RAJAWALI EMAS JILID 095
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Oleh
Epul Saepul Rohman
“Sungguh merupakan penghormatan besar sekali tempat kami yang buruk ini mendapat kunjungan Sam-wi Busu dari istana. Entah ada urusan apakah sampai Pangeran Mahkota mengutus Sam-wi datang kesini?” terdengar Kim-thouw Thian-Li bertanya, suaranya jelas menyatakan kebanggaan hatinya,
Tiga orang jagoan Istana itu cukup mengenal siapa wanita di depan mereka itu. Bukan tergolong tokoh baik, malah dahulu terkenal pembela Kaisar Mongol dan dalam pemberontakan para pembesar belasan tahun yang lalu wanita inipun ikut campur. Pendeknya dalam perkara yang buruk-buruk sudah terlalu sering wanita ini mengotorkan tangannya. Oleh karena itu dengan suara keras dan angkuh Souw Ki berkata,
“Kami bertiga memang utusan Pangeran Mahkota, akan tetapi Pangeran Mahkota sama sekali tidak mempunyai urusan apa-apa dengan Ngo-lian-kauw dan tidak mengutus kami pergi kesini, melainkan mengutus kami menyelidiki seorang kakek yang telah mengacau di Istana Kembang.”
Kim-thouw Thian-li merasa juga akan keangkuhan pengawal istana itu yang tidak memandang mata kepada Ngo-lian-kauw, maka mukanya menjadi merah dan ia bertanya dengan nada mengejek,
“Kalau memang tidak ada urusan dengan Ngo-lian-kauw, mengapa Sam-wi Busu mencapaikan diri datang kesini? Urusan di istana sudah tentu saja kami tidak bisa membantumu.”
Tiat-jiauw Souw Ki adalah seorang bekas bajak, wataknya keras dan kasar, tidak takut kepada siapapun juga karena ia mengandalkan kedudukan dan mengandalkan teman-temannya.
“Kamipun tidak membutuhkan bantuan Ngo-lian-kauw. Akan tetapi kakek yang berani mengacau Istana Kembang yang kami ketahui hanya seorang saja yang tinggal di Ngo-lian-kauw. Eh Toat-beng Yok-mo, mengaku sajalah, bukankah kau yang main-main di Istana Kembang? Kalau betul, kau menyerahlah kami tangkap, dan kembalikan dua orang gadis yang kau culik.”
Mata Yok-mo yang besar sebelah itu menjadi makin besar sebelah, yang besar jadi melotot? dan yang kecil sampai meram, mulutnya mengeluarkan bunyi, “heh-heh-heh” tiada hentinya.
Bu Sek yang pertama dari Ho-pak Sian-sai, tak sabar berkata,
“Seorang laki-laki harus berani mempertanggung-jawabkan perbuatannya. Sudah berani mengacau Istana Kembang masa takut mengakui?”
Tiba-tiba Yok-mo tertawa bergelak,
“He-he-he, lucunya! Disini pun tidak kekurangan gadis-gadis yang cantik manis, kenapa harus menculik ke istana? Harap kalian jangan main-main dengan seorang tua seperti aku!”
Souw Ki saling pandang dengan sepasang saudara kembar itu, lalu Si Tangan Besi berkata,
“Bagaimana kami dapat meyakininya bahwa kau tidak melakukan perbuatan itu, Toat-beng Yok-mo?”
“Heh-heh-heh, urusan menculik tentu ada buktinya. Kalian bertiga boleh mencari, apakah benar dua orang gadis itu berada disini, heh-heh-heh!”
Sebetulnya Yok-mo sudah marah sekali dan kalau menurutkan perasaan hatinya, ingin ia turun tangan memberi hajaran kepada tiga orang ini. Akan tetapi mengingat bahwa mereka adalah utusan Pangeran Mahkota, tentu saja ia tidak berani bertindak sembrono, maklum akan hebatnya pengaruh pangeran itu yang tentu akan membuat hidupnya tidak aman lagi kalau ia sampai mengadakan permusuhan.
“Baiklah, kami akan melakukan penggeledahan di Ngo-lian-kauw. Kalau betul-betul tidak terdapat dua orang gadis yang kami cari, untuk sementara kami akan mencabut tuduhan kami,” setelah berkata demikian Souw Ki lalu mengajak dua orang temannya untuk menyeberangi jembatan itu.
Akan tetapi tiba-tiba Kim-thouw Thian-li memberi tanda dan pasukan wanita yang mengawalnya tadi bergerak memenuhi jembatan, menghadang tiga orang busu ini.
“Hemm, apa artinya ini?”
Souw Ki membentak sambil menoleh kepada Kim-thouw Thian-li. Wanita ini tertawa, masih genit suara ketawanya dan masih terbayang kecantikan wajah nenek yang sudah tua ini.
“Tiat-jiu Souw Ki dan Ho-pak Sian-sai! Sudah lama aku mendengar nama besar kalian sebagai tiga diantara tujuh orang jagoan istana yang amat terkenal. Sebaliknya kiraku kalian bertiga juga sudah mendengar nama Ngo-lian-kauw yang selamanya tidak akan mengijinkan orang luar masuk tanpa persetujuanku. Andaikata kalian membawa surat perintah Pangeran Mahkota, sudah tentu saja kami sebagai rakyat tidak akan berani membangkang, karena bukan maksud kami akan rnemberontak terhadap pemerintah. Akan tetapi, kalian datang tanpa surat perintah, siapa tahu kalau kalian hanya mengandalkan kepandaian sendiri dan nama Pangeran untuk menghina kami? Bicara tentang kepandaian, kalian mengandalkan apakah hendak melanggar larangan Ngo-lian-kauw?”
Tiat-jiu Souw Ki adalah seorang tokoh yang terkenal dengan kekuatannya sehingga tangannya dianggap sebagai tangan besi. Juga permainan senjata ruyung bajanya amat terkenal, senjata yang sesuai dengan tenaganya yang besar. Mendengar ejekan Ketua Ngo-lian-kauw ini, mukanya yang hitam menjadi makin gelap. Ia menghampiri sebuah singa-singaan batu di sebelah kiri jembatan, lalu berkata,
“Singa-singaan batu ini mengandalkan kekerasannya, akan tetapi aku mengandalkan apakah? Tidak lain mengandalkan tanganku ini!”
Tangan kanannya bergerak memukul perlahan dan kepala singa batu itu remuk berhamburan.
Sauw Ki tertawa bergelak,
“Ha-ha, hanya kelihatannya saja keras singa batu ini, kiranya begini lunak!”
“Saudara Souw, setelah kami berdua datang, sepasang singa batu ini memang tidak berhak berdiri lagi. Tapi kenapa kau hanya melenyapkan kepalanya?” kata Bu Sek, seorang diantara Ho-pak Siang-sai yang bermuka kuning dan karenanya berjuluk Ui-bin-sai (Singa Muka Kuning).
Adiknya, Bu Tai ,yang berjuluk Ang-bin-sai (Singa Muka Merah) juga tertawa dan berkata,
“Sungguh tak enak melihat Souw-twako menghancurkan singa-singa batu. Bagi yang tidak tahu dikiranya Souw-twako menghina kami!”
Dua orang saudara kembar itu menggerakkan tubuhnya, tiba-tiba tampak sinar pedang berkelebat, sebuah ke sebelah kiri jembatan, satu lagi ke sebelah kanannya dan tahu-tahu terdengar suara keras dan singa batu yang sudah pecah kepalanya tadi tahu-tahu terguling roboh, sedangkan yang berada di sebelah kanan jembatan juga roboh terbabat pedang. Gerakan pedang sepasang saudara kembar ini cepat dan hanya kelihatan sinar pedangnya saja, dapat diduga bahwa ilmu pedang mereka memang hebat.
“Bagus, bagus! Tiga orang busu dari Pangeran Mahkota benar-benar hebat dan gagah, sudah menang melawan dua ekor singa batu, heh-heh-heh!” Toat-beng Yok-mo tertawa, setengah mengejek.
Akan tetapi Kim-thouw Thian-li menjadi merah mukanya saking menahan marah. Kalau bukan utusan Pangeran yang melakukan pengrusakan terhadap hiasan jembatannya, tentu ia langsung sudah turun tangan sendiri memberi hajaran.
“Yok-mo, kalau kami belum menggeledah kedalam, bagaimana kami bisa merasa yakin bahwa kau tidak bersalah?” Souw Ki berkata nyaring, namun Kakek Setan Obat itu hanya tertawa ha-ha he-he saja.
“Souw-busu, Toat-beng Yok-mo hanya tamuku dan yang bertanggung jawab tentang tempat ini adalah aku. Ketahuilah bahwa tidak sembarang orang boleh memasuki tempat kami, kecuali orang yang dianggap cukup berharga dan gagah. Kalau Sam-wi Busu sanggup melewati lapisan Ngo-lian-tin kami yang ada tiga buah, biarlah kami anggap Sam-wi cukup berharga dan gagah untuk memasuki tempat kami.”
Kim-thouw Thian-li memberi isyarat dengan tangannya dan para pengawalnya tadi segera bergerak. Lima belas orang diantara para pengawalnya dengan pedang di tangan lalu berpencaran menjadi tiga kelompok, masing-masing terdiri dari lima orang, sekelompok menjaga di kepala jembatan, sekelompok kanan kiri. Mereka berdiri berjajar, sekelompok lima orang.
Souw Ki saling pandang dengan dua orang saudara kembar itu, lalu tertawa.
“Kim-thou Thian-li, kau benar-benar memandang rendah kepada kami. Kalau kami tidak memperlihatkan kepandaian, tentu kau tidak dapat mengenal kelihaian kami!” kata Souw Ki sambil mengeluarkan ruyung bajanya yang berat.
“Bu-Siang-te, hayo kita gempur Ngo-lian-tin ini tidak perlu kita sungkan-sungkan lagi!”
Bu Sek dan Bu Tai juga mencabut pedang mereka, lalu masing-masing melompat menghadapi sekelompok Ngo-lian-tin.
Ngo-lian-tin (Barisan Lima Teratai) ini adalah ciptaan Kim-touw thian-li sendiri, sebuah barisan terdiri dari lima orang wanita yang gerak-geriknya diambil dasarnya dari Ngo-heng-tin, lima orang wanita yang cukup tinggi ilmu pedangnya dilatih untuk bergerak saling bantu dengan cara yang amat berbahaya bagi lawan.
Tiga orang busu ini cepat menggerakan senjata mereka dan masing-masing menyerbu sekelompok Ngo-lian-tin. Ruyung baja ditangan Souw Ki mengeluarkan angin ketika ia memutarnya dan menerjang lima orang wanita cantik yang cepat menggunakan pedang untuk menghadapinya dalam bentuk Ngo-lian-tin itu.
Kaget juga jagoan istana ini ketika seorang anggauta Ngo-lian-tin yang diserangnya sama sekali tidak mengelak, hanya mengangkat pedang menangkis, akan tetapi empat batang pedang lain dari empat jurusan membarengi gerakannya menyerang empat bagian berbahaya dari tubuhnya. Terpaksa ia menarik kembali senjatanya dan menangkis serangan-serangan itu dengan memutarkan ruyung sekuat tenaga. Empat orang wanita itu mengeluarkan seruan tertahan karena hampir saja pedang mereka terlempar dari tangan, begitu hebat tenaga Si Tangan Besi ini.
Souw Ki maklum bahwa kalau ia menyerang seorang lawan, yang empat tentu akan membarengi serangannya sehingga dasar Ngo-lian-tin ini adalah mengorbankan seorang anggauta untuk mengalahkan lawan. Tentu saja ia tidak mau dan ia segera mengerahkan tenaganya memutar ruyungnya, mengambil keuntungan dari tenaganya yang besar untuk mengadu senjata dengan lima batang pedang itu. Usahanya itu berhasil baik karena lima orang wanita yang menjadi lawannya terdesak mundur sampai ke tengah jembatan!
Juga sepasang saudara kembar she Bu itu ternyata memiliki ilmu pedang yang hebat dan cepat sehingga kelompok Ngo-lian-tin yang mengeroyok mereka tak dapat Mengimbanginya.
Terdengar jerit susul-menyusul ketika beberapa orang wanita, anggauta Ngo-lian-tin terluka oleh pedang mereka disusul Souw Ki yang berhasil menendang dua orang pengeroyoknya masuk ke dalam anak sungai!
Tingkat kepandaian para busu yang menjadi tangan kanan Pangeran Mahkota ini benar-benar tak boleh dipandang rendah. Sampai pucat muka Kim-thouw Thian-li saking malu dan marahnya. Akan tetapi apa yang dapat ia lakukan? Ia sudah berjanji bahwa kalau tiga orang itu dapat mengalahkan Ngo-lian-tin, mereka diperbolehkan masuk kedalam untuk melakukan penggeledahan, Sebagai Ketua Ngo-lian-kauw tentu saja ia tidak suka menjilat ludah sendiri. Ia memberi isyarat dengan tepukan tangan dan sisa barisan Ngo-lian-tin itu yang tahu bahwa mereka takkan dapat menang, cepat mengundurkan diri.
Souw Ki tertawa bergelak dan bersama kedua Saudara Bu ia lalu menyeberangi jembatan memasuki lima bangunan berbentuk bunga teratai itu. Mereka melakukan penggeledahan, memasuki semua kamar dan ruangan, akan tetapi tentu saja mereka tidak bisa mendapatkan dua orang gadis pilihan Pangeran yang terculik pada malam itu, karena memang bukan Yok-mo penculiknya.
Tiga orang itu menjadi kecewa sekali karena tadinya mereka menduga keras bahwa satu-satunya kakek yang selihai itu, yang berani mengacau Istana Kembang siapa lagi kalau bukan kakek ini? Apalagi kalau dipikir bahwa Yok-mo menjadi “teman baik” Ketua Ngo-lian-kauw yang dahulu pernah memusuhi Kaisar.
Sementara itu, Kun Hong yang bersembunyi sambil mengintai, melihat betapa jagoan-jagoan istana itu mencurigai Yok-mo, diam-diam juga ikut menjadi curiga. Ia cukup mengenal Yok-mo yang berwatak palsu, bukan tidak mungkin kakek ini yang menculik Li Eng dan Hui Cu! Maka ia menanti hasil penyelidikan tiga orang jagoan itu dengan hati berdebar. Iapun ikut kecewa ketika tiga orang itu keluar dengan tangan kosong, dan wajah muram, Yok-mo terkekeh-kekeh mentertawakan lalu berkata,
“Heh-heh-heh, apakah kalian menemukan dua orang gadis itu?”
Souw Ki makin marah ketika ditertawakan.
“Kakek jahat! Siapa tahu kalau kau sembunyikan dua orang gadis itu di tempat lain?”
“Heh-heh, kewajibanmulah untuk mencari dan menemukannya andaikata benar kusembunyikan.”

Next>>
Postingan populer dari blog ini
RAJA PEDANG (BAGIAN PERTAMA SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
JILID 01 JILID 02 JILID 03 JILID 04 JILID 05 JILID 06 JILID 07 JILID 08 JILID 09 JILID 10 JILID 11 JILID 12 JILID 13 JILID 14 JILID 15 JILID 16 JILID 17 JILID 18 JILID 19 JILID 20 JILID 21 JILID 22 JILID 23 JILID 24 JILID 25 JILID 26 JILID 27 JILID 28 JILID 29 JILID 30 JILID 31 JILID 32 JILID 33 JILID 34 JILID 35 JILID 36 JILID 37 JILID 38 JILID 39 JILID 40 JILID 41 JILID 42 JILID 43 JILID 44 JILID 45 JILID 46 JILID 47 JILID 48 JILID 49 JILID 50 JILID 51 JILID 52 JILID 53 JILID 54 JILID 55 JILID 56 JILID 57 JILID 58 JILID 59 JILID 60 JILID 61 JILID 62 JILID 63 JILID 64 JILID 65 JILID 66 JILID 67 JILID 68 JILID 69 JILID 70 JILID 71 JILID 72 JILID 73 JILID 74 JILID 75 JILID 76 JILID 77 JILID 78 JILID 79 JILID 80 JILID 81 JILID 82 JILID 83 JILID 84 JILID 85 JILID 86 JILID 87 JILID 88 JILID 89 JILID 90 JILID 91 JILID 92 JILID 93 JILID 94 JILID 95 JILID 96 JILID 97 JILID 98 JILID 99 JILID 100 JILID 101 J
RAJAWALI EMAS (BAGIAN KE-2 SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
SERI SEBELUMNY JILID 001 JILID 002 JILID 003 JILID 004 JILID 005 JILID 006 JILID 007 JILID 008 JILID 009 JILID 010 JILID 011 JILID 012 JILID 013 JILID 014 JILID 015 JILID 016 JILID 017 JILID 018 JILID 019 JILID 020 JILID 021 JILID 022 JILID 023 JILID 024 JILID 025 JILID 026 JILID 027 JILID 028 JILID 029 JILID 030 JILID 031 JILID 032 JILID 033 JILID 034 JILID 035 JILID 036 JILID 037 JILID 038 JILID 039 JILID 040 JILID 041 JILID 042 JILID 043 JILID 044 JILID 045 JILID 046 JILID 047 JILID 048 JILID 049 JILID 050 JILID 051 JILID 052 JILID 053 JILID 054 JILID 055 JILID 056 JILID 057 JILID 058 JILID 059 JILID 060 JILID 061 JILID 062 JILID 063 JILID 064 JILID 065 JILID 066 JILID 067 JILID 068 JILID 069 JILID 070 JILID 071 JILID 072 JILID 073 JILID 074 JILID 075 JILID 076 JILID 077 JILID 078 JILID 079 JILID 080 JILID 081 JILID 082 JILID 083 JILID 084 JILID 085 JILID 086 JILID 087 JILID 088 JILID 089 JILI
JAKA LOLA (BAGIAN KE-4 SERIAL RAJA PEDANG)
Oleh
Epul Saepul Rohman
SERI SEBELUMNYA JILID 001 JILID 002 JILID 003 JILID 004 JILID 005 JILID 006 JILID 007 JILID 008 JILID 009 JILID 010 JILID 011 JILID 012 JILID 013 JILID 014 JILID 015 JILID 016 JILID 017 JILID 018 JILID 019 JILID 020 JILID 021 JILID 022 JILID 023 JILID 024 JILID 025 JILID 026 JILID 027 JILID 028 JILID 029 JILID 030 JILID 031 JILID 032 JILID 033 JILID 034 JILID 035 JILID 036 JILID 037 JILID 038 JILID 039 JILID 040 JILID 041 JILID 042 JILID 043 JILID 044 JILID 045 JILID 046 JILID 047 JILID 048 JILID 049 JILID 050 JILID 051 JILID 052 JILID 053 JILID 054 JILID 055 JILID 056 JILID 057 JILID 058 JILID 059 JILID 060 JILID 061 JILID 062 JILID 063 JILID 064 JILID 065 JILID 066 JILID 067 JILID 068 JILID 069 JILID 070 JILID 071 JILID 072 JILID 073 JILID 074 JILID 075 JILID 076 JILID 077 JILID 078 JILID 079 JILID 080 JILID 081 JILID 082 JILID 083 JILID 084 JILID 085 JILID 086 JILID 087 JILID 088 JILID 089 JILID 090 JILID 091 JILID 092 JILID 093 JILID 094 JILID 095 JILID 096 JILID 097 JILID 098 JILI