, apa kehendakmu, Nona?”

“Semua ini aneh sekali. Adik Eng berada di tangan seorang sakti, juga Paman Hong kalau dibawa oleh penolongnya, berarti dia berada di tangan orang yang sakti dan aneh. Kupikir lebih baik aku ke Thai-san menjumpai Paman Tan Beng San yang oleh ayah ibuku dianggap orang terpandai di dunia ini. Kalau tidak Paman Tan Beng San yang menolong, siapa lagi?”

Ucapan gadis ini menimbulkan perasaan campur aduk di hati Sin Lee. Ia girang karena memang itulah kehendaknya, dapat pergi ke Thai-san bersama gadis ini yang hendak ia pergunakan sebagai alat untuk memaksa agar Tan Beng San mau menghadap ibunya. 

Akan tetapi ia juga tak senang mendengar betapa gadis ini memuji Tan Beng San musuh besar ibunya itu sebagai “orang terpandai di dunia”. Huh, ingin ia membuktikan sendiri sampai dimana kelihaian Tan Beng San itu.

“Baiklah kalau begitu, Nona Thio. Mari kuantar kau ke Thai-san.”

Merah wajah Hui Cu. Kalau begini sudah keterlaluan, pikirnya. 
“Ah, Saudara Tiauw, mana aku berani membikin kau repot? Budimu sudah terlalu besar bagiku, tak usah kau tambah lagi dengan mengantar aku ke Thai-san. Kau membikin aku menjadi malu saja.”

Sin Lee tersenyum, diam-diam ia makin kagum akan sikap gadis ini. Sederhana, tenang, tabah, dan bicaranya sungguh-sungguh tanpa dibuat-buat serta memiliki pandangan jauh.

“Nona, sama sekali bukan begitu. Mana kau merepotkan aku kalau aku sendiripun hendak pergi kesana? Aku memang hendak mengunjungi Thai-san, hendak melihat upacara dan hendak bertemu dengan Bu-tek Kiam-ong Tan Beng San yang namanya malah lebih tinggi daripada puncak Gunung Thai-san itu.” Dalam kata-kata terakhir ini terkandung ejekan.

“Betulkah begitu?” Hui Cu berkata girang, “Kalau memang begitu, tentu saja aku… senang sekali dapat melakukan perjalanan bersama denganmu, Saudar Tiauw.”

Sin Lee menjura dan tersenyum 
“Syukur sekali kau sudi, Nona. inilah jawaban yang amat kuharapkan.”

Demikianlah, dua orang muda itu melakukan perjalanan bersama menuju ke Thai-san. Mula-mula Hui Cu memang merasa agak tidak enak dan kikuk harus melakukan perjalanan bersama seorang pemuda yang bukan kerabatnya, akan tetapi berkat sikap Sin Lee yang sopan dan memang pemuda ini wataknya riang gembira, akhirnya lenyap ketidak enakan hati gadis itu dan mereka bergaul seperti sahabat-sahabat lama.


********






Next>>

Postingan populer dari blog ini

RAJA PEDANG (BAGIAN PERTAMA SERIAL RAJA PEDANG)

RAJAWALI EMAS (BAGIAN KE-2 SERIAL RAJA PEDANG)

JAKA LOLA (BAGIAN KE-4 SERIAL RAJA PEDANG)