RAJAWALI EMAS JILID 055

Mereka merasa kesakitan, apalagi sekarang Li Eng lari berputaran dan dalam keadaan kacau itu dia malah memutari tubuh Lai Tosu sehingga tosu ketiga ini terbelit jenggot-jenggot itul Tiga orang tosu itu saling bertabrakan dengan kacau dan dua orang tosu yang dipegangi jenggotnya berteriak-teriak, 

“Lepaskan jenggot! Lepaskan jenggot!”

Keadaan benar-benar lucu dan terdengarlah suara ketawa Kun Hong, 
“Ha-ha-ha, lucu sekali”

“Apakah yang lucu?” Kwa Tin Siong membentak marah. “Bocah itu kurang ajar sekali.” 

Ia melompat maju dan mencengkeram ke arah lengan tangan gadis itu sambil membentak, 

“Bocah kurang ajar, pergilah!”

Serangan Kwa Tin Siong ini hebat bukan main karena ia telah menggunakan jurus Dewa Menangkap Geledek. Akan tetapi ternyata bocah itu lebih lihai lagi karena dengan kecepatan luar biasa ia mencengkeram jenggot-jenggot itu sambil berseru keras. Seketika itu jenggot-jenggot itu putus di tengah-tengah dan sebelum tangan Kwa Tin Siong menyentuhnya ia telah menyambitkan rambut jenggot dalam genggamannya itu kearah muka Ketua Hoa-san-pai.

“Aiiih!” 

Kwa Tin Siong cepat membuang diri ke samping dan rambut jenggot itu meluncur cepat di samping kepalanya. Bukan main hebatnya tenaga dalam gadis itu yang mampu menyambitkan rambut menjadi senjata rahasia yang ampuh.

Sementara itu, Pak-thian Sam-lojin benar-benar marah. Hinaan ini membuat mereka seperti kebakaran jenggot dan mencak-mencak saking marahnya. Juga Lai Tosu yang tidak putus jenggotnya yang tadi tubuhnya terbelit jenggot kedua saudaranya sampai pakaiannya robek-robek, menjadi marah sekali. 

Seperti dikomando saja ketiganya menggerakkan tangan dan tahu-tahu tangan mereka telah memegang sebatang pedang. Dengan muka merah mata melotot dan sikap mengancam, ketiganya menghadapi Li Eng yang tersenyum-senyum mengejek.

Kwa Tin Siong hendak membuka mulut mencegah tiga orang tamunya itu mengeroyok gadis aneh tadi dengan pedang di tangan. Akan tetapi pada saat itu terdengar suara keras, 

“Aih, tiga orang tua bangka mengeroyok seorang bocah? Ha-ha, benar-benar tak tahu malu Pak-thian Sam-lojin menghadapi lawan yang patut menjadi cucunya!” 

Ucapan ini keras dan parau, lalu disusul melayangnya sesosok tubuh ke tengah pelataran itu. Ketika tubuh ini jatuh berdebuk diatas tanah kiranya itu adalah tubuh seorang tosu Hoa-san-pai yang sudah mati dan tubuhnya hitam hangus seperti terbakar.

Li Eng gadis aneh itu tertawa lalu sekali mengenjot tubuhnya ia telah meloncat ke atas sebuah pohon, duduk “nongkrong” diatas cabang pohon itu, duduk dengan enak seperti orang hendak menonton pertunjukan yang menarik hati. 

Sementara itu, dari luar pelataran datang beberapa orang aneh. Yang paling depan adalah seorang kakek tua yang bongkok, giginya sudah ompong dan matanya besar sebelah, pakaiannya tambal-tambalan dan tangan kanannya memegang sebatang tongkat hitam. Di sampingnya berjalan seorang wanita yang biarpun usianya sudah lima puluh tahun lebih namun pakaiannya masih mewah dan wajahnya masih cantik. 

Kwa Tin Siong dan isterinya, juga Pak-thian Sam-lojin segera mengenal dua orang ini yang bukan lain adalah Toat-beng Yok-mo dan Kim-thouw Thian-li, dua orang kang-ouw yang sudah tersohor karena kejahatan dan kelihaiannya. 

Toat-beng Yok-mo, sesuai dengan nama julukannya Yok-mo (Setan Obat), adalah ahli pengobatan yang tiada keduanya di dunia kang-ouw, kepandaiannya mengobati luar biasa sekali sehingga boleh dibilang segala macam penyakit ia sanggup mengobatinya sampai sembuh. Akan tetapi hebatnya, setelah orang yang diobati sembuh, ia tentu akan turun tangan membunuhnya. Inilah sebabnya mengapa ia mendapat julukan Toat-beng Yok-mo (Setan Obat Pencabut Nyawa). Adapun Kim-thouw Thian-li adalah Ketua Ngo-lian-kauw yang terkenal jahat, kejam, dan curang sekali.

Di belakang dua orang tokoh ini kelihatan seorang laki-laki tinggi besar dengan mata bundar, di punggungnya terlihat sebatang golok yang mengkilap dan besar. Kwa Tin Siong dan yang lain-lain tidak mengenal orang ini, akan tetapi Thio Ki atau Thian Beng Tosu segera mengenalnya. Itulah musuh lamanya, Hek-houw Bhe Lam! Di belakang tiga orang ini masih terdapat sekelompok orang berjumlah tiga puluh dan rata-rata mempunyai air muka yang kasar dan kejam.





Dengan keberanian luar biasa, sebelum orang lain bergerak, Kun Hong sudah melangkah lebar menyambut kedatangan rombongan yang dikepalai oleh kakek bongkok seperti iblis itu. Dengan nada suara marah Kun Hong berkata,

“Apakah kalian ini yang menulis surat dan hendak mengacau Hoa-san-pai?”

Kim-thouw Thian-li yang semenjak dahulu berwatak genit dan gila laki-laki, melihat pemuda yang tampan ini menjadi tertarik hatinya dan memandang kagum. Ia selamanya kagum sekali melihat pemuda tampan yang memiliki keberanian besar seperti Kun Hong ini. Diam-diam ia mengira bahwa pemuda ini tentu seorang pendekar muda yang berkepandaian tinggi. Sementara itu, Toat-beng Yok-mo tertawa ha-ha-he-he lalu menjawab,

“Yang menulis surat adalah Bhe-sicu ini, aku hanya turut datang saja. Orang muda, kau mau apakah? Orang tidak memiliki ilmu silat seperti kau ini tak perlu maju. Heh-heh!” 

Sekali pandang dapat melihat bahwa Kun Hong tidak mengerti ilmu silat, hal ini saja sudah membuktikan ketajaman mata kakek ini.

“Aku tidak akan bicara tentang ilmu silat, juga tentang maksud kedatangan kalian biar kita bicarakan belakangan. Yang penting sekarang kita bicarakan tentang ini!” Kun Hong makin marah ketika menudingkan telunjuknya ke arah muka tosu yang menggeletak diatas tanah dalam keadaan mengerikan itu. “Apakah kalian yang membunuh seorang saudara kami ini?”

“Heh-heh-heh….” 

Toat-beng Yok-mo terkekeh geli dan bertukar pandang dengan Kim-thouw Thian-li yang makin kagum saja menyaksikan ketabahan pemuda tampan itu dan diam-diam ia masih tidak percaya akan kata-kata Toat-beng Yok-mo yang tadi menganggap pemuda ini tiada kepandaian. Seorang tanpa kepandaian silat mana seberani ini? 

“Pemuda tolol, kalau betul kami yang membunuh kau mau apa?” Kakek ompong itu kembali tertawa sehingga tampak mulutnya yang tak bergigi lagi.

Kun Hong makin marah. 
“Mana ada aturan ini? Kalian ini benar-benar jahat sekali, apa kalian tidak takut dihukum? Mana bisa kalian membunuh begitu saja? Aku tidak terima!”

“Habis, kau mau apa?” Hek-houw Bhe Lam melangkah maju menantang.

“Apa kau yang bernama Hek-houw?” Kun Hong bertanya.

“Betul Kau siapa dan apa maksudmu lagak?” jawab kepala rampok ini betul-betul tidak kenal aturan.

“Datang-datang membunuh orang. Kalau kulaporkan kau tentu ditangkap dan dihukum mati. Kalau kau dan teman-temanmu datang hendak mengadu kepandaian, itu sih masih mendingan. Tapi kalian datang-datang melakukan pembunuhan, benar-benar penasaran! Tunggu saja aku akan menyuruh seorang saudara melaporkan kepada kepala kampung di kaki gunung, kau tentu akan ditangkap dan diseret ke pengadilan!”

Hek-Houw Bhe Lam melengak heran dan terdengarlah suara ketawa ramai diantara para pendatang itu. Bhe Lam akhirnya tertawa juga, tertawa bergelak, 

“Ha-ha-ha-ha, kiranya di Hoa-san-pai ada orang gila! berotak miring, jangan banyak mulut, pergilah!” Tangannya bergerak memukul dada Kun Hong.

Kwa Tin Siong kaget sekali dan melompat hendak menolong puteranya, akan
tetapi pada saat itu Bhe Lam berseru kesakitan dan menarik kembali tangannya
dan ternyata bahwa tangannya itu tersambit sebutir buah mentah yang dilempar dari atas. 

Tiba-tiba dari atas pohon meluncur benda panjang hitam yang secara kilat telah membelit pinggang Kun Hong dan… pemuda itu seperti terbang melayang keatas pohon. Kun Hong berteriak-teriak kaget dan tahu-tahu ia telah duduk diatas cabang pohon dekat Li Eng yang tertawa-tawa mengomel.

“Kenapa kau begini tolol, membiarkan dirimu jadi buah tertawaan orang dan menjadi bahan pukulan? Lebih baik duduk disini menonton, kan enak?”

Kun Hong berpegangan kuat-kuat pada batang pohon yang didudukinya, masih kaget dan terheran-heran. Ketika ia melihat, ternyata bahwa gadis itu tadi telah mengereknya naik dengan sehelai sabuk sutera yang hitam dan panjang sekali. Diam-diam ia merasa kagum dan juga heran. Akan tetapi wajahnya segera berubah pucat karena tubuhnya bergoyang, ia merasa ngeri duduk di tempat yang begitu tinggi.

“Apa kau takut jatuh?”

“Ti…tidak!” 

Kun Hong dapat menetapkan hatinya dan ia merasa malu kepada gadis cilik ini kalau duduk diatas cabang pohon saja ketakutan. Ia memandang ke bawah dan semua orang memandang keatas. 

Kwa Tin Siong dan Liem Sian Hwa tadinya terkejut sekali, akan tetapi setelah melihat putera mereka duduk dengan aman di dekat gadis bernama Li Eng itu dan mendengar percakapan mereka, keduanya merasa lega dan juga geli. Diatas pohon itu putera mereka akan aman, apalagi gadis aneh itu agaknya melindunginya. 

Karena ada urusan yang lebih penting dihadapi maka mereka lalu menujukan perhatian kepada Hek-houw Bhe Lam dan teman-temannya. Sekarang Kwa Tin Siong dapat menduga dengan hati lega bahwa gadis yang amat lihai itu kiranya bukan teman rombongan musuh ini, buktinya tadi menyambit tangan Bhe Lam untuk menolong Kun Hong.

Li Eng berbisik di dekat telinga Kun Hong, 
“Kakek ompong itu lihai sekali. Ia membunuh tosu itu dengan racun ular laut hitam yang amat berbahaya. Hemmm, hendak kulihat siapa yang berani menjamah mayat itu…”

Kun Hong bergidik, 
“Dia pembunuh keji, harus ditangkap, harus diseret ke pengadilan!”

Gadis itu terkikik tertawa lalu menutup telinga Kun Hong seperti anak kecil bermain-main menggoda temannya. 

“Kau ini orang aneh… hi-hi, mengerikan sekali Bagaimana bisa menangkap dia?”

“Tak peduli dia lihai, dia harus tunduk kepada hukum!”

“Ssttt, jangan ribut-ribut, kau lihat saja….” gadis itu berbisik lagi. 

Kun Hong merasa tidak enak sekali, gadis itu duduk terlalu dekat dengannya, tidak hanya berendeng melainkan berhimpitan sehingga pundaknya menyentuh pundak gadis itu dan ketika gadis itu berbisik, lehernya tertiup napas hangat dan hidungnya mencium bau harum yang keluar dari rambut gadis itu yang berkibar tertiup angin mengenai leher dan mukanya. 

Ingin ia menjauhkan diri, akan tetapi ia tidak berani bergerak karena cabang itu demikian kecil dan bergoyang-goyang terus. Mengerikan! Terpaksa ia alihkan perhatiannya dan memandang ke bawah.

Pak-thian Sam-lojin baru saja menderita penghinaan dari Li Eng. Oleh gadis cilik itu mereka seakan-akan dipermainkan di depan anggauta Hoa-san-pai. Benar-benar amat memalukan betapa tiga orang tokoh besar seperti mereka telah dipermainkan sedemikian rupa oleh gadis yang sama sekali tidak terkenal di dunia kang-ouw, malah yang mempergunakan ilmu silat Hoa-san-pai untuk mempermainkan mereka itu. Mereka bertiga dapat menduga bahwa biarpun di luarnya Ketua Hoa-san-pai tidak senang melihat gadis itu mempermainkan mereka, namun karena gadis itu mainkan ilmu silat Hoa-san-pai, sudah barang tentu para tosu Hoa-san-pai sedikit banyak merasa bangga dan senang. 

Hati mereka masih penuh dendam dan amarah, maka kedatangan rombongan musuh-musuh Hoa-san-pai ini hendak mereka pergunakan untuk “mencaci muka” mereka dan memperlihatkan kegagahan.

Orang pertama yang melangkah maju adalah Bu Tosu yang jenggotnya tinggal sepotong, hanya sebatas leher sekarang panjangnya karena tadi telah direnggut putus oleh Li Eng yang nakal. Begitu melangkah maju ia membuka mulut dan berkata dengan nyaring, 

“Yok-mo, keadaan negara sedang aman dan damai, kenapa kau orang tua mencari perkara di Hoa-san-pai? Kau lihat, kami bertiga orang-orang tua dari Pak-thian sengaja datang ke Hoa-san untuk bertemu dan beramah-tamah dengan Ketua Hoa-san-pai, Kwa-sicu yang gagah. Setelah melihat kami bertiga, apakah kau tidak dapat mengingat perhubungan lama dan menjadi tamu yang terhormat agar kita dapat minum arak bersama?”







Next>>

Postingan populer dari blog ini

RAJA PEDANG (BAGIAN PERTAMA SERIAL RAJA PEDANG)

RAJAWALI EMAS (BAGIAN KE-2 SERIAL RAJA PEDANG)

JAKA LOLA (BAGIAN KE-4 SERIAL RAJA PEDANG)