JAKA LOLA JILID 056
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Oleh
Epul Saepul Rohman
Diantara mereka yang belum pernah ia temui adalah Kwa Swan Bu inilah. Tentu saja ia sudah sering kali mendengar ayah bundanya memuji-muji Kwa Kun Hong Si Pendekar Buta yang sakti. Oleh karena itu, ia dapat menduga bahwa putera Pendekar Buta tentu lihai pula dan ternyata sekarang secara kebetulan sekali ia dapat menyaksikan sendiri kepandaian putera Pendekar Buta itu!
Akan tetapi ketika menyaksikan betapa lihainya tiga orang yang mengeroyok Swan Bu, ditambah lagi banyak anak buah Ang-hwa-pai maju dari belakang mencari kesempatan untuk mengirim serangan menggelap, ia tidak dapat tinggal diam lebih lama lagi. Dengan pedang Oie-kong-kiam di tangan ia menerjang sambil membentak nyaring dan akibatnya tiga orang anak buah Ang-hwa-pai roboh oleh sinar pedangnya!
Sekilas pandang ia melihat betapa Swan Bu menoleh kepadanya dan memandang dengan sinar mata penuh keheranan dan juga kaget karena agaknya pemuda itu mengenalnya dari pertemuan di depan losmen tadi. Sedetik wajah yang cantik itu menjadi merah, jantungnya berdebar dan untuk menguasai rasa jengah ini Lee Si segera memperkenalkan diri,
“Kita masih orang sendiri, aku Tan Lee Si, ayahku ketua di Min-san!”
Kaget dan girang bukan main hati Swan Bu. Tentu saja dia sudah mendengar nama ini dari ayah bundanya. Kiranya masih saudara sendiri. Saudara? Sebetulnya bukan apa-apa. Hanya ayahnya masih terhitung paman guru ibu Lee Si, sungguhpun usia mereka sebaya. Sebaliknya, ayahnya sebagai orang yang pernah menerima pelajaran dari Raja Pedang kakek gadis ini, masih terhitung paman guru gadis ini sendiri!
“Bagus!” Swan Bu berseru gembira, bukan karena mendapat bantuan melainkan karena mendapat kenyataan bahwa gadis yang tadi membuat hatinya berdenyut aneh ketika dia melihatnya di depan losmen itu kiranya bukanlah orang lain! “Mari kita basmi kawanan penjahat ini”
Akan tetapi pada saat itu Siu Bi sudah melompat dengan gerakan gesit sekali, pedangnya mendahuluinya merupakan sinar kehitaman. Dengan pedang melintang di depan dada Siu Bi menghadapi Lee Si, sejenak pandang matanya menjelajahi gadis Min-san itu dari atas sampai ke bawah, lalu terdengar dia membentak,”
“Kau tidak suka akan keroyokan, akupun membenci keroyokan. Hayo sekarang kita sama-sama muda, sama-sama wanita, tanpa keroyokan, kita mengadu kepandaian!”
Lee Si tadi sudah melihat sikap Siu Bi dan biarpun ia dapat menduga bahwa gadis ini berbeda dengan orang-orang yang lain, namun tetap saja merupakan musuh dan tentu bukan seorang gadis baik-baik. Akan tetapi karena ia tidak mempunyai permusuhan dengan Siu Bi, juga bahwa ia hanya mau bertanding untuk membantu Swan Bu yang dikeroyok, maka, ia merasa ragu-ragu untuk melayani gadis cantik yang pedangnya bersinar hitam itu.
“Perempuan liar, diantara kita tidak ada permusuhan, perlu apa aku melayani kau?”
Dimaki perempuan liar, tentu saja Siu Bi seketika menjadi naik darah!
“Kau yang liar, kau yang buas, kau ganas! Siapa saja yang menjadi sahabat atau keluarga dia itu adalah musuhku. Sambut pedangku!”
Dengan gerakan yang amat lincah dan kuat Siu Bi sudah menerjang maju, didahului gulungan sinar hitam pedangnya.
Tentu saja Lee Si juga cepat mengangkat pedangnya menangkis dan beberapa menit kemudian kedua orang gadis yang sama lincahnya ini sudah lenyap bayangannya, terbungkus oleh gulungan sinar pedang hitam dan kuning yang saling libat, saling dorong dan saling tekan.
Selain menegangkan, juga amat indah dipandang pertandingan antara kedua orang dara remaja yang sama gesitnya ini. Akan tetapi Lee Si segera menjadi kaget sekali ketika beberapa kali tangan kiri Siu Bi melancarkan pukulan Hek-in-kang yang amat kuat sehingga Lee Si menjadi sibuk mengelak karena maklum bahwa pukulan itu adalah semacam pukulan jarak jauh yang amat berbahaya.
Tahulah ia bahwa lawannya ini memiliki kepandaian yang tinggi lagi jahat maka ia berlaku sangat hati-hati mainkan bagian-bagian Hoa-san Kiam-sut untuk mempertahankan diri serta bagian Yang-sin Kiam-sut untuk balas menyerang. Sayangnya bahwa penggabungan-penggabungan kedua ilmu pedang itu belum sempurna benar sehingga untuk melayani Cui-beng Kiam-sut dan Hek-in-kang yang memang luar biasa itu ia merasa terdesak hebat.
Memang boleh diakui bahwa ilmu silat yang dipelajari Lee Si merupakan ilmu silat golongan bersih, karena itu dasarnya lebih kuat dan sifatnya tidaklah liar seperti ilmu silat yang dimiliki Siu Bi. Akan tetapi oleh karena memang tingkat kepandaian Hek Lojin jauh lebih tinggi daripada tingkat kepandaian Tan Kong Bu dan isterinya, maka tentu saja tingkat Siu Bi juga lebih tinggi daripada tingkat Lee Si.
Kalau saja Siu Bi tidak memiliki Ilmu Hek-in-kang dan hanya mengandalkan Cui-beng kiam-sut, agaknya Lee Si masih sanggup mempertahankan diri. Akan tetapi sekarang Siu Bi mendesaknya dengan Hek-in-kang yang membuat ia sibuk sekali, harus melompat kesana kemari mengelak daripada sambaran uap hitam itu, ditambah lagi harus menghadapi sinar pedang hitam yang mengurung dirinya dan menutup semua jalan keluar!
Sementara itu, pertempuran antara Swan Bu dan para pengeroyoknya juga berjalan amat seru. Kini tidak ada anak buah Ang-hwa-pai yang berani maju, mereka hanya berjaga-jaga saja karena setiap kali ada yang maju, baru segebrakan saja tentu roboh mandi darah disambar sinar pedang putih di tangan Swan Bu.
Akan tetapi biarpun pengeroyoknya hanya tiga orang, namun ketiganya adalah ahli-ahli silat kelas tinggi yang memiliki ilmu kepandaian hebat. Swan Bu memang mewarisi kesaktian ayah bundanya, akan tetapi dia kurang pengalaman bertempur. Andaikata ayahnya berada disitu, tanpa turun tangan membantunya, hanya dengan nasihat-nasihat saja sudah pasti dia akan dapat menangkan pertandingan ini.
Karena kekurangan pengalaman inilah dia kekurangan taktik sehingga kurang dapat menangkap dengan cepat kelemahan-kelemahan lawan dan terlampau hati-hati menjaga diri sehingga biarpun pertahanannya rapat sekali, namun daya serangannya kurang kuat dan kurang berhasil. Apalagi ketika dengan sudut matanya dia dapat melihat betapa Lee Si telah terdesak hebat oleh sinar hitam pedang Siu Bi, hatinya menjadi gelisah sekali.
Pada saat itu terdengar suara ketawa aneh dan muncullah dua orang kakek, yang seorang tinggi jangkung yang seorang lagi pendek.
“Heh-heh-heh, sudah ada pesta keramaian disini!” kata si jangkung dengan suaranya yang aneh dan asing.
“Suheng!!”
Ang-hwa Nio-nio berseru girang sekali ketika mengenal kakek tinggi jangkung itu, yang bukan lain orang adalah Maharsi pendeta dari barat. Adapun si pendek itu. adalah Bo Wi Sian Jin!
“Bantulah kami menangkap dua bocah setan ini!”.
“Heh-heh-heh, Sianjin. Ini Sumoi (Adik Seperguruan). Kau tangkaplah yang betina, biar aku tangkap yang jantan!”
Setelah berkata demikian, Maharsi melangkah panjang ke dalam pertempuran, tangannya mencengkeram dan kagetlah Swan Bu ketika tiba-tiba ada angin keras menyambar dari atas dan tahu-tahu lengan yang panjang itu mengancamnya. Cepat pedangnya dikibaskan keatas untuk membuat buntung lengan itu.
“Wah, boleh juga!”
Maharsi memuji. Perlu diketahui bahwa Ilmu Silat Pai-san-jiu dari pendeta barat yang tinggi ini, seperti juga Ilmu Katak Sakti dari Bo Wi Sianjin, merupakan ilmu pukulan sakti yang mengandung sinkang tingkat tinggi sehingga pukulan-pukulan dari kedua ilmu silat ini tidak perlu menyentuh tubuh lawan, dari Jauh saja sudah cukup kuat untuk merobohkan lawan yang biasa. Akan tetapi pemuda itu bukan saja tidak terpengaruh banyak oleh sambaran hawa pukulannya, malah masih dapat membabat dengan pedangnya yang cukup berbahaya. Karena inilah Maharsi memuji.
Akan tetapi sambil menarik kembali lengannya, pendeta Jangkung ini sudah mengirim serangan bertubi-tubi, susul-menyusul dan angin pukulannya menderu-deru seperti angin taufan mengamuk.
Swan Bu benar-benar kaget sekali. Maklumlah dia bahwa si jangkung ini benar-benar amat berbahaya. Apalagi pada saat itu, Ang-hwa Nio-nio, Ouwyang Lam dan Ang Mo-ko masih terus menerjangnya dengan sengit, maka pemuda Liong-thouw-san ini benar-benar berada dalam keadaan yang amat berbahaya.
Adapun Lee Si yang menghadapi Siu Bi dan terdesak hebat, tiba-tiba melihat munculnya seorang kakek pendek yang serta merta menggerakkan tangan menyelonong maju dan menerjang Siu Bi dengan pukulan-pukulan dan dorongan-dorongan kuat, dibarengi suara ketawanya terbahak-bahak.
Kakek ini adalah Bo Wi Sianjin yang memandang rendah lawan karenanya dia tidak menggunakan Pukulan Katak Sakti, melainkan mendesak dengan pukulan-pukulan Jarak jauh biasa. Akan tetapi dia salah kira dan bukan menyerang Lee Si, malah menerjang Siu Bi.
“Eh-eh-eh, Locianpwe, bukan dia musuh kita. Yang seorang lagi…..!” seru Ouwyang Lam kaget sambil melompat mendekati, meninggalkan Swan Bu yang kini sudah terdesak hebat itu.
“Hah? Yang mana?” Bo Wi Sianjin menghentikan serangannya, tertegun dan bingung.
Sementara itu, Siu Bi marah sekali. la tadi sedang mendesak Lee Si, sama sekali tidak membutuhkan bantuan karena ia berada di fihak unggul, maka majunya kakek itu baginya merupakan gangguan yang menjengkelkan.
“Aku tidak butuh bantuan! Mundur!!” serunya dan pedangnya dikerjakan lebih hebat.
Lee Si yang maklum bahwa dirinya tak dapat tertolong lagi kalau ada orang lain maju mengeroyok, menjadi gugup dan sebuah pukulan Hek-in-kang dari Siu Bi tak dapat ia hindarkan, mengenai pundaknya dan ia terhuyung-huyung. Kesempatan baik ini dipergunakan oleh Siu Bi untuk menyapu kaki Lee Si sehingga gadis ini roboh dan sebuah totokan membuatnya lemas tak dapat bergerak lagi.
Swan Bu yang sudah terdesak hebat, melihat robohnya Lee Si, menjadi marah sekali.
“Keparat, lepaskan dia!”
Postingan populer dari blog ini
RAJA PEDANG (BAGIAN PERTAMA SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
JILID 01 JILID 02 JILID 03 JILID 04 JILID 05 JILID 06 JILID 07 JILID 08 JILID 09 JILID 10 JILID 11 JILID 12 JILID 13 JILID 14 JILID 15 JILID 16 JILID 17 JILID 18 JILID 19 JILID 20 JILID 21 JILID 22 JILID 23 JILID 24 JILID 25 JILID 26 JILID 27 JILID 28 JILID 29 JILID 30 JILID 31 JILID 32 JILID 33 JILID 34 JILID 35 JILID 36 JILID 37 JILID 38 JILID 39 JILID 40 JILID 41 JILID 42 JILID 43 JILID 44 JILID 45 JILID 46 JILID 47 JILID 48 JILID 49 JILID 50 JILID 51 JILID 52 JILID 53 JILID 54 JILID 55 JILID 56 JILID 57 JILID 58 JILID 59 JILID 60 JILID 61 JILID 62 JILID 63 JILID 64 JILID 65 JILID 66 JILID 67 JILID 68 JILID 69 JILID 70 JILID 71 JILID 72 JILID 73 JILID 74 JILID 75 JILID 76 JILID 77 JILID 78 JILID 79 JILID 80 JILID 81 JILID 82 JILID 83 JILID 84 JILID 85 JILID 86 JILID 87 JILID 88 JILID 89 JILID 90 JILID 91 JILID 92 JILID 93 JILID 94 JILID 95 JILID 96 JILID 97 JILID 98 JILID 99 JILID 100 JILID 101 J
RAJAWALI EMAS (BAGIAN KE-2 SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
SERI SEBELUMNY JILID 001 JILID 002 JILID 003 JILID 004 JILID 005 JILID 006 JILID 007 JILID 008 JILID 009 JILID 010 JILID 011 JILID 012 JILID 013 JILID 014 JILID 015 JILID 016 JILID 017 JILID 018 JILID 019 JILID 020 JILID 021 JILID 022 JILID 023 JILID 024 JILID 025 JILID 026 JILID 027 JILID 028 JILID 029 JILID 030 JILID 031 JILID 032 JILID 033 JILID 034 JILID 035 JILID 036 JILID 037 JILID 038 JILID 039 JILID 040 JILID 041 JILID 042 JILID 043 JILID 044 JILID 045 JILID 046 JILID 047 JILID 048 JILID 049 JILID 050 JILID 051 JILID 052 JILID 053 JILID 054 JILID 055 JILID 056 JILID 057 JILID 058 JILID 059 JILID 060 JILID 061 JILID 062 JILID 063 JILID 064 JILID 065 JILID 066 JILID 067 JILID 068 JILID 069 JILID 070 JILID 071 JILID 072 JILID 073 JILID 074 JILID 075 JILID 076 JILID 077 JILID 078 JILID 079 JILID 080 JILID 081 JILID 082 JILID 083 JILID 084 JILID 085 JILID 086 JILID 087 JILID 088 JILID 089 JILI
JAKA LOLA (BAGIAN KE-4 SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
SERI SEBELUMNYA JILID 001 JILID 002 JILID 003 JILID 004 JILID 005 JILID 006 JILID 007 JILID 008 JILID 009 JILID 010 JILID 011 JILID 012 JILID 013 JILID 014 JILID 015 JILID 016 JILID 017 JILID 018 JILID 019 JILID 020 JILID 021 JILID 022 JILID 023 JILID 024 JILID 025 JILID 026 JILID 027 JILID 028 JILID 029 JILID 030 JILID 031 JILID 032 JILID 033 JILID 034 JILID 035 JILID 036 JILID 037 JILID 038 JILID 039 JILID 040 JILID 041 JILID 042 JILID 043 JILID 044 JILID 045 JILID 046 JILID 047 JILID 048 JILID 049 JILID 050 JILID 051 JILID 052 JILID 053 JILID 054 JILID 055 JILID 056 JILID 057 JILID 058 JILID 059 JILID 060 JILID 061 JILID 062 JILID 063 JILID 064 JILID 065 JILID 066 JILID 067 JILID 068 JILID 069 JILID 070 JILID 071 JILID 072 JILID 073 JILID 074 JILID 075 JILID 076 JILID 077 JILID 078 JILID 079 JILID 080 JILID 081 JILID 082 JILID 083 JILID 084 JILID 085 JILID 086 JILID 087 JILID 088 JILID 089 JILID 090 JILID 091 JILID 092 JILID 093 JILID 094 JILID 095 JILID 096 JILID 097 JILID 098 JILI