RAJAWALI EMAS JILID 105
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Oleh
Epul Saepul Rohman
Kun Hong merasa dadanya mengembung. Mungkin kalau orang lain yang bersikap begini, ia akan merendahkan diri, lahir batin. Akan tetapi terhadap pemuda ini, benar-benar sikapnya membuat ia merasa bangga.
“Betul, Kwa Tin Siong adalah ayahku, karena itu aku hendak menjumpai Paman Tan Beng San di Thai-san.”
Pemuda itu makin panik.
“Jadi kau… kau hendak mengadukan aku kepada… kepada pamanmu itu?”
“Hemm, kau maksud gurumu? Bukankah kau ini anak murid Thai-san-pai dan kau menjadi murid Paman Tan Beng San?”
“Betul,” suara pemuda itu sekarang terdengar perlahan dan lemah, mukanya menunduk. “Kau akan mengadu kepada Suhu tentang apa?”
“Tentang apa? Tentang kesombonganmu, tentang sikapmu terhadap aku, tentang….”
Tanpa terasa Kun Hong mengusap kedua pipinya, seakan-akan masih terasa gaplokan pada pipinya. Pemuda itu mengangkat muka memandang.
“Ah, kau mau mengadukan bahwa aku telah menampar pipimu?”
“Hemmm, mungkin juga. Dan tentang kesombonganmu tidak mau membagi kamar, tentang sikapmu yang takabur. Tak patut kau menjadi murid seorang pendekar perkasa seperti Paman Tan Beng San.”
“Apakah kau pernah bertemu dengan dia?”
“Belum, akan tetapi kalau Paman mendengar bahwa aku anak Kwa Tin Siong, kiraku dia akan percaya.”
Hening sejenak, pemuda itu duduk diatas rumput, tangannya mencabuti rumput, nampak bingung sehingga diam-diam Kun Hong tersenyum dan puas. Rasakan kau sekarang anak manja. Kau ketakutan sekarang! Kemudian pemuda itu mengangkat mukanya memandang Kun Hong, berkata perlahan dan dengan memohon,
“Kuharap kau tidak akan menceritakan hal begini kepada Suhu!”
Kun Hong tersenyum mengejek kepalanya dikedikkan, bukan main girang hatinya akan kemenangan ini.
“Mengapa tidak? Orang seperti kau ini patut diberi hajaran, biar kulihat nanti betapa Paman Tan Beng San akan memaki, mungkin memukulmu. Ha-ha-ha!” Kun Hong membereskan bungkusan, siap untuk melanjutkan perjalanan.
“Kakak yang baik…, jangan kau adukan aku….”
Makin girang hati Kun Hong. Ia mencibirkan bibirnya, membuang muka seperti orang tak peduli. Namun aneh sekali, dadanya berdebar saking girangnya. Huh, baru sekarang kau menyebutku kakak yang baik, pikirnya. Heran bukan main akan dirinya sendiri. Kenapa sekarang kebenciannya terhadap pemuda itu lenyap seperti awan tipis dihembus angin? Akan tetapi mulutnya hanya mendengus,
“Huhh….!”
“Kakak yang baik, aku… aku minta maaf kepadamu. Kalau kau suka, nih… kau boleh tampar pipiku sebagai pembalasan….”
Kun Hong menoleh dan melihat pemuda itu mengajukan mukanya, memberikan pipinya yang putih halus itu untuk ditampar. Kembali ia menjadi heran. Kalau tadinya ia ingin sekali menampar muka bocah ini, sekarang mendadak ia menjadi tidak tega dan penyesalan serta permohonan maaf bocah ini sudah lebih dari cukup, sudah menebus sakit hatinya, habislah yang sudah-sudah, tak teringat lagi.
“Aku bukan orang yang suka menampar muka orang!” Ia masih memaksa diri berkata ketus,
Pemuda itu memandang penuh pertanyaan.
“Jadi… kau masih hendak melaporkan aku….?”
“Hemmm….”
Kun Hong pura-pura merasa ragu, akan tetapi agaknya sinar matanya yang sudah terang dan sama sekali tidak mengandung kemarahan itu dapat dilihat oleh pemuda tadi, buktinya dengan jelas tampak muka yang tampan itu menjadi berseri.
“Twako (Kakak) yang baik, kau benar-benar sudi memaafkan aku? Tidak mendendam lagi?”
“Hemmm, aku bukanlah orang yang suka menaruh dendam dan tentang maaf, eh… sebetulnya, eh… tidak ada apa-apa yang harus dimaafkan.”
Kun Hong memaki dirinya sendiri. Mengapa hati ini begini lemah? Hemm, keenakan benar bocah ini!
Pemuda itu dengan girang lalu menyambar tangan Kun Hong, akan tetapi segera dilepaskannya kembali, seperti sikap seorang anak kecil yang kegirangan akan tetapi malu-malu.
“Ah, Twako yang baik, terima kasih. Kau tentu takkan melaporkan aku kepada… Suhu, bukan?”
Mau tak mau tertawa juga Kun Hong, biarpun tertawa ditahan. Sikap bocah ini mengingatkan ia akan sikap Li Eng. Hemm, setelah dilihat dari dekat, pemuda ini benar-benar masih bocah. Heran sekali, sedemikian tinggi ilmu silatnya.
“Tidak, siapa hendak melapor? Aku bukan seorang yang panjang mulut.”
“Aduh, terima kasih. Kau berjanji?”
“Janji!”
“Sumpah?”
Kun Hong cemberut.
“Janji seorang laki-laki lebih berharga dari nyawa. Selama hidup aku tak pernah bersumpah!”
“Ah, Twako, harap jangan marah. Aku percaya kepadamu!”
Tiba-tiba ia melompat keatas dan kelihatan girang sekali, wajahnya berseri-seri, matanya yang amat tajam itu bersinar-sinar. Kun Hong melongo. Bukan main tampannya anak ini, pikirnya. Tak mungkin orang bisa benci kepadanya. Akan tetapi kenapa sebelum ini ia amat benci, ya amat membencinya sehingga suka ia memukulnya? Ia benar-benar tidak mengerti.
“Eh, kau tadi bilang siapa namamu, Twako?”
“Aku tidak pernah bilang siapa namaku.”
“Ah, ya. Aku yang lupa. Siapa sih namamu, Twako? Kau tentu she Kwa, dan namamu siapa?”
“Hemm, kau lebih muda. Kau harus memperkenalkan lebih dulu.”
Pemuda itu tertawa. Makin tampan wajahnya kalau tertawa.
“Namaku Cui Bi. Nah, sekarang katakan, siapa namamu, Twako?”
“Namaku Kun Hong.”
“Kwa Kun Hong. Hemm, kalau begitu kau kupanggil Hong-ko (Kakak Hong).”
Sejenak mereka diam. Nama pemuda itu tidak menarik perhatian Kun Hong, yang tertarik oleh gerak-gerik pemuda yang lincah jenaka dan gembira ini.
“Hong-ko, kedua orang keponakanmu itu lenyap. Kemanakah mereka?”
“Siapa tahu mereka dimana? Yang menculik mereka adalah Song-bun-kwi, aku mendengar sendiri iblis itu mengaku didepan para pengawal istana. Karena itu aku hendak minta pertolongan Paman Tan Beng San untuk menolong mereka.”
Pemuda itu nampak terkejut sekali.
“Song-bun-kwi….? Ah, sudah kuduga….! Celaka, dia itu lihai sekali… apakah kau betul-betul telah bertemu dengan Song-bun-kwi?”
“Siapa membohong padamu? Aku melihat sendiri Song-bun-kwi mengaku didepan para pengawal istana, di tempat kediaman Ngo-lian-kauw, kemudian Song-bun-kwi dikeroyok oleh para pengawal, dibantu oleh Toat-beng Yok-mo dan Ngo-lian-kauwcu. Song-bun-kwi lari menyeret aku, lalu ia bertemu dengan iblis yang bernama Siauw-ong-kwi, mereka bertempur dan aku lari lalu… bertemu dengan kau.”
Cui Bi pemuda itu menggeleng-geleng kepala, nampak keheranan sekali.
“Aneh, benar, Hong-ko. Kau putera Ketua Hoa-san-pai, tapi tidak pandai silat. Kau tidak pandai silat, akan tetapi bertemu dengan tokoh-tokoh jahat seperti Song-bun-kwi, Toat-beng Yok-mo, Ngo-lian-kauwcu dan lain-lain. Hebat!”
Pemuda ini menggeleng-geleng kepalanya dan mulutnya tiada hentinya mengeluarkan bunyi “ck-ck-ck” tanda bahwa ia benar-benar keheranan.
Kun Hong tiada hentinya memandangi wajah pemuda ini, makin dipandang makin ia kagum. Pemuda ini benar-benar tampan dan lincah. Ah, alangkah cocoknya dengan Li Eng!
“Hong-ko, apakah selama ini kau melakukan perjalanan dengan dua orang keponakanmu itu? Siapa sih mereka itu? Siapa nama mereka? Aku ingin sekali berkenalan dengan mereka.”
Kembali terasa tidak enak di hati Kun Hong. Teringat ia akan sikap pemuda ini yang agaknya mata keranjang! Hemm, perlu diperkenalkan agar pemuda ini tahu anak siapa mereka itu sehingga tidak akan berani main-main.
“Yang seorang bernama Kui Li Eng, anak Paman Kui Lok dan Bibi Thio Bwee. Seorang lagi bernama Thio Hui Cu, anak Paman Thio Ki dan Bibi Lee Giok.”
Wajah Cui Bi makin berseri,
“Kau maksudkan Bibi Lee Giok? Bukankah itu bibi guruku, murid dari Sukong Cia Hui Gan?”
“Betul, karena itu kau tidak boleh main-main.”
Cui Bi mengerling dan memainkan bibirnya, setengah tersenyum ketika ia berkata, agaknya sengaja memanas-manasi hati,
“Hong-ko, apakah… apakah mereka itu… eh, cantik jelita?”
Merah wajah Kun Hong dan kembali hatinya tak sedap rasanya. Ia memandang tajam dan membentak,
“Kau tanya-tanya mau apa sih?”
Cui Bi tertawa.
“Ah, tanya saja apa salahnya? Hong-ko, kau mengadakan perjalanan bertiga saja dengan mereka. Hemmm, senang sekali, ya?”
“Kau bilang apa??” Kun Hong mendelik marah.
“Hissss, jangan marah, Twako. Aku hanya main-main. Kok gampang sekali marah. Pemarah benar kau, ya?”
“Siapa suruh kau bercakap-cakap tidak karuan?”
“Twako, bukanlah menggirangkan hati kalau mendengar bahwa aku mempunyai saudara-saudara seperguruan? Mareka itu, apalagi… Nona Hui Cu. itu, terhitung masih saudara seperguruanku karena iapun cucu murid dari kakek guruku, bukan? Nah, sudah sepatutnya kalau aku ingin mendengar tentang diri rnereka. Katakanlah, apakah mereka itu cantik? Bagaimana kepandaian mereka?”
Diam-diam Kun Hong harus membenarkan kata-kata ini. Pula, bocah masih sebegini kecil, masih kekanak-kanakan, masa mempunyai pikiran yang bukan-bukan?
“Tunggu saja, kalau kau sudah bertemu dengan Li Eng. Hemmm, pasti kau takkan bisa bicara main-main. Kau akan kalah bicara dengan dia.”
“Cantik benarkah dia?”
“Cantik, seperti bidadari, seperti… Seperti bunga mawar hutan.”
Cui Bi tertawa geli.
“Aha, kiranya kau amat romantis, Twako. Pandai mengambil perumpamaan. Mengapa kau bilang dia seperti bunga mawar hutan?”
Merah wajah Kun Hong. Bocah ini benar-benar menggemaskan, kadang-kadang kalah ia bicara dengannya, selalu kena goda. Benar-benar harus bertemu dengan Li Eng, baru tahu rasa kau, pikirnya.
“Dia tidak hanya cantik, tapi jenaka, gembira, lincah dan pandai bicara, sifat-sifat liar menarik yang ada pada bunga mawar hutan.”
“Aih-aih… hebat sekali. Dan kepandaiannya?”
Next>>
Postingan populer dari blog ini
RAJA PEDANG (BAGIAN PERTAMA SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
JILID 01 JILID 02 JILID 03 JILID 04 JILID 05 JILID 06 JILID 07 JILID 08 JILID 09 JILID 10 JILID 11 JILID 12 JILID 13 JILID 14 JILID 15 JILID 16 JILID 17 JILID 18 JILID 19 JILID 20 JILID 21 JILID 22 JILID 23 JILID 24 JILID 25 JILID 26 JILID 27 JILID 28 JILID 29 JILID 30 JILID 31 JILID 32 JILID 33 JILID 34 JILID 35 JILID 36 JILID 37 JILID 38 JILID 39 JILID 40 JILID 41 JILID 42 JILID 43 JILID 44 JILID 45 JILID 46 JILID 47 JILID 48 JILID 49 JILID 50 JILID 51 JILID 52 JILID 53 JILID 54 JILID 55 JILID 56 JILID 57 JILID 58 JILID 59 JILID 60 JILID 61 JILID 62 JILID 63 JILID 64 JILID 65 JILID 66 JILID 67 JILID 68 JILID 69 JILID 70 JILID 71 JILID 72 JILID 73 JILID 74 JILID 75 JILID 76 JILID 77 JILID 78 JILID 79 JILID 80 JILID 81 JILID 82 JILID 83 JILID 84 JILID 85 JILID 86 JILID 87 JILID 88 JILID 89 JILID 90 JILID 91 JILID 92 JILID 93 JILID 94 JILID 95 JILID 96 JILID 97 JILID 98 JILID 99 JILID 100 JILID 101 J
RAJAWALI EMAS (BAGIAN KE-2 SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
SERI SEBELUMNY JILID 001 JILID 002 JILID 003 JILID 004 JILID 005 JILID 006 JILID 007 JILID 008 JILID 009 JILID 010 JILID 011 JILID 012 JILID 013 JILID 014 JILID 015 JILID 016 JILID 017 JILID 018 JILID 019 JILID 020 JILID 021 JILID 022 JILID 023 JILID 024 JILID 025 JILID 026 JILID 027 JILID 028 JILID 029 JILID 030 JILID 031 JILID 032 JILID 033 JILID 034 JILID 035 JILID 036 JILID 037 JILID 038 JILID 039 JILID 040 JILID 041 JILID 042 JILID 043 JILID 044 JILID 045 JILID 046 JILID 047 JILID 048 JILID 049 JILID 050 JILID 051 JILID 052 JILID 053 JILID 054 JILID 055 JILID 056 JILID 057 JILID 058 JILID 059 JILID 060 JILID 061 JILID 062 JILID 063 JILID 064 JILID 065 JILID 066 JILID 067 JILID 068 JILID 069 JILID 070 JILID 071 JILID 072 JILID 073 JILID 074 JILID 075 JILID 076 JILID 077 JILID 078 JILID 079 JILID 080 JILID 081 JILID 082 JILID 083 JILID 084 JILID 085 JILID 086 JILID 087 JILID 088 JILID 089 JILI
JAKA LOLA (BAGIAN KE-4 SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
SERI SEBELUMNYA JILID 001 JILID 002 JILID 003 JILID 004 JILID 005 JILID 006 JILID 007 JILID 008 JILID 009 JILID 010 JILID 011 JILID 012 JILID 013 JILID 014 JILID 015 JILID 016 JILID 017 JILID 018 JILID 019 JILID 020 JILID 021 JILID 022 JILID 023 JILID 024 JILID 025 JILID 026 JILID 027 JILID 028 JILID 029 JILID 030 JILID 031 JILID 032 JILID 033 JILID 034 JILID 035 JILID 036 JILID 037 JILID 038 JILID 039 JILID 040 JILID 041 JILID 042 JILID 043 JILID 044 JILID 045 JILID 046 JILID 047 JILID 048 JILID 049 JILID 050 JILID 051 JILID 052 JILID 053 JILID 054 JILID 055 JILID 056 JILID 057 JILID 058 JILID 059 JILID 060 JILID 061 JILID 062 JILID 063 JILID 064 JILID 065 JILID 066 JILID 067 JILID 068 JILID 069 JILID 070 JILID 071 JILID 072 JILID 073 JILID 074 JILID 075 JILID 076 JILID 077 JILID 078 JILID 079 JILID 080 JILID 081 JILID 082 JILID 083 JILID 084 JILID 085 JILID 086 JILID 087 JILID 088 JILID 089 JILID 090 JILID 091 JILID 092 JILID 093 JILID 094 JILID 095 JILID 096 JILID 097 JILID 098 JILI