RAJAWALI EMAS JILID 037
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Oleh
Epul Saepul Rohman
Li Cu mendapat angin. Pedangnya bergerak cepat dan robohlah Thio Ek Sui sambil menjerit keras. Dadanya tertembus Liong-cu-kiam, Kiang Hun menjadi gugup sehingga kembali pedang Liong-cu-kiam menyerempet pundaknya. Ia memekik dan meloncat hendak lari, tetapi dari belakangnya menyambar dua batang tombak anggauta Pek-lian-pai sehingga Kiang Hun juga roboh binasa.
Dengan tambangnya Beng San menghadapi Lui Cai yang mengamuk mati-matian, dibantu oleh Hek-hwa Kui-bo. Sedikit saja Lui Cai terlambat bergerak, jalan darahnya di dada telah disentuh oleh ujung tambang itu. Ia roboh lemas dan kembali pedang Liong-cu-kiam di tangan Li Cu bekerja, menamatkan riwayat kepala Ho-hai Sam-ong ini.
“Nona Cia, awas….!”
Beng San cepat meniup dengan mulutnya ke depan, malah mengebut-ngebutkan kedua tangan untuk mengusir asap beracun berwarna merah. Namun terlambat, Hek-hwa Kui-bo tadi dengan cepatnya mengebutkan saputangannya dan asap kemerahan menyambar ke depan, ke arah Li Cu.
Gadis ini baru saja menewaskan Lui Cai dan kurang waspada. Biarpun ia sudah mengelak karena seruan Beng San, namun masih ada asap yang memasuki hidungnya. Ia mengeluh, terhuyung-huyung dan pedangnya terlepas dari pegangan.
Beng San cepat memeluk dan memondongnya sambil menyambar Liong-cu-kiam. Ia masih melihat Hek-hwa Kui-bo menyambar tangan muridnya melarikan diri diantara banyak orang yang bertempur.
Bengsan tidak peduli lagi. Yang paling perlu Li Cu harus dibawa pergi dari tempat berbahaya itu. Sekali meloncat ia sudah lolos dari kepungan musuh, lalu mengerjakan kakinya untuk merobohkan setiap orang penghalang, langsung ia membawa Li Cu ke tempat sunyi di lain bagian dari hutan itu.
Di bawah sebatang pohon besar yang amat sunyi di dalam hutan itu, Beng San cepat menurunkan Li Cu dan memeriksanya. Sedikit banyak dia telah mempelajari ilmu pengobatan dari mertuanya, Song-bun-kwi Kwee Lun, terutama mengenai akibat senjata beracun.
Ketika ia menurunkan tubuh Li Cu dan melihat muka gadis itu, ia kaget bukan main. Wajah Li Cu sepucat salju dan napasnya sesak hampir berhenti. Dari mulut yang terengah-engah itu tercium bau wangi yang memuakkan, yaitu bau racun asap kemerahan yang tadi kena tersedot oleh gadis ini.
Beng San memutar otak. Menurut keterangan dari mertuanya, mengobati akibat dari keracunan hanya dua macam, pertama memasukkan racun yang berlawanan atau obat penawar ke dalam tubuh si sakit untuk memerangi racun itu. Kedua, mengeluarkan racun dari tubuh si sakit.
Kalau Li Cu terluka oleh senjata beracun, ia dapat mengeluarkan racun itu dengan menyedot lukanya sehingga racun yang sudah bercampur dengan darah itu dapat tersedot keluar. Adapun Li Cu terserang racun bukan melalui luka, melainkan racun itu langsung memasuki paru-parunya melalui mulut, bagaimana ia akan dapat mengeluarkan racun dari dalam paru-paru?
Dalam bingungnya karena baru pertama kali ini menghadapi orang keracunan oleh racun asap, Beng San dapat mengambil keputusan. Ia merasa yakin bahwa satu-satunya jalan untuk menolong gadis itu adalah mengeluarkan asap yang masuk ke dalam paru-parunya.
Beng San maklum pula atau dapat menduga bahwa cara pertolongan ini amat berbahaya bagi dirinya sendiri. Akan tetapi pada saat itu ia tidak mempedulikan keselamatan diri sendiri. Untuk menolong orang, terutama orang seperti Li Cu ini, ia tidak perlu takut-takut mengorbankan diri sendiri!
Ketika ia sudah mengambii keputusan ini dan hendak mulai dengan usaha pertolongannya, tiba-tiba mukanya menjadi kehijauan karena ia merasa jengah dan malu. Akan tetapi ia mengeraskan hatinya. Pada saat nyawa Li Cu terancam bahaya seperti itu, ia tidak perlu ingat lagi akan tata susila kosong dan akan hukum adat yang berlaku mengenai kesopanan antara pria dan wanita.
Cepat ia mengangkat kepala Li Cu, lalu tanpa ragu-ragu ia membuka mulut gadis itu dengan jari tangannya. Kemudian ia menunduk dan menempelkan mulutnya sendiri pada mulut Li Cu lalu ia menyedot dengan pengerahan tenaga khi-kang sekuatnya!

Beng San merasa betapa hawa yang dingin seperti es memasuki rongga dadanya. Tubuhnya menggigil dan cepat ia melepaskan mulutnya, perlahan-lahan menurunkan kepala gadis itu dan ia lalu duduk bersila, mengerahkan hawa murni dalam tubuhnya, menyalurkan Iwee-kangnya untuk melawan hawa dingin di rongga dada itu.
Hawa Thai-yang di dalam tubuhnya segera bekerja. Dari pusarnya naik hawa panas seperti api membara, terus hawa panas ini ia desak ke atas, menyerbu ke rongga dada dan menghantam hawa dingin yang tadi memasuki dadanya melalui mulut Li Cu.
Terjadinya perang tanding antara kedua hawa ini, akan tetapi tenaga dalam dan hawa Thai-yang di tubuh Beng San memang mujijat sekali. Dengan hati lega orang muda itu merasa betapa perlahan-lahan tapi tentu hawa dingin itu buyar dan lenyap.
Setelah hawa dingin didalam rongga dadanya itu lenyap, ia membuka mata. Li Cu masih belum sadar dan napasnya masih terengah-engah biarpun tidak seberat tadi. Ia kembali menempelkan mulutnya pada mulut Li Cu dan menyedot lagi.
Seperti tadi, hawa dingin memasuki dadanya, tapi sebentar saja buyar dihantam tenaga Thai-yang. Girang hati Beng San. Tubuh gadis yang tadinya sudah dingin itu sekarang agak hangat dan ketika ia menyedot untuk ke empat kalinya, ia merasa betapa tubuh Li Cu bergerak sedikit.
Kalau saja Beng San tahu bahwa pada saat itu Li Cu sudah setengah sadar, sudah pasti ia akan cepat-cepat melepaskan mulutnya yang menyedot! Di lain pihak, Li Cu yang mulai sadar, seolah-olah dalam mimpi. Hampir ia tak dapat percaya akan pandangan mata dan perasaan tubuhnya sendiri. Benarkah orang itu Beng San? Dan benarkah Beng San melakukan perbuatan seperti ini terhadap dirinya? Saking kaget, malu, ngeri dan marah, Li Cu pingsan kembali, bukan pingsan karena pengaruh racun asap, melainkan pingsan karena hantaman perasaannya melihat perbuatan Beng San terhadap dirinya!
Ketika Li Cu siuman kembali, ia membelalakkan kedua matanya. Ia melihat betapa muka Beng San sudah mendekati mukanya dan dalam anggapannya Beng San sedang berbuat kurang ajar dan hendak “menciumnya” lagi. Di samping pemandangan yang mengagetkan ini, ia melihat hal lain yang membuat ia cepat menjerit sambil mendorong tubuh Beng San sekuat tenaga.
Tubuh Beng San terpental dan Li Cu merasa betapa tenaga dorongannya tadi mendatangkan rasa dingin yang menyakitkan di dadanya. Dan pada saat itu juga, ia mencoba untuk mengelak dengan menggulingkan tubuhnya, namun tetap saja pukulan yang datang itu mengenai pundaknya, membuat tubuhnya terpental lebih jauh daripada Beng San!
Terdengar suara orang menggereng seperti binatang buas, gerengan orang yang tadi memukul. Pukulan itu sebetulnya ditujukan ke arah punggung Beng San. Baiknya pada saat itu Li Cu siuman dan pukulan orang inilah yang membuat ia menjerit dan mendorong tubuh Beng San, malah pukulan itu setelah tidak mengenai tubuh Beng San, malah mengenai dirinya sendiri.
Beng San melompat bangun dengan kaget sekali. Tadi seluruh perhatiannya ia tujukan untuk mengobati Li Cu sehingga kesadaran gadis itupun tidak diketahuinya. Maka kedatangan orang yang menyerangnya secara diam-diam itupun sama sekali tidak ia ketahui.
Kini ia merasa kaget sekali setelah tadi tubuhnya didorong ke pinggir oleh Li Cu, kaget bukan main karena ia melihat ayah mertuanya, Song-bun-kwi Kwee Lun sudah berdiri di depannya seperti seorang iblis mengerikan.
Pakaian ayah mertuanya yang semenjak ia ikut ke Min-san dahulu sudah menjadi biasa seperti seorang kakek petani, sekarang ia lihat kembali seperti dulu lagi, yaitu pakaian putih, pakaian berkabung! Anehnya lagi di dada kakek ini tergantung seorang bayi dalam gendongannya, bayi yang nampaknya tidur nyenyak.
“Gak-hu (Ayah Mertua)….”
“Bangsat! Laki-laki mata keranjang, kau meninggalkan isteri untuk main gila dengan perempuan lain?” bentak Song-bun-kwi Kwee Lun dengan kemarahan meluap-luap.
“Tidak… tidak demikian…. Gak-hu, harap jangan salah sangka….! Dia telah menyedot racun Ngo-hwa dari Hek-hwa Kui-bo… aku berusaha menyedot keluar racun itu dan….”
Song-bun-kwi menggereng lagi.
“Apapun juga alasanmu, anakku tak dapat hidup lagi!”
Mendadak ia menyerang dengan hebatnya, menghantam kepala mantunya itu. Semenjak dahulu Beng San memang tidak suka kepada Song-bun-kwi yang memang pernah hidup sebagai seorang yang keji. Malah beberapa kali sudah Beng San hampir dibunuhnya di waktu pemuda ini masih kecil (baca Raja Pedang).
Sekarangpun ia menjadi marah karena disangka yang bukan-bukan oleh mertuanya ini dan malah sekarang ia diserang dengan pukulan maut. Akan tetapi ketika ia mendengar kalimat terakhir “anakku tak dapat hidup lagi”, ia merasa matanya gelap dan serasa jantungnya berhenti berdetik.
“Apa katamu?” bentaknya dan tangannya menangkis tangkisan ini hebat, membuat tubuh Song-bun-kwi seketika terpental ke belakang dan hampir roboh!
Teringat kepandalan Beng San memang sudah hebat sekali dan Song-bun-kwi maklum bahwa ia tidak akan mampu mengalahkan mantunya. Maka ia menyeringai keji dan berkata penuh geram.
“Kau pembunuh anakku, lain kali aku pasti akan mencarimu mengadu nyawa!” setelah berkata demikian kakek ini menggereng dan lari cepat sekali membawa bayi dalam gendongannya.
Untuk sesaat Beng San berdiri dengan muka berubah hijau karena hatinya gelisah bukan main. Kemudian ia teringat akan bayi di gendongan mertuanya itu. Ia menghitung-hitung dalam benaknya dan teringat bahwa sudah lewat beberapa bulan sejak waktu kandungan isterinya tiba saatnya dilahirkan. Anak itu tadi…..? Apa yang terjadi? Tiba-tiba seperti orang gila Beng San memekik.
“Bi Goat….!” Dan tubuhnya melesat seperti seekor burung terbang, pergi dari tempat itu.
Sementara itu, terjadi keanehan pada diri Li Cu. Seperti dituturkan di atas tadi, setelah mendorong tubuh Beng San ke samping, pukulan yang dilakukan oleh Song-bun-kwi mengenai pundak Li Cu yang membuat tubuh Li Cu terlempar.
Pukulan itu bukan pukulan biasa, karena tadi Song-bun-kwi sengaja melakukan pukulan dari Ilmu Yang-sin-hoat untuk membunuh Beng San. Pukulan itu mengandung hawa Yang-kang yang amat kuat. Dan biarpun sudah dielakkan oleh Li Cu, pukulan itu mengenai pundaknya dan terasalah hawa yang luar biasa panasnya menjalari tubuhnya.
Dan hawa panas ini lalu bertemu dengan sisa hawa dingin yang masih mengeram di tubuhnya, yang masih belum disedot keluar oleh Beng San. Dua hawa dahsyat ini bertemu dan… buyarlah keduanya. Pukulan maut dari Song-bun-kwi tadi malah menyembuhkan sama sekali penderitaan Li Cu akibat racun asap Hek-hwa Kui-bo!
Tadinya hati Li Cu penuh dengan kemarahan dan ia menganggap bahwa Beng San sudah berlaku jahat dan kurang ajar kepadanya, sudah menciuminya di waktu ia pingsan! Bukan main sakit hatinya pada saat itu.
Akan tetapi setelah ia mendengar pengakuan Beng San kepada Song-bun-kwi tadi bahwa perbuatannya itu adalah usaha menolongnya dari bahaya maut, tak terasa pula air matanya jatuh berderai dan ia terisak-isak.
Hatinya terharu bukan main. Sudah terlalu sering ia menyangka Beng San sebagai orang jahat, sebagai laki-laki kurang ajar, laki-laki mata keranjang. Dan ternyata ia telah menuduh yang bukan-bukan, telah memasukkan fitnah terhadap diri Beng San ke dalam pikirannya. Padahal sudah berkali-kali Beng San menolongnya, menolong keselamatan nyawanya dengan hati tulus iklas. Apalagi ketika ia melihat keadaan Beng San hatinya ikut hancur.
Next>>
Postingan populer dari blog ini
RAJA PEDANG (BAGIAN PERTAMA SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
JILID 01 JILID 02 JILID 03 JILID 04 JILID 05 JILID 06 JILID 07 JILID 08 JILID 09 JILID 10 JILID 11 JILID 12 JILID 13 JILID 14 JILID 15 JILID 16 JILID 17 JILID 18 JILID 19 JILID 20 JILID 21 JILID 22 JILID 23 JILID 24 JILID 25 JILID 26 JILID 27 JILID 28 JILID 29 JILID 30 JILID 31 JILID 32 JILID 33 JILID 34 JILID 35 JILID 36 JILID 37 JILID 38 JILID 39 JILID 40 JILID 41 JILID 42 JILID 43 JILID 44 JILID 45 JILID 46 JILID 47 JILID 48 JILID 49 JILID 50 JILID 51 JILID 52 JILID 53 JILID 54 JILID 55 JILID 56 JILID 57 JILID 58 JILID 59 JILID 60 JILID 61 JILID 62 JILID 63 JILID 64 JILID 65 JILID 66 JILID 67 JILID 68 JILID 69 JILID 70 JILID 71 JILID 72 JILID 73 JILID 74 JILID 75 JILID 76 JILID 77 JILID 78 JILID 79 JILID 80 JILID 81 JILID 82 JILID 83 JILID 84 JILID 85 JILID 86 JILID 87 JILID 88 JILID 89 JILID 90 JILID 91 JILID 92 JILID 93 JILID 94 JILID 95 JILID 96 JILID 97 JILID 98 JILID 99 JILID 100 JILID 101 J
RAJAWALI EMAS (BAGIAN KE-2 SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
SERI SEBELUMNY JILID 001 JILID 002 JILID 003 JILID 004 JILID 005 JILID 006 JILID 007 JILID 008 JILID 009 JILID 010 JILID 011 JILID 012 JILID 013 JILID 014 JILID 015 JILID 016 JILID 017 JILID 018 JILID 019 JILID 020 JILID 021 JILID 022 JILID 023 JILID 024 JILID 025 JILID 026 JILID 027 JILID 028 JILID 029 JILID 030 JILID 031 JILID 032 JILID 033 JILID 034 JILID 035 JILID 036 JILID 037 JILID 038 JILID 039 JILID 040 JILID 041 JILID 042 JILID 043 JILID 044 JILID 045 JILID 046 JILID 047 JILID 048 JILID 049 JILID 050 JILID 051 JILID 052 JILID 053 JILID 054 JILID 055 JILID 056 JILID 057 JILID 058 JILID 059 JILID 060 JILID 061 JILID 062 JILID 063 JILID 064 JILID 065 JILID 066 JILID 067 JILID 068 JILID 069 JILID 070 JILID 071 JILID 072 JILID 073 JILID 074 JILID 075 JILID 076 JILID 077 JILID 078 JILID 079 JILID 080 JILID 081 JILID 082 JILID 083 JILID 084 JILID 085 JILID 086 JILID 087 JILID 088 JILID 089 JILI
JAKA LOLA (BAGIAN KE-4 SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
SERI SEBELUMNYA JILID 001 JILID 002 JILID 003 JILID 004 JILID 005 JILID 006 JILID 007 JILID 008 JILID 009 JILID 010 JILID 011 JILID 012 JILID 013 JILID 014 JILID 015 JILID 016 JILID 017 JILID 018 JILID 019 JILID 020 JILID 021 JILID 022 JILID 023 JILID 024 JILID 025 JILID 026 JILID 027 JILID 028 JILID 029 JILID 030 JILID 031 JILID 032 JILID 033 JILID 034 JILID 035 JILID 036 JILID 037 JILID 038 JILID 039 JILID 040 JILID 041 JILID 042 JILID 043 JILID 044 JILID 045 JILID 046 JILID 047 JILID 048 JILID 049 JILID 050 JILID 051 JILID 052 JILID 053 JILID 054 JILID 055 JILID 056 JILID 057 JILID 058 JILID 059 JILID 060 JILID 061 JILID 062 JILID 063 JILID 064 JILID 065 JILID 066 JILID 067 JILID 068 JILID 069 JILID 070 JILID 071 JILID 072 JILID 073 JILID 074 JILID 075 JILID 076 JILID 077 JILID 078 JILID 079 JILID 080 JILID 081 JILID 082 JILID 083 JILID 084 JILID 085 JILID 086 JILID 087 JILID 088 JILID 089 JILID 090 JILID 091 JILID 092 JILID 093 JILID 094 JILID 095 JILID 096 JILID 097 JILID 098 JILI