RAJAWALI EMAS JILID 096
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Oleh
Epul Saepul Rohman
Souw Ki dan kedua orang Saudara Bu marah, akan tetapi karena tidak ada bukti, mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka hendak pergi, akan tetapi Kim-thouw Thian-li menggerakkan kakinya dan tahu-tahu tubuhnya melayang ke depan tiga orang itu, menghadang.

Mulut Ketua Ngo-lian-kauw ini tersenyum mengejek,
“Hemm, kalian sewenang-wenang datang merusak hiasan jembatan, lalu memasuki tempat tinggal kami dengan fitnah jahat. Setelah semua itu, apakah kalian hendak pergi begitu saja?”
“Kim-thouw Thian-li, setelah Ngo-lian-tin yang kau ajukan itu dapat kami hancurkan, apakah kau masih belum puas?” Souw Ki mengejek sambil melintangkan ruyungnya di depan dada.
“Justeru karena Sam-wi Busu telah memecahkan Ngo-lian-tin, aku yang bodoh ingin sekali berkenalan dengan kelihaian Sam-wi. Bukan sekali-kali Ngo-lian-kauw hendak memandang rendah kepada Pangeran Mahkota, akan tetapi ini adalah urusan mengenai pribadi kita, tidak tahu apakah Sam-wi Busu sudi memberi petunjuk?”
Biarpun kata-kata ini sifatnya halus, namun mengandung tantangan. Orang seperti Tiat-jiu Souw Ki yang semenjak mudanya mengumbar nafsu berkelahi, tidak mau. mengalah dan selalu menganggap diri sendiri paling jagoan, mana bisa menghadapi tantangan tanpa melayaninya? Ia tertawa bergelak lalu berkata,
“Kim-thow Thian-li! Sudah lama aku mendengar namamu yang amat tenar.Tentu saja akupun ingin sekali merasai kelihaianmu dan urusan diantara kita ini tiada sangkut-pautnya dengan Pangeran. Setelah kami bertindak sebagai utusan, sekarang kami akan bertindak atas nama diri pribadi kami sendiri. Kalau kau ada kepandaian, boleh memberi petunjuk”
Kim-thouw Thian-li mendengus lalu tangannya bergerak, tahu-tahu tangan kanan sudah memegang pedang dan tangan kiri memegang sehelai sabuk berwarna merah.
“Tiat-jiu Souw Ki, ingin aku berkenalan dengan ruyung bajamu yang ganas!”
Sambli berkata demikian, pedangnya berubah menjadi sinar ketika bergerak menusuk kearah dada Souw Ki. Orang tinggi besar ini tidak berani memandang remeh karena iapun sudah mendengar bahwa Ketua Ngo-lian-kauw ini adalah seorang wanita yang ganas dan dahsyat sekali sepak-terjangnya. Cepat ia menggeser kaki kekiri sambil menyabetkan ruyungnya kearah sinar pedang untuk menangkis.
Akan tetapi, sinar pedang itu ditahannya dan sebagai gantinya, tangan kiri wanita itu bergerak dan sinar merah melayang-layang menotok ke arah ulu hati Souw Ki. Jangan dipandang rendah sabuk merah ditangan kiri Kim-thouw Thian-li ini. Biarpun hanya sehelai kain halus, namun ditangan wanita ini berubah menjadi senjata yang amat ampuh, yang ujungnya mampu merobek jalan darah lawan dan karena lemasnya maka lebih berbahaya dan sukar dilawan dari sebatang pedang!
Souw Ki mengeluarkan seruan panjang, ruyungnya diputar menjadi benteng baja melindungi dirinya sehingga totokan ujung sabuk sutera inipun dapat ditangkisnya. Akan tetapi Kim-thouw Thian-li kembali mengeluarkan suara mendengus penuh ejekan, lalu pedangnya bergerak menjadi gulungan sinar memanjang, menyambar-nyambar tubuh Souw Ki dari pelbagai jurusan sehingga jagoan istana ini menjadi kaget dan sibuk sekali.
Kim-thouw Thian-li adalah murid tersayang dari tokoh besar Hek-hwa Kui-bo Si Iblis Betina, malah ilmu pedang Im-sin Kiam sut yang luar biasa hebatnya itu sebagian telah diajarkan kepada Kim-thouw Thian-li. Biarpun hanya sebagian saja Im-sin Kiam-sut dimiliki oleh Ketua Ngo-lian-kauw ini, namun cukup untuk menghadapi lawan yang sakti.
Souw Ki boleh mengunggulkan dirinya sebagai jagoan yang bertangan besi dan bersenjata ruyung yang dahsyat, namun menghadapi Kim-thouw Thian-li dia repot sekali. Andaikata Ketua Ngo-lian-kouw ini hanya bermain pedang saja, iapun sudah repot dan takkan dapat melawannya dengan ruyungnya, apalagi sekarang Kim-thouw Thian-li membantu permainan pedangnya dengan sabuk merahnya, membuat jagoan yang galak itu menjadi makin kewalahan.
Untung baginya bahwa Kim-thouw Thian-li masih jerih untuk mencelakai orangnya Pangeran Mahkota, kalau tidak, sekali Ketua Ngo-lian-kauw ini mengeluarkan senjata-senjata yang paling ampuh, yaitu senjata rahasia yang mengandung racun berbahaya, kiranya dalam waktu tak lama Souw Ki tentu akan roboh.
Sepasang saudara Bu yang tadinya hanya menonton pertandingan ini, ketika melihat bahwa teman mereka terdesak hebat dan sekarang hanya main mundur dan berputaran untuk menyelamatkan diri dari serangan lawan yang amat gencar itu, menjadi marah.
Tujuh orang jagoan istana pengawal Pangeran Mahkota adalah jagoan-jagoan yang ditakuti yang sudah dianggap sebagai sekelompok jagoan tanpa tanding. Kalau sekarang seorang diantara mereka dijatuhkan lawan, berarti nama tujuh orang jagoan ini akan tercemar. Oleh karena itu, keduanya bertukar pandang, kemudian sepasang saudara kembar ini menggerakkan pedang dan Bu Sek membentak,
“Kim-thouw Thian-li, jangan menjual lagak di depan kami!”
Ilmu pedang dari sepasang saudara Bu ini adalah ilmu pedang keturunan yang bersumber pada ilmu pedang Go-bi Kiam-hoat dari Go-bi-pai. Karena mereka adalah dua saudara kembar, maka dalam permainan pasangan ini mereka seakan-akan merupakan pasangan yang amat cocok, seperti dua orang satu perasaan saja sehingga kelihatan mereka kalau maju bersama amat hebat.
Tadi saja masing-masing dapat memecahkan Ngo-lian-tin, ini berarti bahwa tingkat mereka bukanlah tingkat jago silat sembarangan, sekarang mereka maju bersama mengeroyok Kim-thouw Thian-li, sekali serang merupakan gulungan sepasang sinar pedang yang amat kuat.
Ketua Ngo-lian-kauw itu diam-diam terkejut dan cepat menahan desakannya terhadap Souw Ki untuk menghadapi dua orang lawan baru ini. Cepat dan kuat gerakan dua pedang dari saudara kembar itu, maka terpaksa Kim-thouw Thian-li harus mengeluarkan Im-sin Kiam-sut lagi untuk menghadapinya. Wanita tua Ketua Ngo-lian-kauw ini benar-benar hebat, biarpun dikeroyok tiga ia masih dapat mengimbangi permainan lawannya.
Kun Hong yang menonton di balik batang pohon, merasa gembira juga karena ia sekarang dapat menonton dengan penuh pengertian. Ia dapat mengikuti semua permainan itu, malah ia dapat menduga bahwa kalau pertandingan ini dilanjutkan, Kim-thouw Thian-li akan kalah, biarpun mungkin wanita ini akan dapat melukai seorang diantara tiga orang pengeroyoknya.
Kun Hong ingin melerai mereka, akan tetapi merasa bahwa pertandingan itu bukanlah urusannya dan ia tidak mempunyai kepentingan sama sekali. Agaknya penilaian Kun Hong ini sama dengan penilaian Yok-mo. Setan Obat inipun maklum bahwa setelah dua saudara Bu itu memasuki gelanggang pertempuran, Kim-thouw Thian-li tentu takkan kuat menahan. Tentu saja kalau ia membantu Ketua Ngo-lian-kauw itu, takkan sukar bagi mereka berdua untuk mengalahkan tiga orang busu ini, akan tetapi mengingat bahwa mereka adalah utusan-utusan Pangeran Mahkota, amatlah berbahaya untuk bermusuhan dengan mereka. Maka ia lalu meloncat ke tengah lapangan, tongkat hitamnya bergerak dan mulutnya berseru,
“Cukup… cukup… untuk apa bertempur terus?”
Terdengar bunyi “trang-trang” beradunya senjata dan baik ruyung baja di tangan Souw Ki maupun pedang di tangan kedua orang saudara Bu itu terpental ke belakang ketika terbentur tongkat hitam. Tiga orang busu ini kaget dan melompat ke belakang, diam-diam mengakui kelihaian Si Setan Obat.
“Sam-wi Busu, setelah mendapat kenyataan bahwa aku bukanlah pengacau Istana Kembang, harap laporkan kepada Pangeran dan janganlah melanjutkan pertempuran yang tak ada artinya ini. Kauwcu (Ketua), harap kau mengalah.”
Kim-thouw Thian-li tersenyum dan mendengus lalu mengejek,
“Ah, sekarang aku merasa sendiri betapa lihainya Sam-wi Busu!”
Wajah tiga orang jagoan itu menjadi merah. Mereka merasa disindir karena tadi jelas bahwa mereka bertiga tidak mampu mengalahkan Ketua Ngo-lian-kauw yang lihai itu, apalagi Yok-mo yang sekali menggerakkan tongkat telah mampu membuat senjata mereka terpental.
Mereka maklum bahwa Ketua Ngo-lian-kauw dan Yok-mo itu telah berlaku dan bersikap mengalah karena takut akan nama Pangeran Mahkota, maka merekapun tidak bodoh untuk tidak tahu diri dan mencari perkara. Kedatangan mereka untuk menyelidik tentang kakek yang mengacau Istana Kembang, setelah sekarang tidak terdapat bukti, kiranya tidak perlu mengacau disitu lebih lama lagi.
“Kauwcu sungguh lihai,” kata Souw Ki, “dan Yok-mo karena tidak ada bukti terpaksa sementara ini kami mencabut dakwaan kami. Selamat tinggal!”
Setelah berkata demikian, tiga orang busu itu lalu meninggalkan tempat itu dengan mengangkat dada. Betapapun juga mereka belum kalah, dan andaikata mereka datang bertujuh, biarpun disitu ada Yok-mo, ditanggung mereka takkan mendapat malu dan akan dapat mengalahkan pihak Ngo-lian-kauw.
Setelah tiga orang itu pergi, Yok-mo dan Kim-thouw Thian-li tertawa, lalu Kim-thouw Thian-li memerintahkan para pengawalnya untuk kembali ke dalam benteng Ngo-lian-kauw. Akan tetapi Yok-mo tiba-tiba berkata,
“Nanti dulu, ada tamu yang sejak tadi bersembunyi, harus kita sambut dulu.” Ia lalu memandang ke arah tempat sembunyi Kun Hong dan berseru keras,
“Sahabat tak perlu bersembunyi lagi, kalau ada perlu keluarlah!”
Kun Hong kaget dan diam-diam memuji ketajaman mata Yok-mo. Tentu tadi dalam keasyikannya menonton pertempuran ia kurang hati-hati dan memperlihatkan diri dari balik batang pohon sehingga terlihat oleh kakek itu. Ia berjalan keluar dan berkata,
“Toat-beng Yok-mo, aku memang datang hendak menemui kau dan mengembalikan kitab-kitabmu!”
Ia segera berjalan menghampiri dan mengambil tiga buah kitab dari dalam kantong bajunya yang selama ini ia simpan dan ia pelajari.
Sejenak Toat-beng Yok-mo memandang heran. Akan tetapi begitu melihat tiga buah kitab di tangan pemuda itu, ia segera teringat dan berseru girang dan heran,
“Kau… masih hidup….??”
Tentu saja ia sekarang ingat akan pemuda yang telah menggendongnya ketika ia terluka dari Bukit Hoa-san, pemuda yang ia kira mati digondol burung rajawali emas yang lihai itu. Ia bukan girang, karena pemuda itu masih hidup, melainkan girang karena tiga buah kitabnya yang ia sangka sudah lenyap itu kini ternyata masih utuh. Cepat ia menyambar tiga buah kitab itu dan segera disusulnya pertanyaan,
“Dan manakah katak putih dalam tabung itu?”
“Ah, menyesal sekali, Yok-mo, katak itu telah ditelan habis oleh Kim-thiauw-ko (Kakak Rajawali Emas).” Kemudian pemuda ini segera balas bertanya, “Yok-mo, aku tadi mendengar tentang urusan para busu mencari dua orang gadis. Gadis-gadis itu adalah dua orang keponakanku. Betulkah kau tidak melihat mereka, Yok-mo?”
Pada saat itu, sebelum Yok-mo menjawab, terdengar suara,
“Bagus sekali, Toat-beng Yok-mo, kau telah menipu kami!”
Dan muncullah Souw Ki, dua orang saudara kembar Bu, dan seorang tosu. Tosu ini bukan lain adalah Thian It Tosu tokoh Ngo-lian-kauw, tangan kanan Kim-thouw Thian-li. Seperti kita ketahui, Thian It Tosu menggabungkan diri dan menjadi seorang diantara tujuh jagoan istana. Inilah sebabnya mengapa Kim-thouw Thian-li berlaku mengalah dan tidak suka bermusuhan dengan Souw Ki bertiga tadi, akan tetapi juga ini yang menyebabkan ia merasa penasaran melihat sikap Souw Ki yang sombong dan tidak mengindahkannya.
Ketika Souw Ki bertiga kembali ke istana, di tengah jalan bertemulah mereka dengan teman mereka, Thian It Tosu. Mereka berterus terang tentang kecurigaan mereka terhadap Toat-beng Yok-mo dan menceritakan pula peristiwa di Ngo-lian-kauw tadi. Thian It Tosu mencela mereka dan merasa menyesal telah terjadi peristiwa itu.
“Marilah kita kembali kesana, kalau tidak begitu, sungguh pinto akan merasa tidak enak sekali terhadap Kauwcu.”
Next>>
Postingan populer dari blog ini
RAJA PEDANG (BAGIAN PERTAMA SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
JILID 01 JILID 02 JILID 03 JILID 04 JILID 05 JILID 06 JILID 07 JILID 08 JILID 09 JILID 10 JILID 11 JILID 12 JILID 13 JILID 14 JILID 15 JILID 16 JILID 17 JILID 18 JILID 19 JILID 20 JILID 21 JILID 22 JILID 23 JILID 24 JILID 25 JILID 26 JILID 27 JILID 28 JILID 29 JILID 30 JILID 31 JILID 32 JILID 33 JILID 34 JILID 35 JILID 36 JILID 37 JILID 38 JILID 39 JILID 40 JILID 41 JILID 42 JILID 43 JILID 44 JILID 45 JILID 46 JILID 47 JILID 48 JILID 49 JILID 50 JILID 51 JILID 52 JILID 53 JILID 54 JILID 55 JILID 56 JILID 57 JILID 58 JILID 59 JILID 60 JILID 61 JILID 62 JILID 63 JILID 64 JILID 65 JILID 66 JILID 67 JILID 68 JILID 69 JILID 70 JILID 71 JILID 72 JILID 73 JILID 74 JILID 75 JILID 76 JILID 77 JILID 78 JILID 79 JILID 80 JILID 81 JILID 82 JILID 83 JILID 84 JILID 85 JILID 86 JILID 87 JILID 88 JILID 89 JILID 90 JILID 91 JILID 92 JILID 93 JILID 94 JILID 95 JILID 96 JILID 97 JILID 98 JILID 99 JILID 100 JILID 101 J
RAJAWALI EMAS (BAGIAN KE-2 SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
SERI SEBELUMNY JILID 001 JILID 002 JILID 003 JILID 004 JILID 005 JILID 006 JILID 007 JILID 008 JILID 009 JILID 010 JILID 011 JILID 012 JILID 013 JILID 014 JILID 015 JILID 016 JILID 017 JILID 018 JILID 019 JILID 020 JILID 021 JILID 022 JILID 023 JILID 024 JILID 025 JILID 026 JILID 027 JILID 028 JILID 029 JILID 030 JILID 031 JILID 032 JILID 033 JILID 034 JILID 035 JILID 036 JILID 037 JILID 038 JILID 039 JILID 040 JILID 041 JILID 042 JILID 043 JILID 044 JILID 045 JILID 046 JILID 047 JILID 048 JILID 049 JILID 050 JILID 051 JILID 052 JILID 053 JILID 054 JILID 055 JILID 056 JILID 057 JILID 058 JILID 059 JILID 060 JILID 061 JILID 062 JILID 063 JILID 064 JILID 065 JILID 066 JILID 067 JILID 068 JILID 069 JILID 070 JILID 071 JILID 072 JILID 073 JILID 074 JILID 075 JILID 076 JILID 077 JILID 078 JILID 079 JILID 080 JILID 081 JILID 082 JILID 083 JILID 084 JILID 085 JILID 086 JILID 087 JILID 088 JILID 089 JILI
JAKA LOLA (BAGIAN KE-4 SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
SERI SEBELUMNYA JILID 001 JILID 002 JILID 003 JILID 004 JILID 005 JILID 006 JILID 007 JILID 008 JILID 009 JILID 010 JILID 011 JILID 012 JILID 013 JILID 014 JILID 015 JILID 016 JILID 017 JILID 018 JILID 019 JILID 020 JILID 021 JILID 022 JILID 023 JILID 024 JILID 025 JILID 026 JILID 027 JILID 028 JILID 029 JILID 030 JILID 031 JILID 032 JILID 033 JILID 034 JILID 035 JILID 036 JILID 037 JILID 038 JILID 039 JILID 040 JILID 041 JILID 042 JILID 043 JILID 044 JILID 045 JILID 046 JILID 047 JILID 048 JILID 049 JILID 050 JILID 051 JILID 052 JILID 053 JILID 054 JILID 055 JILID 056 JILID 057 JILID 058 JILID 059 JILID 060 JILID 061 JILID 062 JILID 063 JILID 064 JILID 065 JILID 066 JILID 067 JILID 068 JILID 069 JILID 070 JILID 071 JILID 072 JILID 073 JILID 074 JILID 075 JILID 076 JILID 077 JILID 078 JILID 079 JILID 080 JILID 081 JILID 082 JILID 083 JILID 084 JILID 085 JILID 086 JILID 087 JILID 088 JILID 089 JILID 090 JILID 091 JILID 092 JILID 093 JILID 094 JILID 095 JILID 096 JILID 097 JILID 098 JILI